PART 21

89 5 0
                                    

#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH.

#PART 21

Setelah bermusyawarah dengan kedua orangtuanya, Naisya akhirnya dapat izin dari Mama dan Bapaknya. Mereka sangat setuju dengan keinginan Naisya yang akan mondok lagi, mengingat dulu Naisya hanya mo ndok selama 6 bulan.

------------

"Dek sudah siap semua?" tanya Aditya begitu mendapati Naisya tengah berdiri di depan cermin sembari merapikan hijabnya.

"Sudah," jawab Nais berbalik ke arah Aditya.
Aditya juga sudah siap dengan tas berisi pakaian yang ia ambil di rumah Abahnya. Hari ini tepat di hari senin, Aditya akan bernangkat ke kota Jakarta, sebelum itu mengantarkan Naisya terlebih dahulu ke pondok.

Naisya menyeret koper yang ia bawa dari kamar ke luar rumah, di sana sudah ada Mamanya, Bapak, Awan serta adik bungsunya yang berusia 8 tahun.

"Ma, Teteh berangkat dulu, do'ain Teteh." Naisya memeluk sang Mama dan refleks Naisya menangis di pelukan wanita yang telah melahirkannya, setiap kali pamit ke pondok rasanya sangat sedih, di sisi lain juga senang.

"Iya, Mama do'ain Teteh selalu di beri kesehatan, berkah mengajinya, dan manfa'at dunia akhirat." Naisya melepaskan pelukannya sembari mengusap pipinya yang basah.

"Awan, kamu juga hayuk ikut Teteh ke pondok. Ma, dia harus di pesantren biar gak keluyuran terus."

"Iya, nanti Bapak kirim awan juga ke pesantren," jawab Bapaknya Nais.

"Nanti dulu lah, tanggung nunggu lulus sekolah." Awan berdiri di samping ayahnya.

Naisya berpamitan dan menciun tangan ayahnya, tak lupa do'a yang di bacakan Ayahnya Nais setiap kali ia akan pergi ke pondok.

------

Kini Naisya sudah di perjalanan setelah berpamitan dengan kedua orangtua masing-masing. Naisya juga berpamitan dulu pada mertuanya.

Selama perjalanan hanya keheningan. Bukannya tidak mau bicara, Naisya masih tidak percaya jika ia akan berpisah dengan Aditya secepat ini, padahal pernikahannya masih sangat baru. Sesekali Naisya mengeratkan pelukannya pada punggung Aditya, mengingat ia akan berpisah lama, Naisya jadi ingin lebih lama merasakan hangatnya tubuh sang suami.

"Dek?"

"Hmm?"

"Ngantuk?"

"Enggak kok."

"Dari tadi diam terus."

"Adek tengah berpikir, bagaimana nanti Adek di sana tanpa Aa," ucap Naisya. Suaranya tidak terlalu keras tapi bisa terdengar oleh Aditya pasalnya dagu Naisya tepat di bahunya.

"Lho biasanya Adek di pondok tanpa Aa kan?"

"Sekarang beda lagi," jawab Naisya. Keheningan kembali singgah. Motor yang mereka tumpangi sudah memasuki jalan perdesaan itu artinya tinggal sedikit lagi.
Naisya melepas pelukannya, karena sudah memasuki perdesaan dan laju motor tak terlalu kencang Naisya malu jika jadi pusat perhatian orang-orang di sisi jalan. Cukup berpegangan pada pinggang Aditya.

-------------

"Assalamualaikum?" ucap Naisya dan Aditya di depan teras rumah kakaknya. Teh Maesa nampak keluar dan menyambut kedatangan mereka berdua. Aditya masuk di ikuti Naisya ke dalam rumah. Lumayan lelah setelah menempuh perjalanan. Sesekali Naisya melihat ke arah luar, berharap ada teman kobongnya yang berlalu.
Risa menghampiri Aditya dan Naisya begitu dapat kabar dari bibinya. Risa sangat senang karena Naisya kembali lagi ke pondok.

"Bibi, apa kabar? Paman juga?" Risa menyalami keduanya.

"Sekarang panggilnya Bibi ya?" Aditya menatap Risa.

CINTA DALAM ISTIKHARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang