PART 11

81 3 0
                                    

#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH
#PART_11

STORY BY : Hyuuga Nicha Annisha.

Naisya tengah membereskan dapur kobong usai mereka mengisi perut, Risa datang menghampiri Naisya dan menyodorkan hape genggam ke arah Naisya, awalnya Naisya bingung sebelum akhirnya Risa berkata "Mamahnya teh Nais."

Naisya langsung tersenyum senang dan mengambil hape genggam dari tangan Risa.

"Assalamualaikum..."

"-"

"Alhamdulillah, sehat. Kalau mamah, semua yang di rumah apa kabar?"

"Alhamdulillah."

"Syukurlah..."

NAISYA-POV.

Hari ini aku senang Mama-ku menelpon, namun rasa senang itu tiba-tiba sirna ketika mama bilang jika besok aku harus berkemas, ya besok aku harus pulang, bukan aku tidak ingin pulang, tetapi aku masih ingin mondok, masih ingin mencari ilmu.
Aku mengira besok aku dapat bekal lagi, ternyata besok aku harus pulang, pamanku yang akan menjemputku, bersama dengan mas Aditya, karena pamanku masih belum tahu arah jalannya.

"Teh, tanggalnya sudah di tentukan, kemarin Aditya datang kerumah bersama abahnya, waktunya sebulan lagi, dan masih banyak yang harus di urus mumpung Aditya ada di sini, kamu juga harus pulang teh, bapak akan mendaftarkan kalian ke KUA, jadi kehadiran Teteh sama Adit sangat penting teh."

Aku hanya meng'iya'-kan perkataan Mama, meski sebenarnya aku masih ingin di sini, aku tidak mengira akan secepat ini, kukira waktuku 1 tahun tapi ternyata tidak, kenyataannya waktuku hanya setengahnya saja.

"Iya Mah," ucapku sebisa mungkin menahan isakan, kini aku masih berada di dapur, tanpa ada satu orangpun di sini, karena sebentar lagi waktu maghrib para santri sudah pergi untuk mengambil wudhu.

Setelah sambungannya terputus, tangisku pun pecah. Bukan karena aku tidak menerima takdir ini, tapi aku masih tidak menyangka jika nasibku secepat ini. Iya aku menyesal, kenapa tidak dari dulu aku mondok, kenapa baru sekarang. Aku menyesali keputusanku dulu yang bahkan bersikeras ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMA, meski pada akhirnya aku hanya mondok, tapi aku meyesal kenapa aku harus sekolah SMP, kenapa gak langsung mondok dari dulu.

.

.

Risa menatapku bingung ketika mendapati wajahku yang sembab, sebisa mungkin aku menyembunyikannya dengan menunduk. Kini aku tengah berdiri di depan pintu toilet menunggu antrian untuk mengambil wudhu.

Aku juga tahu pasti Risa mengerti dan tahu yang sebenarnya, karena kemungkinan besar Mamanya Risa sudah menceritakan semuanya.

Akhirnya adzan maghrib-pun sudah berkumandang, waktunya menunaikan shalat maghrib berjamaah, mengaji dan kembali shalat isya rutinitas seperti biasa. Karena malam kamis kami tidak talaran jadi jam 8 malam kami sudah bersantai, kadang kami menyantap cemilan sambil mengobrol, malam hari kami juga lapar lagi dan kadang kami membuat seblak atau membuat masakan apa saja yang bahannya gampang dan mudah.

Risa dan Latifah datang dari arah dapur menuju kamar kobong sembari membawa baki berisi bala-bala kangkung, hari ini stok kangkung banyak sisa tadi makanya kami mengolahnya menjadi bala-bala untuk cemilan malam ini, Aku tidak terlibat mengolah karena suasana yang lagi bad mood. Untungnya Risa memahami itu.

"Teh Naiss, ayo di makan jangan bengong mulu, enak lho... kita yang buat nih," ucap Latifah sembari mencolekku, aku hanya tersenyum ke arahnya, jujur saja aku juga lapar dan akhirnya ikut bergabung menikmati cemilan bersama.

Lagi bad mood tapi tidak merusak mood makan. Enak sekali.

"Jangan melamun mulu teh, nanti juga ngalamin." Risa buka suara dengan nada sedikit bercandanya.

CINTA DALAM ISTIKHARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang