Dikira Miskin oleh Keluarga Suami
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Part 4 (parasit)
"Tenang aja, Mbok, aku sepertinya masih mau bermain-main dengan mereka," ucapku sambil menyeringai.
*************
Kini aku sudah berada di restoran X untuk meeting bersama para kolega dari perusahaan lain. Di sudut restoran, aku seperti melihat sosok Mas Galih. Tapi untuk apa dia ada disini, batinku.
Setelah selesai meeting, ternyata Mas Galih masih ditempatnya. Sepertinya dia menunggu seseorang.
Aku berniat untuk menghampirinya, tapi urung kulakukan karena saat ini aku sedang menjadi seorang Amira Salsabila seorang pewaris tunggal perusahaan, hotel, dan restoran bernama AMSAL GROUP. Bukan menjadi Amira seorang ART yang biasa dikenal Mas Galih.
Aku hanya memperhatikan Mas Galih dari jauh.
"Ah, mungkin dia lagi nungguin orderan," pikirku. Sebab, seperti yang Mas Galih bilang bahwa dia adalah seorang Ojol.
Tapi kenapa dia pakai baju formal, bukan jaket ojol? Ah, dari pada penasaran, lebih baik aku tunggu apa yang sedang dia lakukan. Tak lupa aku memakai masker untuk menutupi penyamaranku.
Kurang lebih 10 menit aku menunggu, tetapi tak ada yang aneh sampai saat ini. Namun, saat aku hendak pergi meninggalkan restoran, tiba-tiba ada seorang perempuan menghampiri Mas Galih. Pake acara cipika-cipiki segala. Bahkan mereka nampak mesra sekali. Tak mungkin jika wanita itu adalah penumpangnya. Aku yang penasaran mencoba untuk menghubungi gawai Mas Galih.
Tuuuut tuuuut
Panggilan tersambung tetapi tidak kunjung diangkat. Aku melirik mereka berdua. Aku mencoba menghubungi lagi nomor Mas Galih.
"Halo? Ngapain sih nelfonin mulu! Aku lagi sibuk nih!" Bentak Mas Galih.
"Oh maaf, Mas, aku cuma kangen aja sama kamu," ucapku berbohong sambil terus mengawasi Mas Galih dengan wanita tadi.
"Udah sana kerja yang bener! Aku lagi sibuk," ucap Mas Galih dan panggilan pun terputus.
"Dasar penghianat! Belum juga seminggu nikah udah mesra-mesraan sama cewe lain," umpatku dalam hati.
Tapi aku seperti pernah melihat wanita itu, tapi dimana ya?
**********
Sudah sebulan aku menjadi istri Mas Galih dan selama itu pula Mas Galih tidak pernah menyentuhku. Antara senang dan sedih yang kurasakan.
Senang karena nantinya aku akan lebih mudah jika harus berpisah dengannya dan sedih karena sepertinya aku hanya dijadikan sapi perah oleh keluarganya.
"Hey, Mir! Mana gajian kamu! Sekarang kamu gajian kan!" Todong Ibu saat aku baru saja melangkahkan kakiku memasuki rumah.
"Emm, anu bu ..." Ah, aku bingung harus menjawab apa. Aku lupa jika hari ini tepat sebulan aku berpura-pura kerja. Dan aku juga lupa tidak membawa uang tunai.
"Anu anu apa!! Udah cepetan sini uangnya!"
"Uangnya belum ada, Bu. Tadi nyonya belum ngasih uangnya. Mungkin besok baru dikasih."
"Jangan bohong kamu! Pasti uangnya diumpetin 'kan sama kamu? Mau jadi menantu durhaka kamu? Ha?" ucap Ibu sambil tangannya melayang keudara hendak menamparku. Dengan sigap aku menahan tangannya sebelum mengenai pipiku.
"Bu! Jika saja tangan Ibu sampai menampar pipiku, aku tak segan-segan buat ibu menyesal," ucapku sambil menyentakkan tangan ibu hingga ibu hampir terjatuh.
