Part 8 (Diusir)

2K 157 6
                                    

Dikira Miskin oleh Keluarga Suami 8

Part 8 (Diusir)

"A ... Amira, kamu --"

"Ya! Aku yang udah beli rumah kamu. Jadi mulai sekarang rumah ini udah punyaku. Beresin barang-barang kamu sama keluargamu sekarang," ucapku memotong omongan Mas Galih.

"Ta--tapi kenapa bisa?" ucap Mas Galih yang masih tak percaya.

"Ya bisa dong! Karena aku punya uang. Bahkan aku bisa saja membeli kesombongan kalian selama ini kepadaku," ucapku sambil tersenyum sinis.

"Hey, ada apa ini rame-rame di rumah saya."

Tiba-tiba ada yang berteriak dari arah belakang kami. Ternyata itu ibunya Mas Galih, Ibu Sofiatun. Mungkin dia baru pulang kerja.

"Ngapain kalian kesini," ucap Bu Sofiatun dengan menunjuk Pak Broto dan aku.

"Saya kesini mau ngusir kalian dari rumah ini," ucapku santai.

"Siapa kamu berani-berani ngusir saya dari rumah saya sendiri," ucapnya tak terima sambil berkacak pinggang.

"Saya? Saya adalah pemilik baru dari rumah ini," jawabku.

"Halah, jadi pembantu itu jangan kebanyakan ngehalu," ucapnya sambil tersenyum mengejek.

"Siapa yang bilang kalau saya pembantu?" tanyaku.

"Ya memang kamu pembantu," ucap Mas Galih menimpali.

"Saya jelaskan siapa saya. Perkenalkan nama saya AMIRA SALSABILLA pemilik dari perusahaan, restoran bahkan hotel bernama AMSAL GROUP," ucapku memperkenalkan diri.

"Halah, nggak usah ngehayal kamu," ucap Bu Sofiatun tak percaya.

"Yang menghayal itu anak anda, sekolah di sekolah favorit dengan mengaku anak dari pemilik restoran AMSAL GROUP. Apa nggak malu kalau sampai ketahuan teman-temannya bahwa kenyataannya ibunya hanyalah seorang buruh cuci," ucapku.

"Jangan fitnah kamu!" Bentak Bu Sofiatun tak terima dengan ucapanku tentang anaknya, Tari.

"Tak percaya ya sudah. Sekarang saya minta kalian pergi dari rumah ini sekarang. Karena rumah ini sudah saya beli dari Pak Broto. Bukan begitu, Pak?" tanyaku kepada Pak Broto.

"Iya betul, Non," ucap Pak Broto.

"Kalian dengar sendiri bukan? Cepat kalian beresin barang-barang kalian. Saya kasih waktu 2 jam," ucapku.

"Ya nggak bisa gitu dong. Ini rumah saya! Nggak ada yang boleh ngusir saya dari rumah saya sendiri."

"Yaudah kalau begitu, sekarang bayar hutang kalian ke saya 250 juta!" Bentak Pak Broto. Mungkin dia sudah lelah untuk bertele-tele.

"Ta--tapi pak, saya belum punya uangnya," ucap Bu Sofiatun mulai menangis.

"Kalau begitu silahkan angkat kaki dari rumah ini," ucap Pak Broto tegas.

"Pak Broto, saya mau pulang dulu, 2 jam dari sekarang saya akan datang lagi kesini. Jadi tolong Pak Broto pastikan mereka semua keluar dari rumah ini sebelum saya datang. Bisa, Pak?" tanyaku pada Pak Broto.

"Sangat bisa, Non, tenang saja," ucapnya sambil menyeringai.

Setelah itu, aku tinggalkan mereka dan memilih untuk pulang. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Pukul 11 siang, jadi jam 1 siang aku harus kembali lagi ke rumah Mas Galih dan memastikan mereka semua pergi dari rumah itu.

***************

Sesampainya di rumah, aku merebahkan diri ditempat tidur. Tenaga dan pikiranku terkuras habis untuk memikirkan keluarga Mas Galih yang menjengkelkan itu.

Dikira Miskin oleh Keluarga Suami (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang