Part 18 (Kronologi kecelakaan)

1.4K 112 1
                                    

Dikira Miskin oleh Keluarga Suami

Part 18 (kronologi kecelakaan)

Pov Amira

Wanita tadi menatapku tajam, lalu dia masuk dengan sengaja menyenggol lenganku.

"Siapa kamu?" tanyanya ketus kepadaku.

 Ketika aku hendak menjawab, Tante Tyas sudah menjawabnya dulu.

"Dia calon istrinya Reyhan," jawab Tante Tyas.

"Apa? Nggak mungkin!" sanggah wanita tadi.

"Sonia, ngapain kamu kesini?" tanya Reyhan yang tiba-tiba terbangun.

Howalah! Ternyata wanita tadi itu yang bernama Sonia.

"Ya aku mau jengukin kamu dong, Sayang," ucap Sonia sambil mendekat ke arah Reyhan, tetapi dicegah oleh Tante Tyas.

"Udah, Reyhan nggak perlu dijenguk sama kamu. Sekarang kamu pergi dari sini," ucap Tante Tyas mengusir Sonia.

"Aku nggak mau pergi Tante, aku mau nemenin Reyhan," ucap Sonia.

"Mending kamu sekarang pergi aja," usir Reyhan.

"Rey?" panggil Sonia, mungkin dia tidak menyangka jika Reyhan mengusirnya.

Aku tidak ingin berlama-lama di sini.

"Tante, Om, Reyhan, emmm, Mbak. Maaf saya harus pergi dulu, permisi," ucapku buru-buru lalu aku pergi meninggalkan mereka.

"Mir!" teriak Reyhan memanggilku saat aku sudah sampai pintu.

Seketika aku menghentikan langkahku dan menoleh ke arahnya.

"Hati-hati," ucap Reyhan sambil tersenyum.

Aku membalasnya dengan senyuman juga, tetapi tak sengaja aku melihat wajah Sonia seperti tak suka kepadaku.

Buru-buru aku keluar ruangan. 

'Mbok Jumi bilang kalau ada polisi mencariku perihal kecelakaan kemarin. Apa mungkin pelakunya sudah tertangkap,' pikirku.

Aku memesan taksi online untuk pulang, dan tak lama kemudian taksinya pun datang.

"Atas nama Bu Amira?" tanya driver taksi online saat taksinya berhenti tepat di depanku.

"Ya, saya," jawabku. 

Lalu aku langsung masuk ke dalam mobil.

*********

           

Saat sudah sampai hotel, aku langsung buru-buru menuju ke kamarku, dan benar saja, disana sudah ada 2 orang polisi, Mbok Jumi dan Pak Kosim.

Seketika mereka semua berdiri ketika menyadari kehadiranku.

"Dengan Bu Amira?" tanya salah seorang polisi bernama Hadi, terlihat dari nametag yang ada diseragamnya.

"Ya, saya sendiri," ucapku.

Aku mengisyaratkan kepada mereka untuk duduk kembali.

"Ada apa ya Pak?" tanyaku.

"Begini bu, kami ingin meminta keterangan perihal kecelakan yang dialami Bu Amira dan teman ibu tempo hari di depan minimarket," ucapnya.

"Apa pelakunya sudah ketemu Pak?" tanyaku.

"Sudah bu, hanya saja, pelakunya sekarang sedang berada di rumah sakit." 

Polisi mulai menjelaskan kronologi bagaimana si pelaku tabrak lari bisa di tangkap.

Aku mendengarnya dengan seksama, tetapi sepertinya aku mengenali ciri-ciri pelaku yang disebutkan oleh Pak Hadi, itu seperti ... Tari.

Tapi aku tidak boleh suudzon dulu. Siapa tahu hanya mirip, pikirku.

Tapi jikapun benar itu adalah Tari, maka tak akan ku biarkan dia lolos.

"Jika ibu berkenan, ibu bisa ikut kami ke kantor untuk menjadi saksi, di kantor sudah ada 2 saksi yang melihat bagaimana kronologi kecelakaan itu dan kamu sudah mengantongi rekaman cctv di sekitar tempat kejadian." 