"Lih, Galih tolong ibu, Nak. Galih! kesini cepetan." Teriak Ibu.
'Heleh, pake ngundang pasukan segala,' batinku.
"Kenapa, Bu?" Tanya Mas Galih.
"Itu istri kamu kurang ajar. Ibu minta uang gajiannya malah ibu didorong, untung aja ibu nggak jatuh," ucap Ibu mengadu pada Mas Galih.
"Kamu berani-beraninya kasar sama ibu aku ya! Ibu aku itu juga ibu kamu tahu nggak! Kamu pikir kamu siapa disini! Kamu itu cuma NUMPANG! Inget! N-U-M-P-A-N-G! Jadi turutin semua omongan ibu!" Bentak Mas Galih tepat dihadapanku.
"Cih! Siapa kalian berani-beraninya ngatur hidupku," ucapku sambil berlalu meninggalkan mereka.
"Heh, mau kemana kamu!" Cegah Mas Galih saat aku hendak masuk ke kamar.
"Udah cukup ya Mas keluarga kalian nindas aku, nyuruh-nyuruh aku kaya pembantu! Aku disini itu menantu, bukan pembantu!" Bentakku.
Plak!
Tamparan Mas Galih terasa perih di pipiku. Cukup sudah aku bermain sandiwara dihadapan Mas Galih. Akan ku buktikan siapa aku sebenarnya.
"Kamu mau jadi istri durhaka karena melawan suami, mau kamu?!" Ucap Mas Galih sambil menjambak rambutku.
Tak sedikitpun aku merintih kesakitan. Akan kubuktikan siapa Amira Salsabila yang sesungguhnya. Aku hanya tersenyum sinis diperlakukan bak hewan oleh Mas Galih.
"Mulai hari ini aku talak kamu! Mulai sekarang kamu bukan lagi istriku. Silahkan kamu angkat kaki dari rumahku." Usir Mas Galih yang berhasil membuatku senang bukan kepalang.
"Oke," ucapku singkat sambil berlalu.
Tak kubawa baju-baju yang bulan lalu sudah kubawa kesini. Biarlah dipakai kedua adik Mas Galih. Bukan aku tak tau bahwa selama ini bajuku sering dipakai oleh Sinta dan Tari tanpa dicuci kembali.
"Heh, Mir!" Panggil Mas Galih sebelum aku pergi. Aku hanya membalikkan badan tanpa menjawab panggilannya.
"Ingat, jika besok udah dapet gajian. Uangnya kasih ke ibu," ucap Mas Galih tanpa malu.
"Dasar parasit," ucapku. Lalu aku pergi meninggalkan rumah penuh penderitaan itu.
"Kamu itu yang parasit, udah numpang nggak tahu diri pula!" teriak Mas Galih saat aku sudah sampai di teras rumahnya. Hal itu membuat emosiku meluap.
"Aku parasit? Nggak salah kamu Mas? Emangnya apa yang pernah aku minta dari kamu sama keluarga kamu itu? Bahkan selama menjadi suami istri tak pernah sekalipun kamu menafkahi aku lahir maupun batin, bukan?" tantangku.
"Ya kan kamu selama ini tinggal disini, itu sama aja kalau kamu itu parasit."
"Ya memang aku tinggal disini, tapi bukankah tenagaku kalian peras habis-habisan bahkan selama disini aku tidak pernah diperbolehkan makan. Kalian bilang kalau aku hanya akan menghabiskan makanan kalian."
"Yaa tapi kan itu --"
"Udahlah, Mas, males aku ngladenin orang kaya kamu," jawabku cepat memotong ucapan Mas Galih.
"Pembantu aja sombong," teriak Mas Galih lagi.
"Kamu akan tau siapa aku yang sebenarnya," ucapku menoleh ke arah Mas Galih sebentar lalu pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikira Miskin oleh Keluarga Suami (TAMAT)
RandomBagaimana jadinya jika pengorbanan kita sebagai seorang istri tak pernah dihargai hanya karena status pekerjaan?