Wanita dengan lesung pipi itu nampak begitu panik ketika mendapati notifikasi tiga panggilan tidak terjawab. Segera ia menempelkan ponsel pada telinganya, menyambungkan kembali panggilan yang ia lewatkan. Nada sambung yang terdengar membuat kakinya mengetuk-ketuk lantai pertanda bahwa ia sedang gelisah.
Tak berselang lama, suara bariton yang sangat ia kenal menyapanya."Dari mana aja kamu, Dek? Kenapa nggak angkat panggilan Kakak?"
Charis mengembuskan napas pelan dan menggigit bibir bawahnya gugup.
"Halo, selamat sore kakakku tersayang," sindir Charis pada Jonathan, kakaknya.
"Kenapa nggak angkat?"
"Adek baru sampe apart, tadi belanja furniture cafe."
Dari seberang sana terdengar suara hembusan kasar keluar dari mulut pria yang kerap disapa Jo.
"Adek tau fungsinya ponsel, kan?" Jo menjeda ucapannya untuk meredam emosinya yang masih memburu. "Kakak tadi khawatir banget waktu kamu nggak ada kabar."
Kepala Charis tertunduk menatap lantai kamarnya dengan tatapan sendu, tangannya meremas ujung cardigan yang ia kenakan.
"Maaf. Adek salah.""Iya, Kakak maafin. Jangan diulang lagi."
Charis mengangguk-anggukan kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"So, how's your day? Kakak pengen tau kamu tadi ngapain aja," ujar Jonathan dengan nada suara melembut.
"Adek tadi pergi ke IKEA trus lanjut ke daerah Itaewon."
"Adek tadi pergi sama siapa?"
"Sama Jeno."
"Hah? Siapa itu—"
"Kak, calm down, okay? Dengerin penjelasan aku dulu ya," sahutnya cepat, memotong ucapan Jonathan. Wanita itu hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar kakaknya mendengus sebal. Jonathan memang selalu seperti itu terhadapnya, sosok kakak yang cukup protektif terhadap adik semata wayangnya.
Charis berjalan menuju kursi yang terletak di ujung kamarnya, lalu ia menyandarkan tubuhnya menghadap keluar, ke arah balkon kamar.
"Jeno itu sepupu Jena. Tadi nggak sengaja ketemu di apart Jena, trus aku diantar belanja sama dia."
"What do you think about him?"
Charis memiringkan kepala, satu alisnya terangkat menandakan bahwa ia sedang bingung dengan maksud pertanyaan yang Jonathan lontarkan.
"Maksud kakak?"
"Gimana pendapat kamu tentang Jeno? Dia orang yang seperti apa? Sifat dan attitude-nya."
"Hm ... dia orang yang baik, ya meskipun wajahnya terlihat galak dan dingin tapi itu semua cuma topeng aja."
Jo terkikik pelan mendengar penjelasan yang Charis berikan.
"Dia ngelakuin hal-hal kecil yang sederhana tapi mengesankan."
"Such as?"
Charis mendongakkan kepala, menatap langit yang mulai menggelap. Matanya menerawang ke atas sana, mengingat kembali tingkah Jeno yang mampu membuatnya terkesan.
"Tadi waktu lagi keliling di Itaewon, kan Adek jalan sisi bahu jalan. Nah, dengan spontan Jeno langsung menggeser tubuh Adek biar jalan di sisi dalam. Trus tadi waktu di penyebrangan juga gitu, padahal Adek bisa nyebrang sendiri. Tapi dia inisiatif gandeng buat nyebrang bareng dia."
Charis menceritakan segala hal baik yang Jeno lakukan padanya. Tentu saja ia melewatkan momen dimana sempat terjadi perselisihan antar keduanya.
"Bagus dong Dek, artinya dia itu peduli sama kamu." Jonathan menjeda ucapannya untuk berdeham membersihkan tenggorokannya. "Dia ngelakuin itu tanpa sadar, artinya dia memang orang yang gentle. I mean, dia ngelakuin hal itu bukan untuk menarik perhatian kamu. Tapi memang pure karena itu kebiasaan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Fiksi Penggemar[Lee Jeno x OC] "It took me five years to meet another guy." "I think you are worth my fight." Lee Jeno, pria yang berprofesi sebagai automotive designer, dikenal sebagai sosok yang gemar berganti-ganti pasangan. Memang benar, pria bermata bulan sab...