Dikira Miskin oleh Keluarga Suami 19
Part 19 (ancaman Sonia)
"Tari!" ucapku menahan geram.
"Ka--kamu, ngapain kamu kesini," ucapnya ketakutan ketika melihat kedatanganku.
Jika tak ada polisi disini, sudah ku injak-injak mukanya.
Perbuatannya sudah keterlaluan, bisa membahayakan nyawa orang lain dan sekarang Reyhan harus menderita karena perbuatan Tari.
"Sepertinya kamu memang pantas berada di penjara seperti abang kamu itu," ucapku.
"Ti--tidak! Nggak! Aku nggak mau di penjara!" teriaknya.
"Kenapa? Takut?" ucapku mengejek.
"Dasar perempuan jal*ng! Perempuan licik! Akan ku bunuh kamu! Awww!!" Makinya, dan ketika dia hendak menyerangku, tiba-tiba dia mengadu sakit.
"Aww to-long," rintihnya sambil memegangi perutnya, sedangkan jarum infus yang berada di tangan kirinya hampir terlepas hingga darah mengalir dari tangannya.
Sebenarnya inginku tak peduli, tetapi sisi kemanusiaanku tiba-tiba muncul.
Akhirnya aku memanggil dokter dan tak lama kemudian, dokter pun datang.
Dokter langsung memeriksa keadaan Tari, sedang suster membantu membetulkan jarum infus yang tadi hampir terlepas.
Sekitar 10 menit memeriksa dengan rintihan Tari yang mengadu kesakitan, akhirnya Tari sudah bisa tenang.
"Maaf Bu Tari, Ibu barusaja melakukan kuretase, jadi ibu tidak di anjurkan untuk melakukan aktifitas yang bisa membahayakan ibu sendiri, apalagi rahim ibu sedikit mengalami infeksi akibat benturan keras yang terjadi dibagian perut Ibu," ucap dokter kepada Tari.
"Ini semua gara-gara kamu!" teriak Tari kepadaku.
"Ck, tidak tau diri," gerutuku.
Karena Tari terus saja mengumpat, akhirnya dokter terpaksa menyuntikkan obat penenangan kepada Tari dan tak lama, Tari pun terlelap.
"Dokter, sebenarnya apa yang terjadi pada Tari?" tanyaku kepada dokter.
"Bu Tari mengalami keguguran bu, janin yang ada dikandungan Bu Tari tidak bisa diselamatkan dan terpaksa harus di keluarkan karena beliau mengalami benturan yang cukup keras di bagian perut, dan kami juga melakukan kuretase kepada Bu Tari. Akibat benturan itu, rahim Bu Tari mengalami sedikit luka, dan itulah yang menyebabkan tadi Bu Tari berteriak kesakitan," jelas dokter.
"Tapi apakah rahim Tari bisa sembuh?" tanyaku.
"Bisa bu, yang penting Bu Tari tidak melakukan aktifitas yang berat-berat dulu," jelas dokter.
Aku hanya mengangguk.
"Kalau begitu saya permisi dulu. Mari," pamit dokter dan suster, lalu mereka berdua pergi meninggalkan ruangan Tari.
Setelah dokter dan suster pergi, 2 orang polisi masuk ke dalam ruangan Tari.
"Pak, kapan penahanan Tari bisa di lakukan?" tanyaku kepada polisi bernama Pak Hadi.
"Jika kondisi Bu Tari sudah stabil, kita akan mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya mengenai kasus tabrak lari yang dilakukan oleh Bu Tari. Baru setelah itu, kami akan membawa Bu Tari untuk dimintai keterangan lebih lanjut," jelas Pak Hadi.
Aku menghela nafas, antara lega dan tak tega.
Lega karena pelaku tabrak lari sudah di temukan dan tak tega karena Tari barusaja kehilangan bayinya dan akan mendekam di penjara menyusul Abangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikira Miskin oleh Keluarga Suami (TAMAT)
RandomBagaimana jadinya jika pengorbanan kita sebagai seorang istri tak pernah dihargai hanya karena status pekerjaan?