"Baik, Pak," ucapku.

Lalu aku mengikuti kedua polisi tadi ke kantor polisi. 

*********

Sesampainya di kantor polisi, sudah ada 2 orang yang menunggu disana. 

"Selamat siang," sapaku kepada 2 orang saksi yang sudah berada di kantor polisi.

Setelah itu, polisi mempersilahkan kita bertiga duduk.

"Jadi begini Bu Amira, mereka berdua adalah Pak Fandi dan Pak Haris. Pak Fandi adalah saksi yang melihat bagaimana kronologi kecelakaan itu dan sedangkan Pak Haris adalah saksi yang mengejar pelaku," jelas Pak Polisi.

"Bisa di jelaskan Pak Fandi dan Pak Haris bagaimana kronologi yang sebenarnya," pinta Pak Polisi kepada Pak Fandi dan Pak Haris.

"Baik Pak," ucap keduanya bersamaan.

Pak Fandi mulai menjelaskan bagaimana kronologi kecelakaan itu terjadi. Pak Fandi berkata jika pelaku sudah mengintaiku dari jauh, hal itu disadari Pak Fandi karena merasa janggal kepada pelaku yang mengenakan pakaian serba tertutup dan pandangannya seperti mengawasi seseorang.

Kebetulan Pak Fandi merupakan tukang batagor yang berjualan di sekitar minimarket dan kebetulan dia memperhatikan pelaku tabrak lari itu.

Pak Fandi juga memberikan keterangan bahwa kecelakaan itu sepertinya memang kesengajaan, karena dia melihat saat aku hendak menyebrang, tiba-tiba saja pelaku memacukan motornya dengan kencang dan akhirnya menabrak seseorang.

Sedangkan Pak Haris memberikan penjelasan bagaimana kronologi dia bisa menangkap si pelaku tabrak lari itu.

Pak Haris bercerita jika saat terjadi kecelakaan, dirinya barusaja selesai berbelanja di minimarket dan hendak pulang. Lalu dia melihat kecelakaan tetapi si penabrak malah melarikan diri, dengan cepat Pak Haris mengejar pelaku dengan motornya dibantu dengan 4 orang lainnya.

Pak Haris berkata jika pelaku tidak mau memberhentikan motornya padahal sudah diteriaki untuk berhenti. Tak kehabisan akal, lalu sambil melajukan motornya, Pak Haris mencopot sandalnya dan melemparkannya kearah pelaku.

Usaha Pak Haris berhasil karena setelah dilempar sandal, pelaku tersebut oleng dan terjatuh. Tetapi yang membuat Pak Haris dan lainnya terkejut adalah yang menabrak itu ternyata wanita yang sedang hamil dan naas kandungannya tidak bisa di selamatkan.

Aku mendengarkan cerita Pak Fandi dan Pak Haris dengan seksama. Mencermati setiap ucapan yang mereka lontarkan.

"Maaf Pak, pelaku tabrak lari nya sekarang berada di rumah sakit mana ya?" tanyaku kepada Pak Polisi setelah Pak Fandi dan Pak Haris selesai memberikan kesaksian.

"Ada di rumah sakit X, Bu," jawab Pak Polisi.

"Bisa saya kesana?" tanyaku.

"Bisa, Bu. Jika Bu Amira mau, kami bisa mengantarkan kesana," tawar Pak Polisi.

Akhirnya aku diantar Pak Polisi ke rumah sakit untuk melihat sendiri siapa pelaku tabrak lari itu. 

Mendengar cerita dari para saksi yang menyebutkan ciri-ciri si pelaku, aku yakin jika itu adalah Tari.

*******

Ketika aku dia arahkan ke kamar rawat pelaku, ternyata di depan pintu ruangan sudah ada 3 orang polisi yang berjaga.

Kriiieettt

Aku membuka pintu kamar rawat pelaku dan ternyata selama ini dugaanku benar.

"Tari!" ucapku menahan geram.

Dikira Miskin oleh Keluarga Suami (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang