#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH
#PART_10
STORY BY: Hyuuga Nicha Annisha.
.
.
Naisya menyimpan buku beserta kitab di tempat rak bukunya, di susul Risa yang baru masuk ke kamar kobong.
Waktu sudah menunjukan pukul 09:30 biasanya para santriwati akan berhamburan menuju dapur untuk memasak.
"Hari ini masak apa ya, Teh?" ucap Risa sembari bersandar pada rak buku yang memiliki tiga baris, satu baris milik masing-masing.
"Entah, apa harus ke warung dulu?"
"Masak tempe bosen, ahh akhir bulan selalu begini, pengennya makan sama sambal tapi cabe yang di kirim mama sudah sama-sama habis." Risa mendengus. Walau demikian mereka tetap memiliki mood makan yang sangat tinggi, setiap kali makan selalu terasa nikmat bahkan meski dengan garam saja, itulah indahnya menjadi santri, menikmati setiap momen dan kesempatan dengan indah jika kita selalu bersyukur.
"Hmm, masa? Biasanya makan sama apa aja selalu enak bukan."
"Iya sih, tapi...."
Cklek.
Tiba-tiba Latifah datang dan membuka pintu dengan tergesa, tentu saja Naisya dan Risa tersentak.
"Teh, teh, lihat aku bawa apa?" Latifah tersenyum senang.
"Kangkung?" Risa menjawab.
"Aku dapat kangkung dari si Abang, amang-amang santri lagi panen kangkung di kebun A Ilham." Latifah menjelaskan, dia juga memiliki seorang kakak laki-laki yang mondok di sana. Latifah berasal dari jawa tengah, dia sangat berbeda dengan Risa dan Naisya dari segi bicara dan segi pendapat yang terkadang selalu cepat menanggapi hal-hal yang tak pasti. Namun seiring berjalan waktu dan keterbiasaan Latifah jadi persis seperti orang bandung.
"Alhamdulillah kita bisa masak itu sekarang." Risa.
"Ada aja ya yang ngasih, senangnya jadi santri."
"Rezeki emang gak bakal kemana," sambung Latifah, mereka pun pergi ke dapur hendak memasak dan mengisi perut setelah itu istirahat sebentar hingga jam 12, ada juga yang menghapal, tidur, mengobrol dan semacamnya hingga waktu shalat dzuhur dan mengaji.
Para santriwati berhamburan memasuki kabar kobong masing-masing, rasa lega dan bersyukur selalu menyelimuti ketika mereka lulus talaran atau di tambah hapalannya.
Jam 2 adalah waktu nyantai selama 15 menit sebelum mereka mandi, para santri putri akan kembali sibuk mengobrol bercerita atau saling curhat tentang mengagumi salah satu santri putra.
"Ciee teh Naiss nambah kitab lagi, Alhamdulillah donk." Latifah tiba-tiba nimbrung, Naisya yang tengah merapikan kitab tersenyum simpul.
"Alhamdulillah."
"Semenjak teh Naiss datang, sekarang ngaji kitab dan talarannya semakin di tingkatkan lagi, bahkan teh Naiss sudah tamat kitab safinah, Tijan, sekarang tambah lagi kitab hidayatussaliqin," ucap Latifah.
"Teh Latifah juga tambah juga kan kitab hidayat," sergah Naisya.
"Tapi tetep aja, waktu aku dulu ngaji safinah gak secepat itu," lanjut Latifah.
"Aku ada sedikit pengalaman ngaji Safinah teh, makanya agak sedikit hapal jadi gak terlalu sulit."
"Ouh pantesan."
"Kamu masih muda, aku juga masih muda tapi bentar lagi aku akan nikah," jujur Naisya percaya diri, sekarang Naisya tidak merasa canggung atau malu lagi mengakui statusnya sebagai tunangannya Aditya, mau gimana lagi itu sudah faktanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM ISTIKHARAH
RomanceNamaku Naissya Nabillatifah, usiaku 15 tahun, tepat di hari kelulusan aku di jodohkan dan langsung di lamar, aku bahkan harus mondok di pesantren yang sudah di pilih Ayah tunanganku. Aku yang tidak tahu apa-apa, tidak tahu Dia siapa, tiba-tiba harus...