PART 6

110 5 0
                                    

#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH
#PART 6.

STORY BY: Hyuuga Nicha Annisha.

Naisya dan Wulan kini sudah di perjalanan pulang sembari mengobrol, mengalihkan rasa takut sepanjang jalan, bersenda gurau dan menceritakan hal-hal mistis seperti menceritakan ada anak balita yang meninggal karena hanyut di irigasi serta tentang mitos pepohonan yang berjejer di sisi irigasi. Sudah jelas takut malah bercerita horor.
Gadis bertubuh tinggi itu terus saja bercerita, Naisya hanya mendengarkan sembari manggut-manggut antara percaya dan tidak percaya.

"Eh, teh bentar lagi sampai ke jembatan," ucap Wulan jalannya tiba-tiba di percepat, Naisya sedikit kewalahan secara langkah gadis itu sangat panjang.

"Pelan-pelan donk Teh kok buru-buru," sela Naisya sembari menghalangi Wulan dengan tangan kanannya seolah mengisyaratkan agar berjalan pelan, bukannya nurut gadis berusia lebih muda dari Naisya itu nampak memasang  kuda-kuda. Naisya bingung, sepertinya anak ini mengajaknya balap lari.
Naisya tersenyum dan ikut memasang kuda-kuda, dia tidak tahu jika Naisya juara lomba lari putri di sekolahnya dulu.

"Siapa yang lebih dulu sampai, ayo kita balap Teh, biar badan panas."

"Ayok, siapa takut!"

Akhirnya mereka berlari dengan kemampuan masing masing, baru juga lima meter tiba-tiba terlihat cahaya yang di hasilkan dari lampu motor di belakang mereka, Naisya sudah berusaha mencegah Wulan untuk berhenti berlari tapi sepertinya Wulan tak menyadari itu dan berlari lebih cepat dan meninggalkan Naisya.

TIT! TIT!

Klakson motor viksen itu berbunyi, alhasil Naisya yang akan berlari untuk menyusul Wulan berhenti dan mengalah agar motor itu berlalu lebih dulu, tetapi prasangka Naisya salah, moge itu malah berhenti tepat di dekatnya, Naisya sedikit deg-degan karena tahu yang membawa moge itu adalah Aditya karena Naisya tahu setelah ia lihat bentuk serta warna motornya, berbeda dengan Aditya yang sepertinya tidak tahu kalau itu Naisya, secara Aditya melihat Naisya tadi sewaktu akan  mandi tidak memakai baju hijau dan sarung merah bunga-bunga.
Naisya menunduk.

"Eh si Teteh malam-malam begini ada di sini?" tanya Aditya, Naisya sedikit gugup.

"Itu, tadi... baru pulang dari warung."

"Eh, Dek Naiss, Aa kira kamu siapa? Itu temen kamu kenapa lari?" Aditya akhirnya mengenal bahwa gadis yang di tanya olehnya adalah Naisya.

"Ketakutan, eh kami sedang balap," jawab Naisya.
Naisya sedikit bingung bukankah tadi Adit pergi berdua, kenapa sekarang hanya Aditya saja? Jangan-jangan... lari gak yah?
Naisya semakin tegang, pikirannya berkelana dalam hal buruk. Dia berpikir bagaimana jika lelaki yang berdiri di sampingnya bukan Aditya, tapi yang menyamar...

"Oh yaudah bareng aja gak apa-apa kan, bahaya kalau anak gadis pulang sendiri."

"Anjeun aja yang duluan, gak enak nanti ada yang lihat," tolak Naisya.

"Adek aja dulu, biar Aa yang liatin."

Karena jika terus-terusan begini gak akan sampai, akhirnya Naisya mengalah dan berjalan lebih dulu dari Aditya, sedangkan Aditya mengendarai motornya dengan pelan, Naisya merasa risih dan memilih untuk berjalan cepat, dan akhirnya berlari untungnya kini Naisya sudah sampai ke jembatan. Berbeda dengan Aditya yang ternyata memilih menghentikan motornya dan terus memperhatikan perjalanan Naisya hingga ke depan pintu dapur teh Halimah.

"Lucu sekali dia berlari," gumamnya masih memperhatikan Naisya hingga benar-benar masuk.

.

.

"Assalamualaikum?"

"Waalaikum salam!"

Naisya menyerahkan belanjaannya pada teh Maesa, kemudian Naisya duduk di dekat Risa yang ternyata sudah pulang dari rumah Ummi.

CINTA DALAM ISTIKHARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang