23|Seeking the Truth

107 10 1
                                    

"Tumben??"

Satu kata terlontar begitu saja dari mulut Jaemin saat melihat Charis sedang berdiri di depan pintu studionya. Ekspresi kaget bercampur heran terpancar jelas pada wajah Jaemin akan kehadiran wanita ber-hoodie hitam itu.

Tanpa sadar, ia mengamati dari ujung kepala hingga kaki wanita di hadapannya untuk memastikan bahwa penglihatan masih berfungsi dengan baik.

"Nggak mau ajak aku masuk dulu?"

Pertanyaan basa-basi itu sukses menyadarkan Jaemin dan membuatnya refleks menyingkirkan tubuhnya ke sisi samping untuk memberi ruang pada Charis masuk ke dalam studionya.

Seolah berada di rumah sendiri, Charis langsung mendaratkan tubuhnya pada sebuah sofa panjang di tengah ruangan dan mengeluarkan setumpuk kertas, laptop, serta kotak pensil dari dalam tasnya.

Wanita itu terlihat sangat nyaman berada di studio Jaemin, sementara sang pemilik ruangan hanya mengamati setiap pergerakan yang Charis lakukan tanpa mengucap sepatah kata.

"Hari ini nggak pulang ke rumah?" tanya Charis tanpa menoleh ke arah Jaemin yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Pandangan matanya masih fokus pada lembaran kertas berisi foto referensi pakaian, make-up, dan interior ruangan.

"Hari ini nggak pulang."

Charis baru menoleh saat merasakan sedikit guncangan pada sofa yang ia duduki.

"Kenapa? Udah kabarin Tante Soo Bin—Ibu Jaemin, kan?"

Jaemin mengangguk, lalu menggeser duduknya lebih dekat ke arah Charis.

"Udah, kok. Mereka lagi nggak ada di rumah, that's why aku males pulang."

Tak lagi menyahut, Charis hanya mengangguk mengerti akan penuturan Jaemin. Ia kembali menekuri lembaran kertas yang ia susun di hadapannya berdasarkan warna.

"Lagi ngerjain apa? Tumben kamu mau datang ke studio malam-malam gini."

"Mau ajak brainstorming bikin moodboard. Hehehe...."

"Project baru?"

"Iya, special issue buat bulan Februari nanti."

Jaemin hanya mengangguk, lalu meraih beberapa lembar kertas di meja. Dahinya berkerut samar saat memperhatikan foto referensi yang Charis cetak. Jikalau ini special issue untuk bulan Februari, maka seharusnya ada kaitannya dengan perayaan Valentine's Day, kan? Namun, dari sekian banyak foto tersebut, tidak ada nuansa warna merah muda sama sekali—yang identik dengan perayaan itu.

"Cha, kamu mau buat konsep seperti apa?" Jaemin menyuarakan rasa ingin taunya. "Kok nggak ada warna pink sama sekali?"

"Aku mau bikin konsep vintage, pakai warm tone untuk keseluruhan aspek foto nanti."

Charis hendak melanjutkan aktivitasnya kembali, tapi ia urungkan saat mendapati raut wajah Jaemin yang masih dibingkai rasa penasaran.

"Warna pink memang identik dengan perayaan Valentine dan melambangkan perasaan cinta yang menggebu, tapi untuk kali ini aku ingin suatu hal yang berbeda."

Charis mengangkat kedua kaki ke atas sofa dan merubah posisinya menjadi duduk bersila.

"Aku mau angkat konsep everlasting love. Dimana perasaan cinta itu tidak hanya tentang perasaan menggelora dan bergairah di masa muda, tapi juga bisa memberikan rasa nyaman dan aman sampai tua, bahkan dapat memberikan ukiran kenangan indah sampai menutup usia," tutur Charis dengan mata berbinar.

"Oh gosh, you're so brilliant!! Aku suka sama ide kamu."

Jaemin menjawab penuh antusias, maka pada detik selanjutnya ia berjalan ke arah meja kerjanya dan menyalakan kembali komputer yang telah ia matikan beberapa jam yang lalu.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang