Dikira Miskin oleh Keluarga Suami 20
Part 20 (kebusukan Sonia)
PoV Amira
"Nak Amira nggak papa?" tanya Tante Tyas kepadaku.
"Nggak apa-apa kok, Tante," jawabku.
"Rey, ngapain sih si Sonia masih gangguin kamu?" tanya Tante Tyas kepada Reyhan.
"Reyhan juga nggak tau Ma," jawab Reyhan
Sebenarnya apa yang terjadi antara keluarga Reyhan dan Sonia? Bukankah Sonia bilang jika dia dan Reyhan mempunyai hubungan, tetapi kenapa sepertinya sekarang mereka berseteru?
Beberapa pertanyaan muncul dikepalaku kala mengingat tentang Sonia. Sebenarnya aku penasaran kenapa mereka seperti enggan untuk berdamai, tetapi aku tak punya keberanian untuk bertanya karena itu bukanlah urusanku.
"Mir, maafin sikap Sonia ya," ucap Reyhan.
"Udah kamu tenang aja, aku nggak apa-apa kok," ucapku dengan tersenyum mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.
"Mungkin Nak Amira bingung ya sama Sonia?" tanya Tante Tyas seolah tau apa yang aku pikirkan.
"Ehh, enggak kok Tante," jawabku kikuk.
"Sonia itu dulu adalah tunangannya Reyhan, tetapi dia mengkhianati Reyhan dengan menjalin hubungan dengan Pak Rama, teman Papanya Reyhan yang seorang pengusaha. Ternyata Sonia lebih memilih Pak Rama ketimbang Reyhan, dan memutuskan pertunangan mereka secara sepihak," Tante Tyas mulai bercerita.
"Satu tahun berlalu, Sonia beberapa waktu lalu kembali lagi ke kehidupan Reyhan dan meminta maaf atas kesalahannya dulu, kami sebenarnya sudah memaafkan. Tetapi Tante sudah tidak menginginkan Sonia menjalin hubungan lagi dengan Reyhan. Tetapi kegigihan Sonia untuk mendapatkan restu Tante cukup kuat hingga akhirnya Tante mencoba untuk membuka kembali hati Tante dan menerima kehadian Sonia lagi."
"Tetapi ternyata Sonia tidak berubah, beberapa saat sebelum kecelakaan. Reyhan cerita ke Tante, sebenarnya dia saat itu sedang lari sore, dia nggak bawa apa-apa kecuali hp, karena Reyhan suka dengerin lagu pake headset kalau pas lagi lari-lari kecil gitu. Terus katanya dia lihat Sonia bareng om-om habis keluar dari hotel dan kelihatan mesra. Hiks hiks." Tante Tyas bercerita dengan sesekali mengusap airmatanya yang mulai mengalir ke pipi.
"Ma, udah," ucap Reyhan lirih.
"Dan ternyata mereka baru aja check in hotel. Sekarang Sonia hamil, dia minta pertanggung jawaban dari Reyhan padahal Sonia sendiri tau jika Reyhan pun tak pernah sekalipun berbuat yang tidak-tidak dengannya, tetapi Sonia tetap kekeh untuk minta dinikahi oleh Reyhan, karena Sonia sendiri tak tau siapa ayah dari anak yang dikandungnya makanya dia minta Reyhan menjadi ayah dari anaknya kelak." Tante Tyas semakin terisak kala menceritakan tentang Sonia.
Tenyata Sonia perempuan yang licik, pikirku. Bagaimana mungkin dia meminta pertanggung jawaban kepada lelaki yang bahkan tak pernah menyentuhnya.
"Maafkan Tante jika Tante sering menyebut Nak Amira dengan kata 'calon mantu'," ucap Tante Tyas.
Aku hanya tersenyum menjawab ucapannya.
"Tapi nggak papa kan?" tanya Reyhan menggodaku.
"Ehh, apaan sih," ucapku sambil memalingkan muka. Mungkin sekarang wajahku sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Kalau malu-malu gitu tambah cantik loh," goda Reyhan.
"Udah-udah jangan digodain terus Nak Amiranya," ucap Tante Tyas.
"Mana ada ngegoda sih Ma, aku kan ngomong fakta."
******
PoV Sonia
"Dasar perempuan nggak tau malu, udah di usir berkali-kali tetap aja datang kesini. Mau ngapain kamu? Ha? Mau menghasut anak saya lagi? Iya? Atau mau mengancam calon mantu saya?" ucapan Tante Tyas terngiang-ngiang di kepalaku.
"Arrggg si*l!! Pokoknya aku harus ngedapetin Reyhan lagi! Aku nggak mau kehilangan Reyhan! Ini semua gara-gara perempuan tadi," ucapku jengkel sambil memukul stir mobil, aku masih berada di parkiran rumah sakit.
Kriiinnnngg
Ponselku berdering.
Aku tersenyum ketika tau yang menelpon adalah Yoga.
"Halo, Sayang. Lagi dimana?" sapanya ketika panggilannya kuangkat.
"Aku lagi bete berat nih, Yog," ucapku.
"Kenapa?" tanyanya.
Aku mulai menceritakan apa yang kualami tadi di rumah sakit.
"Lagian kamu ngapain sih masih ngejar-ngejar Reyhan?" tanyanya.
"Kamu tau? Walaupun Reyhan bukan berasal dari keluarga yang kaya. Tapi dia punya tanggung jawab yang luar biasa. Itu yang ngebuat aku nggak rela untuk nglepasin dia," jawabku.
"Udahlah lupain Reyhan. Percuma aja kamu ngejar-ngejar dia, dia itu udah nggak cinta lagi sama kamu. Mana mau dia sama perempuan hamil yang bahkan nggak tau siapa ayah dari anak yang di kandungnya," ejek Yoga.
"Sh*t! Dahlah males aku sama kamu," ucapku jengkel.
"Haha, jangan marah dong, nanti cantiknya luntur loh. Gimana kalau sekarang kita senang-senang aja. Aku bakalan buat kamu lupa sama Reyhan," ucap Yoga menggoda. Dia seakan tau apa yang aku butuhkan saat ini.
"Gimana?" tanyanya lagi.
"Kamu sekarang ke apartemenku ya," ucap Yoga lagi.
"Oke," ucapku singkat, lalu kuputuskan panggilan telfon dari Yoga dan meluncur ke apartemen Yoga.
Yoga memang selalu tau apa yang aku butuhkan ketika aku sedang ada masalah. Kehangatan dan kenyamanan yang dilakukan Yoga bisa membuatku lupa akan semua masalahku.
Setelah sampai, aku langsung masuk ke dalam apartemen Yoga tanpa mengetuk pintu, karena sudah jadi kebiasaanku keluar masuk apartemen Yoga sesuka hati.
"Akhirnya yang ditunggu datang juga," ucap Yoga dengan wajah sumringah.
Aku membalasnya dengan tersenyum pula. Yoga mengunci pintu dan mulai mendekatiku.
"Kamu cantik," bisiknya di telingaku.
Yoga menggendongku menuju tempat tidur dan mulai membuka seluruh pakaianku.
"Walaupun kamu lagi hamil, tapi tidak mengurangi kecantikan dan kes*ksian kamu," ucap Yoga lalu .... *sensor*
Dan segala kenikmatan dunia itu terjadi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikira Miskin oleh Keluarga Suami (TAMAT)
РазноеBagaimana jadinya jika pengorbanan kita sebagai seorang istri tak pernah dihargai hanya karena status pekerjaan?