15|Gloomy Sunday

158 13 4
                                    

Charis yang sedang bergelung dalam balutan selimut tebal mengerang pelan saat sekujur tubuhnya menggigil kedinginan. Ia membuka sedikit matanya yang terasa masih sangat berat dan bergerak merapatkan selimut hingga ujung leher. Pandangannya mengedar ke sekeliling kamar dan berhenti sesaat pada mesin pendingin ruangan yang menempel pada tembok sebelah kiri.

"Padahal AC lagi mati, tapi kok dingin banget, sih," gerutunya dalam hati. 

Suara petir yang menggelegar keras membuat Charis berjengit kaget dan refleks membuka matanya semakin lebar. Ia langsung menolehkan kepala ke arah balkon kamar yang menampakkan hujan deras sedang turun.

Wanita itu spontan menyipitkan mata kala menyadari jendela kamarnya masih dalam keadaan terbuka. Pantas saja, hawa dingin musim gugur berhasil menerobos masuk kamar karena kecerobohannya semalam yang lupa menutup kembali jendela itu.

Dengan langkah gontai dan selimut yang masih menempel pada tubuhnya, ia menyeret kakinya menuju balkon untuk menutup sedikit jendela kamar dan menatap jalanan Seoul yang basah akibat guyuran hujan.

Langit pagi itu terlihat suram diselimuti oleh awan gelap, intensitas hujan semakin sering terjadi beberapa hari terakhir, dan suhu udara pun semakin dingin. Pertanda musim gugur akan segera berakhir dan digantikan oleh musim dingin.

Untuk sesaat, Charis memejamkan mata dan menghirup dalam aroma khas hujan yang berpadu dengan tanah.

Sungguh menenangkan.

Demi menikmati momen itu, ia memilih untuk menghempaskan tubuhnya di atas kursi rotan yang ada di pojok kamar, merapatkan selimut yang menempel pada tubuhnya, lalu menggosok-gosokkan kedua tangan seraya mengamati lalu lalang kendaraan yang tidak seramai biasanya.

Suasana sendu pagi itu menyulut otaknya memutar ulang kejadian kemarin malam, saat ia menangis tersedu hanya karena satu foto dari sang mantan.

***

"Ada apa, Cha? Tumben jam segini telepon ... " Suara ceria Brian terdengar samar karena beradu dengan kerasnya suara keyboard dan juga mouse yang sedang ia mainkan.

"Kok lo belum tidur, sih? Gue aduin ke Kak Jo," lanjutnya dalam satu tarikan napas.

Omelan Brian menerjang gendang telinga Charis hingga membuatnya menjauhkan ponsel dari telinga. Padahal kini telah larut malam, tapi energi sahabatnya itu masih saja terisi penuh.

Keputusan tepat bagi Charis untuk menghubungi Brian, karena Tiffany pasti sudah terlelap dalam mimpi indahnya.

"Kebiasaan suka ngadu domba. Padahal lo sendiri juga belum tidur, kan?"

Brian terkekeh pelan mendengar sahutan sahabatnya yang terdengar sedang kesal.

"Lagi ngasih self reward, alias masih nge-game," jawabnya dengan nada meledek.

"By the way, lo mau ngomong apa? Nggak biasanya lo telepon semalam ini kalau bukan urusan penting."

Charis menutup matanya sejenak, lalu menghela napas dalam.

"He's back."

Suara berisik dari keyboard dan mouse di ujung sana berhenti seketika.

"Who's back, Cha?" tanya Brian memastikan.

Nada suara Brian seketika berubah menjadi lebih serius, tak terselip candaan atau ledekan pada setiap perkataannya.

"Jeffrey is back. Dia barusan post foto di Instagram."

Brian mengembuskan napasnya gusar. "He's still alive, huh?"

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang