Dikira Miskin oleh Keluarga Suami 9
Part 9 (Rencana Bu Sofiatun)
Setelah Mas Galih dan ibunya pergi menggunakan motor dengan membawa 4 tas besar, ini tinggallah aku, Pak Broto dan kedua bodyguardnya.
"Terimakasih Pak Broto karena sudah menjalankan tugas dari saya dengan baik," ucapku pada Pak Broto.
"Tidak masalah, tetapi jangan lupa bayarannya," ujarnya.
"Saya tidak mungkin lupa," ucapku lalu mengeluarkan amplop coklat berisi sejumlah uang untuk Pak Broto.
"Terimakasih, senang bekerja sama dengan anda," ucapnya kepadaku lalu menyerahkan kunci rumah Mas Galih dan pergi.
Setelah Pak Broto pergi, aku pun langsung menuju ke kantor. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang. Aku harus berbicara dengan Winda tentang Mas Galih.
"Pak, antar saya ke kantor ya," ucapku kepada Pak Kosim.
"Baik, Neng."
***********
"Winda, tolong ke ruangan saya sekarang," ucapku kepada Winda yang tengah sibuk mengerjakan tugasnya.
"Ba--baik, Bu," ucapnya gugup.
Setelahnya, Winda mengikutiku ke dalam ruangan. Sepertinya dia takut jika aku akan memecatnya. Karena aku tau, jika dia memerlukan banyak biaya untuk pengobatan neneknya.
"Silahkan duduk," ucapku mempersilahkan Winda untuk duduk.
"I--iya, Bu," ucapnya lalu duduk di hadapanku.
"Kamu jangan tegang gitu, saya nggak akan apa-apain kamu," ucapku agar Winda tak terlalu gugup.
Kini posisi duduk Winda tak segelisah tadi, tapi pandangannya selalu menunduk. Mungkin Winda tak berani menatapku.
"Winda, saya minta kamu jauhin Galih," ucapku tanpa basa-basi.
Bukan karena aku masih mencintai Mas Galih sehingga meminta Winda menjauhi nya, tetapi aku tak ingin jika Winda menjadi korban pemerasan terhadap keluarga Mas Galih.
Terlebih lagi saat ini Winda sedang berjuang untuk membiayai dirinya dan neneknya yang sedang sakit. Jadi aku tak ingin jika Winda diperbudak oleh Mas Galih sama sepertiku dulu.
Winda yang sedari tadi menunduk tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menatapku tak percaya.
"Ta--tapi kenapa, Bu?" tanyanya bingung.
"Kamu tau siapa Galih?" tanyaku.
"Dari yang Mas Galih bilang, dia seorang driver ojek online."
"Terus kamu kenal sama keluarganya?" tanyaku lagi.
"Enggak begitu kenal Bu, karena saya hanya ketemu ibu dan adik-adik Mas Galih cuma sekali waktu lamaran," jelasnya yang kini sudah mulai relaks.
"Maaf Bu, kenapa ibu nyuruh saya jauhin Mas Galih. Ibu kenal sama Mas Galih?" tanyanya.
"Saya mau ngasih tau kamu. Saya adalah istrinya Mas Galih. Opps sorry, lebih tepatnya calon mantan istrinya," jelasku.
"Ja--jadi ibu istrinya Mas Galih?" tanyanya tak percaya.
"Saya disini bukan meminta kamu jauhin Galih karena saya masih mencintainya, tapi karena saya peduli sama kamu dan saya tidak mau kamu menjadi korban selanjutnya."
"Maksud ibu?" tanya Winda bingung.
Akhirnya aku menjelaskan kepada Winda awal mula aku dan Mas Galih bertemu dan sampai akhirnya menikah. Tak ada yang dikurangi ataupun dilebih-lebihkan dari pernyataanku. Bahkan aku juga menceritakan bagaimana Mas Galih yang kuusir dari rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikira Miskin oleh Keluarga Suami (TAMAT)
RandomBagaimana jadinya jika pengorbanan kita sebagai seorang istri tak pernah dihargai hanya karena status pekerjaan?