11|Curiosity Killed the Cat

148 18 1
                                    

Bukan suatu hal yang baru bagi Yena apabila Jeno bersikap cuek dan dingin padanya. Namun, baru kali ini, ia melihat kekasihnya itu sering melamun dan hilang fokus.

Keanehan sikap Jeno bermula saat mereka sedang menghabiskan waktu makan siang di sebuah restoran yang berlokasi di daerah Yongsan. Agenda berkencan itu awalnya berjalan lancar, hingga netra Yena menangkap sosok yang ia kenal sedang berada di tempat yang sama dengannya.

“Eh, kayaknya aku kenal sama cewek yang duduk di dekat jendela itu deh,” celetuk Yena tiba-tiba.

Jeno menghentikan gerakan tangan yang hendak menyuap dessert pada mulutnya. “Siapa?”

“Fotografer untuk photoshoot bulan lalu.”

Penasaran dengan sosok itu, Jeno meletakkan kembali sendok pada meja dan memutar tubuhnya untuk mencari keberadaan fotografer yang Yena maksud.

Kedua mata Jeno membulat sempurna ketika wanita yang sangat ia kenal berada dalam pandangannya. Untuk sesaat, tubuh Jeno membeku, ia merasa tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia imaji yang sedang ia ciptakan sendiri. Hembusan angin yang berasal dari jendela samping membuat rambut panjang Charis tersibak. Pipi dan hidung mancungnya nampak memerah, sangat kontras dengan wajah tirus yang terlihat pucat.

“Itu dia yang lagi pakai hoodie hitam. Seingetku, namanya Charis.”

Jeno buru-buru memutar tubuhnya kembali menghadap Yena.

“Kamu udah kenal dia sejak lama?” tanya Jeno penasaran.

Yena menggelengkan kepala dan melanjutkan kunyahannya.
“Baru kenal waktu photoshoot kemarin. Nggak terlalu kenal dekat, soalnya kemarin hectic banget.”

Tak ada sahutan dari Jeno yang sedang menatap kosong dessert di hadapannya. Selera makannya tiba-tiba menghilang begitu saja. Pikirannya melalang buana memikirkan hubungan yang terjalin antara Charis dengan pria asing itu. Tak bisa dipungkiri, ada debar berbeda pada jantung Jeno saat menatap senyum manis Charis yang telah lama tak dilihatnya. Namun, di saat yang bersamaan, ada rasa sesak dan nyeri yang menyerang ulu hatinya.

Sial.

Jeno sungguh penasaran. Entah mengapa, ia justru merasa familiar dengan sosok pria itu.

“Jen? Babe?” Yena menggoyangkan tangan kanannya tepat di depan mata Jeno, berusaha menyadarkannya yang sedang melamun.

“Oh? Ada apa?” Jeno sedikit tersentak dan terlihat gelisah.

“Kamu kenapa? Lagi mikirin sesuatu?”

Jeno meraih gelas kaca berisikan air mineral dan meneguk isinya hingga tersisa setengah.

“Nggak kok, cuma masalah kerjaan aja,” ujarnya berbohong.

Wanita dengan lipstik merah itu hanya menganggukkan kepala tak acuh. Baginya, pemikiran dan tingkah laku Lee Jeno sangatlah sulit ditebak. Jeno jarang menunjukkan ekspresi dan emosi yang tengah dirasakannya, sehingga Yena pun tak terlalu mengenal secara mendalam pria yang telah menjadi kekasihnya selama tiga bulan ini. Meski menyandang status sebagai kekasih dari pria yang sangat dielu-elukan, tak membuat Yena berbangga diri. Nyatanya, seorang Lee Jeno justru berada jauh dari jangkauannya. Sulit sekali mencairkan hati Jeno yang telah membeku terlalu lama.
 
"Kita langsung pulang aja, ya?"

"Eh? Kenapa?"

Tak langsung menjawab, Jeno justru melanjutkan kunyahannya dan bergumam tak jelas. Pria itu sedang mencari alasan yang logis untuk kabur dari kencan yang sudah terasa membosankan.

"Aku harus lanjut bikin sketsa." Dari sudut matanya, ia melirik ekspresi wajah Yena yang dibingkai oleh kekecewaan.

"Gapapa, kan?" tanya Jeno memastikan, lebih tepatnya memaksa.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang