07|Furniture Hunting

203 31 18
                                    

"Halo. Ada apa, Na?" Charis mengerutkan kening begitu mendengar suara Jena yang serak dan tak bertenaga.

"Suara kamu kok lemes gitu sih?"

Dari seberang sana, terdengar suara Jena sedang terbatuk pelan. 

"Cha... sorry, hari ini aku gak bisa nemenin buat cari furniture." Jena menjeda ucapannya untuk minum segelas air guna melegakan tenggorokannya yang terasa gatal. 

"Tiba-tiba badanku sakit semua. Kepalaku pusing banget. Oh God, I hate myself for being so weak."

"It's okay, Jena. Nanti aku bisa pergi sendiri kok," ucap Charis sembari mengunyah avocado salmon toast sebagai menu sarapannya.

"Cha, mending kita ganti hari aja, gimana? Aku ngerasa gak enak kalau kamu pergi sendiri." 

"Aku gapapa kok pergi sendiri. Kalau diundur hari lain takut gak ada waktu, Na." 

"Hmm.. iya deh. Nanti kalau butuh bantuan, kamu telpon aku aja, ya?"

"Siap! Oh ya nanti aku mampir ke apart kamu dulu, ada mau nitip sesuatu?"

"Beneran gapapa kalau aku nitip?"

"Ya jelas gapapa lah," sahut Charis seraya tertawa pelan. 

"Aku lagi pengen makan Jeonbokjuk nih, Cha. Hehe..."
*Jeonbokjuk : bubur abalone

"Oke, nanti aku bawain sekalian. Aku mau siap-siap dulu. Bye."

***

"Ini makan dulu buburnya. Trus minum obat," ujar Charis sembari menuangkan bubur yang ia bawa ke dalam mangkuk.

"Thank you, Cha. You are my savior," sahut Jena sambil tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi rapinya.

"Dihh... Geli ih, Na!" Charis mengibaskan tangannya dan bergerak menjauh dari Jena.

"Hahaha... Kamu lucu kalo lagi sebel." Jena makin terpingkal saat melihat Charis merotasikan kedua bola matanya malas. 

"Na, kamu taruh obat dimana sih?" tanya Charis kebingungan. Tangannya nampak sibuk membuka satu per satu kabinet dapur. 

"Oh, kebetulan obatku udah habis. Belum sempet buat beli lagi hehe."

"Kenapa tadi nggak nitip sekalian?"

Jena hanya menggelengkan kepala dan menyuapkan sesendok bubur ke dalam mulutnya

"Nawnnthi Jhewhno khewshinyi," ujarnya dengan kondisi mulut yang masih penuh dengan bubur. 

"Hahh? Telen dulu baru ngomong." Charis menyodorkan segelas air pada Jena.

"Nanti Jeno kesini ngantar obat dan vitamin."

"Oh?" sahut Charis seadanya.

"Kalau gitu aku berangkat sekarang aja deh, keburu siang." Charis berjalan ke arah sofa yang ada di ruang tengah untuk mengambil tas dan cardigan yang ia tinggalkan disana. 

"Okay Cha, call me if you need—" ucapan Jena terhenti saat bel di unit apartemennya berbunyi. Ia segera berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan ke arah pintu.

"Loh, kok udah dateng sih? Katanya mau kesini nanti siang?"

Mendengar hal itu, sang tamu hanya berdecak dan memutar bola matanya malas. 

"Ada tamu tuh disuruh masuk, bukan malah diomelin," gerutu Jeno sambil berjalan masuk melewati Jena yang masih setia berdiri di sisi samping pintu. 

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang