24|A Night to Remember

229 10 3
                                    

Mengguyur sekujur tubuh di bawah pancuran air hangat tak serta merta membuat Jeno merasa lebih baik. Nyatanya, selepas menghabiskan waktu yang cukup lama merenung di bawah shower, rasa cemas dan resah yang mengganggu benaknya tak kunjung sirna.

"And is it okay ... if I want to know you more?"

Ingatannya melayang kembali saat Charis sempat tertegun sejenak mendengar kalimat yang mungkin tak pernah ia sangka akan terucap dari mulut Jeno. Dan pada momen berikutnya, wanita itu hanya menanggapi dengan seulas senyum tipis dan disusul dengan ucapan terima kasih sebelum beranjak pergi dari mobil Jeno.

Charis memang tidak mengucap kalimat penolakan secara lugas, pun ia juga tidak memberi pertanda akan mengijinkan Jeno untuk mendekatinya. Tindakan ambigu wanita itu seolah berhasil membuat Jeno merancang berbagai skenario yang terus menerus mengusik benaknya.

Cukup lama Jeno tenggelam dalam dunianya sendiri, hingga suara denting halus ponsel berhasil menyadarkannya.

Charis

Jeno, maaf.

Selama beberapa hari ini aku nggak bisa temani kamu makan siang.

Pundak Jeno luruh seketika, apa Charis menolak ajakannya karena ucapan bodohnya tadi? Ia pun segera mengetik beberapa kata, tapi gerakan ibu jarinya terhenti kala satu pesan baru dari Charis sukses membuat dadanya kembali bergemuruh kencang.

Charis

Kalau hari Sabtu sore, bisa? Kebetulan aku free.

Refleks, senyum tipis terbit pada wajah lesu Jeno. Bolehkah dirinya sedikit berharap?

***

Berbeda dari kebiasaan yang sering mereka lakukan—sering menghabiskan waktu makan siang di dalam ruangan seperti resto atau kafe.

Kali ini, Jeno mengajak Charis untuk berkeliling ke daerah Myeongdong Street Food untuk mengecap berbagai jenis makanan yang dijual di pinggir jalan.

"Is it okay? Kamu nggak keberatan aku ajak ke sini?" tanya Jeno sekali lagi. Ia ingin memastikan bahwa Charis merasa nyaman berada di tengah kerumunan orang asing.

"That's okay, Jen. Aku suka suasana baru seperti ini, kok," jawab Charis dengan mata berbinar yang mengedar ke sekelilingnya.

Pada setiap ruas jalan terbentang satu jalur dimana sisi kanan dan kirinya terdapat para penjual dengan food stall dan food truck yang berjajar rapi, saling bersahutan menawarkan dagangannya.

Paduan aroma gurih dan manis yang menguar bebas di udara seolah menggoda para pengunjung untuk segera mencoba berbagai pilihan sajian lezat yang tiada habisnya. Pun sorakan penuh semangat penonton yang menikmati penampilan unjuk bakat oleh sekelompok pemuda, berhasil memukau Charis dalam sekejap.

Charis menyukai suasana sore itu. Berada di tengah keramaian membuatnya sedikit lebih baik. Atmosfer Myeongong kala itu sukses membuatnya merasa lebih hidup, seolah riuh pengunjung yang berkeliaran dapat menghilangkan jemu dan penat yang mengendap dalam tubuhnya. Gelak tawa yang memenuhi rungunya seakan menambah energinya kembali penuh.

"Makasih, Jen."

"Hmm?" Jeno hanya bergumam sambil mengangkat salah satu alisnya. Riuh tepuk tangan para penonton di ujung jalan mengaburkan suara sang puan. Sehingga ia maju selangkah lebih dekat ke arah Charis dan menundukkan sedikit tubuhnya sejajar dengan wanita itu dengan tujuan dapat mendengar ucapan sang lawan bicara dengan jelas.

"Kamu tadi ngomong apa, Cha?"

"Thank you ... for everything," ulang Charis sekali lagi, diiringi senyum manis yang nampak begitu tulus dan hangat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang