02|Late Night Meeting

522 73 45
                                    

Setibanya di apartment, Charis segera bergegas menuju dapur untuk meletakkan satu box soft baked cookies di atas kitchen counter, lalu mengambil satu botol air mineral dingin dari kulkas dan meneguk isinya hingga tandas. Setelah berhasil menghilangkan dahaganya, ia meraih ponsel yang ia simpan dalam tas Prada Matinee miliknya untuk memeriksa sederet notifikasi yang belum ia buka. Pesan grup kelompok project, pesan grup keluarga, pesan dari para sahabat di Indonesia, email progres bisnis, reminder jurnal harian, dan notifikasi transaksi yang ia lakukan hari ini. Masih dalam posisi berdiri, tangan kirinya ia gunakan untuk bertumpu pada sisi kitchen counter, sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mengoperasikan ponselnya.

Satu per satu pesan telah selesai ia baca dan balas. Kini saatnya untuk mematikan benda persegi panjang itu dan bergegas untuk membasuh diri. Namun, niatnya harus ia urungkan karena jarinya tak mau menurut padanya. Ia malah membuka room chat yang ia sematkan pada posisi teratas dan membaca isi pesan itu mulai dari awal. Kedua maniknya mulai bergetar ketika ia membaca pesan terakhir yang ia kirim, empat tahun yang lalu. Sayang, momen kilas balik itu tak bertahan lama saat ponsel yang ia genggam bergetar hingga membuatnya terkesiap kaget.

Sial! Ternyata pesan spam pinjaman online.

'Satu hal yang aku butuh itu dia, bukan pinjaman online!' gerutunya dalam hati.

Pada akhirnya, ia mengakhiri sesi nostalgia yang tak berarti dan memilih untuk melanjutkan aktivitasnya kembali. Dengan sisa tenaga yang dimiliki, ia berjalan lunglai menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan juga untuk mengumpulkan akal sehatnya yang sempat tercecer karena distraksi kenangan masa lalu.

Melalui cermin berbentuk oval yang menempel di dinding kamar mandi, ia dapat melihat pantulan dirinya yang nampak berantakan. Rambut hitam panjang yang terlihat lepek, kantung mata yang makin menghitam, dan wajah lesu yang terlihat sedikit kusam.

Sungguh menyedihkan! Tak ada gunanya ia rajin melakukan skincare routine sampai belasan layer dan percuma saja ia menghamburkan uang untuk serangkaian produk LA MER, jikalau begadang kini menjadi suatu kebiasaan baru baginya. 

Sejenak ia memejamkan mata dan menghela napas pelan.

"You did well, Cha," bisiknya pada diri sendiri sembari menepuk pelan kedua bahunya.

Empat puluh menit telah berlalu, wanita dengan rambut setengah basah yang berbalutkan piyama biru berbahan satin itu tampak sedang sibuk di dapur mempersiapkan makan malam untuk disantap. Saat tangannya hendak mengambil piring di salah satu kabinet dapur, ponsel miliknya tiba-tiba bergetar dan mengeluarkan bunyi nyaring. Diraihnya ponsel itu dan ia tersenyum tipis saat melihat nama sahabatnya muncul pada layar ponsel nya.

"Halo"

"Charis, aku baru selesai kelas. I'm heading to your apartment now, kamu ada mau titip sesuatu?"

Charis menggelengkan kepalanya, "Nope, kamu langsung kesini aja. I'm cooking for you."

"Aaaa Charis, you're too sweet..." 

Charis menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya saat mendengar jeritan antusias Jena. 

"Okay calm down. Umm anyway, aku lagi masak Tuna Aglio Olio," ucapnya sembari mematikan kompor. "Is it okay for you to eat that for dinner?

Diseberang sana terdengar Jena sedang mendengus pelan, "Charis please deh, that's my favorite dish! I'm totally okay with that. Udah ya, aku mau langsung terbang ke sana. I'm starving to death. Bye!"

Charis hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepala pelan saat Jena langsung memutus panggilan mereka secara sepihak. 

***

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang