10|Grocery Shopping

133 22 3
                                    

Sudah hampir dua minggu berlalu sejak Charis dan Jeno menghabiskan waktu makan siang bersama. Sejak itu pula, hubungan mereka menjadi lebih dekat. Dekat dalam artian sudah tidak ada rasa canggung lagi di antara mereka. Charis mulai bisa menyesuaikan diri dengan keberadaan Jeno sebagai orang asing yang secara tiba-tiba masuk dalam lingkaran pertemanannya.

Tak jarang, Jeno mengirim pesan singkat untuk sekadar mengingatkan Charis agar tidak melewatkan makan malamnya, kadang ia mengirim pesan untuk berdiskusi tentang pekerjaan, bahkan ia juga membawa topik ringan tentang isu sosial sebagai bahan untuk perdebatan mereka.

Meski Charis belum sepenuhnya merasa bebas dan terbuka untuk mengekspresikan emosinya, tapi ia dapat melihat bahwa Jeno adalah sosok pria yang baik dan … cukup misterius. Kegiatan berbalas pesan mereka tidaklah terlalu intens, tentu saja karena jadwal Charis yang sangat padat membuatnya melupakan eksistensi ponsel yang ia miliki. Meski begitu, tiap malam menjelang tidur, ia pasti menyempatkan untuk membalas tumpukan pesan Jeno yang tengah mengkhawatirkannya.

Di tengah kesibukannya dalam melanjutkan studi, Charis juga harus menyempatkan waktu untuk mengurus persiapan pembukaan kafe yang tinggal tersisa beberapa bulan lagi. Untung saja, sesi pemotretan untuk issue bulan Desember telah berhasil ia selesaikan lebih cepat sehingga ia dapat bernapas sedikit lega.

Sebagai seorang yang berjiwa introvert sejati, Charis berencana menghabiskan waktu liburnya untuk berdiam diri di apartemen selama akhir pekan ini. Ia perlu mengisi ulang energinya yang telah habis terkuras untuk mengerjakan tugas kuliah yang terus bertambah seiring dengan jadwal ujian akhir yang semakin dekat. Selain itu, selama beberapa minggu terakhir, energinya juga telah habis diserap oleh orang-orang yang ia temui selama proses pemotretan dan mengurus renovasi kafe.

Pagi itu, Charis sengaja mematikan alarm ponselnya agar dapat bergelung dalam selimutnya lebih lama dari biasanya. Namun, sepertinya semesta tidak mendukung rencana hibernasi yang sangat ia idamkan. Suara bel apartemen yang tak kunjung berhenti berhasil memekakkan gendang telinganya. Charis mengumpat dalam hati, membuang bantalnya asal dan menendang selimutnya kesal. Dengan mata setengah terpejam, ia menyeret kakinya gontai menuju pintu untuk memaki tamu tak tahu diri yang berani mengganggu tidurnya. Benar saja dugaannya, Na Jaemin pelakunya.

“Hai, Cha! Kok lemes banget sih?” tanya Jaemin santai tanpa memedulikan tatapan membunuh dari mata Charis.

“Kamu ganggu tidurku!” pungkas Charis sinis, berjalan meninggalkan Jaemin yang masih setia berdiri di depan pintu. Jaemin buru-buru melenggang masuk mengikuti Charis yang ternyata pergi ke arah dapur untuk mengambil segelas air mineral dan meneguk isinya hingga tandas.

“Oh God, ini udah jam sembilan. Kamu mau tidur sampe jam berapa?” Charis mengangkat kedua bahu tak acuh, lalu berjalan ke ruang tengah dan merebahkan tubuhnya di atas sofa.

“Padahal aku berencana hibernasi seharian penuh,” ucapnya sambil mengerucutkan bibir sebal.

Jaemin hanya bisa tertawa pelan melihat ekspresi wanita berambut acak-acakan yang berbalutkan piyama polos berwarna hitam sedang mendumal kesal dengan mata terpejam.

“Masih pagi, nggak usah marah-marah gitu.” Jaemin berjalan mendekat dan menjongkokkan badannya menghadap sejajar dengan posisi Charis yang sedang terbaring miring di atas sofa.

“Kamu pasti belum sarapan, kan? Makanya dari tadi cranky?” Tangan kiri Jaemin bergerak refleks menyelipkan helaian rambut Charis ke belakang telinga, hingga membuat wanita itu membuka kedua matanya dan mendelik kesal pada pria ber-hoodie mint itu.

Memang sudah menjadi kebiasaan bagi Charis apabila ia sedang kelaparan, maka ia akan berubah menjadi sosok wanita yang menyebalkan karena perubahan mood yang turun drastis.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang