03|Survey

350 59 22
                                    

Matahari masih setia bersinar terik meski langit perlahan berubah warna menjadi jingga. Di bawah langit cerah berawan tipis, semilir angin dingin dengan tingkat kelembaban udara yang rendah, dan dedaunan yang mulai berjatuhan membuat musim gugur menjadi musim yang digemari oleh banyak orang.

Cuaca sore itu terasa sangat sempurna bagi mereka yang sedang melakukan kegiatan di luar ruangan. Tak terkecuali bagi dua wanita dengan gaya pakaian casual yang juga memanfaatkan cuaca sore itu untuk berkeliling memeriksa tata bagunan dan detail lokasi gedung yang akan mereka sewa sebagai tempat merintis usaha.

Di tengah hiruk pikuk kawasan Hongdae yang mulai ramai dikerumuni oleh gerombolan anak muda. Charis, Jena, dan satu orang dari agen properti berkeliling dari gedung satu ke gedung yang lain. Sudah hampir dua jam mereka melakukan survey. Namun, tak ada satu pun gedung yang memenuhi standar yang telah mereka tetapkan.

Saat tiba di gedung keempat, Jena yang nampak cukup puas dengan struktur bangunan itu berujar pada Charis, "Cha, kita ambil gedung ini aja ya? Struktur bangunannya kokoh, lokasinya juga cukup strategis."

Charis hanya mengangguk-anggukkan kepala sembari menelusuri ruangan lain yang ada dalam gedung itu. Dalam hati, ia setuju dengan ucapan Jena. Namun, ada hal yang masih mengganjal. Gedung ini belum bisa memenuhi ekspektasinya. Harga sewa yang terlalu mahal, fasilitas yang kurang lengkap, dan ruangan yang tersedia juga tidak terlalu luas. 

Setelah puas menjelajah, Charis berjalan mendekat ke arah Jena dan berbisik,
"Na, aku belum puas dengan gedung ini. Kita coba lihat ke gedung lainnya, ya?"

Jena mendesah pelan, "Astaga Cha, ini sudah gedung keempat. Apalagi yang kurang dari gedung ini?"

Charis memanyunkan bibirnya sembari berucap, "Mahal, Na. Janji Cuma lihat satu gedung lagi. Ya ya?" ucap Charis dengan nada imut dan tatapan mata berharap.

Jena memalingkan wajahnya ke arah lain karena sejujurnya ia sangat lemah melihat ekspresi Charis saat ini, "Oh gosh, kamu ini selalu berhasil buat aku berkata 'Iya'."

Mendengar hal itu, Charis langsung memeluk lengan kanan Jena sembari berucap, "Thank you Jena, kamu emang paling top deh yang lain beng-beng."

Jena hanya bisa mendecak pelan, "Anything for you, nona Perfectionist."

***

Gedung terakhir yang mereka kunjungi berlokasi di ujung perempatan jalan, dekat dengan halte bus dan berjarak sekitar 50 meter dari salah satu pintu pemberhentian stasiun.

Nampak dari luar, gedung itu tidak terlalu luas. Namun, memiliki dua tingkat lantai dan satu lantai basement. Selain itu, di dalam gedung terdapat satu petak kecil lahan kosong yang dapat digunakan sebagai taman indoor.

Mata Charis nampak berbinar saat ia mulai melangkahlan kaki mengelilingi gedung itu, begitupun dengan Jena. Setelah puas meninjau semua ruangan dan memastikan fasilitas pendukung dapat berfungsi dengan baik, akhirnya mereka berdiskusi untuk membuat keputusan.

"Cha, aku sudah yakin sama keputusanku," ujar Jena dengan nada yang tegas.
"Aku pilih gedung ini."

Charis hanya bergumam lirih sebagai respon karena sepasang netranya masih sibuk menelisik setiap sudut ruangan untuk memastikan bahwa gedung ini memang layak untuk disewa.

Charis berpaling ke arah Jena dengan senyum mengembang di wajah nya.
"Oke deal. Aku juga pilih gedung ini."

Jena menghela napas lega karena pada akhirnya Charis memberikan keputusan positif. 

Sembari berjalan pelan ke arah pintu utama gedung, pandangan Charis nampak menerawang membayangkan sesuatu.

"Na, space kosong di sisi depan gedung bisa kita manfaatkan sebagai area outdoor. Kita bisa taruh sekitar... dua sampai tiga meja disana." 

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang