PART 18

92 3 0
                                    

#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH

#PART 18.

Tala'al badru a'lainaa mingtsanii yaatiil wadaa, wajaba syukru alaaina mada'a lillahidaa....

Setelah pengantin pria menyematkan cincin mas kawin, keduanya lalu melakukan sungkeman kepada kedua orangtua masing-masing.
Rasa haru menyelimuti suasana itu, Naisya menangis di pelukan sang Mama. Begitu juga sebaliknya Aditya menangis di pelukan Umminya.

------------

Resepsi pernikahan sudah di mulai, Naisya juga sudah mengganti pakaian pengantinnya dengan warna yang lainnya. Suasana antara Naisya dan Aditya sangat canggung, untuk sesi pemotretan Naisya sangat gugup karena harus melakukan gaya romantis. Setelah mengganti pakaiannya Naisya duduk di kursi pelaminan tepat di samping Aditya.

"Dek?"

"Iya?"

"Masya Alloh, Subhanalloh cantiknya istriku ini," ucap Aditya begitu mendapati Naisya yang sudah duduk.

Naisya hanya tersipu malu dan menatap Aditya sekilas dengan senyumannya.

"Alhamdulillah."

Hening.

Hanya kenehingan yang melanda mereka, bagai patung yang tak bergerak, mereka berdua hanya duduk dengan diam membisu.
Kecanggungan mereka buyar ketika pemotretan di mulai lagi, kali ini pose romantis dengan posisi Naisya duduk di kursi sedangkan Aditya berjongkok di bawah, dengan tumpuan kaki di atas karpet, posisi umum ketika pasangan hendak melamar.

Dzuhur sudah tiba, adzan pun sudah bersahutan, resepsi selesai di waktu yang tepat. Karena baju pengantin sudah di pakai semua, Naisya harus segera menunaikan Shalat dan menghapus make up yang dari subuh menutupi wajah aslinya. Ia ingin segera bebas dari keadaan seperti ini.

"Aku shalat dulu, di potonya juga sudah kan?" Naisya buka suara, entah pada siapa ia bicara yang pasti Ia berkata demikian hanya Aditya yang dengar.

"Sama, Aa juga mau shalat dulu, tapi Aa mau pulang dulu ke rumah Abah, gak apa-apa kan Dek?"

Naisya berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk.

"Kalau gitu, Aa pamit dulu, jangan kangen ya, hanya sebentar kok." Aditya berdiri dari duduknya, sedikit menggoda Naisya yang sudah malu-malu. Aditya dari tadi terus menggodanya. Naisya tidak bisa mengendalikan ekspresi malu campur bahagianya.

"Iya, aku tidak akan kangen kok," jawab Naisya. Mendengar itu Aditya hanya tersenyum.

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikum salam."

Setelah berpamitan pada Naisya, Aditya pulang ke rumah Abahnya. Karena jarak rumahnya dekat, ya karena masih satu kampung, Aditya bisa pulang tanpa menaiki kendaraan, akan tetapi Aditya malu jika jalan kaki karena pastinya orang-orang akan bertanya padanya, Aditya memutuskan untuk menelepon temannya yang untungnya masih bertamu di rumah Abahnya, untuk menjemputnya, dengan syarat Abahnya tidak boleh tahu jika Aditya kembali ke rumah.

------------

Setelah selesai menunaikan Shalat dzuhur, Naisya kini sudah mengganti pakainannya dengan baju sederhananya, kini ia tengah di kamar duduk sendiri, Naisya sebenarnya bosan, mau keluar tapi malu karena pastinya para tamu akan bertanya mempelai prianya yang masih tak kunjung kembali juga. Kemana sebenarnya suaminya itu, Aditya bilang hanya sebentar.

Naisya berniat menelepon Aditya, tapi ia masih gengsi, nanti di kira kangen, benar, Naisya memang merindukan suaminya itu.

------------

CINTA DALAM ISTIKHARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang