1

566 40 3
                                    

SMA Yuuei seperti biasa, ramai saat bel istirahat berbunyi. Siswa siswi mulai keluar dari kelasnya untuk pergi ke kantin termasuk Uraraka dan yang lainnya.

"Yaoyorozu san apa kau mau ikut?" Ajak  Ashido pada Momo.

"Ahh tidak, aku bawa bekal, dan aku makan dikelas" Jawab Momo sambil tersenyum simpul.

"Biasalah" Ucap Jirou menanggapi sambil keluar dari kelas.

Momo. Cewek itu menghampiri meja Todoroki yang ada disebelah nya.

"Todoroki san, aku membuat ini tadi pagi" Momo menyondorkan satu kotak bekal pada Shoto yang sedang merapikan mejanya.

"Hm" Todoroki mengambil bekal tersebut dengan wajah malasnya itu "aku makan dikantin" Ia membawa bekal tersebut keluar bersamanya.

Momo sangat senang, tunangannya itu mau menerima pemberiannya. Ya tunangan, mereka dijodohkan oleh orangtua mereka, namun Shoto menentang itu sejak lama, sementara Momo tak menyadarinya, yang ia tau Shoto adalah orang yang dingin.

Shoto melewati tong sampah dan membuang sesuatu kedalamnya. Kotak bekal. Sayang sekali selama ini bekal yang dibuat Momo untuk Todoroki Shoto berakhir ditong sampah. Momo tak pernah sadar, yang ia tahu Todoroki orang yang ceroboh yang selalu melupakan wadah bekal yang ia berikan untuk dikembalikan.

"Sialaann!" Jirou mengumpat saat ia melihat hal tersebut. Ia tak habis pikir dengan kelakuan tunangan sahabatnya itu.

"Yaomomo.." Kyouka Jirou mendekati Momo yang sedang sibuk dengan makanannya.

"Ada apa Jirou?" Momo memiringkan kepalanya.

"Besok lagi tak usah membawakan Todoroki bekal lagi!" Ucapnya dengan tegas.

"A-apa maksudmu?" Momo semakin bingung saat kata kata itu dilontarkan oleh Kyouka.

"Benar, kau tak usah membawakanku bekal lagi" Shouto tiba tiba masuk kedalam kelas sambil membawa kotak bekal yang kosong.

"Karena aku selalu kekenyangan dengan porsi yang kau beri" Momo tersenyum tatkala Todoroki mengembalikan kotak bekalnya.

"Ahh gomen.. Todoroki san, kalo begitu aku tak membawa bekal lagi" Jirou kesal dengan sikap Todoroki itu.

"Tadaima.." Shouto. Laki laki itu pulang dari sekolahnya dalam keadaan lesu karena ia lupa membawa uang jajan sedangkan bekal yang diberikan momo ia buang.

"Ah.. Okaeri" Wajah shoto berubah drastis tatkala seorang pria menjawab salamnya. Ya, pria itu adalah Enji, ayah Shouto sendiri.

Hubungan Enji dan Shouto itu kurang baik, disebabkan Enji yang selalu mengekang Shouto untuk menjadi juara kelas dan menjadi nomor satu pastinya.

"Untuk pertunanganmu, harinya akan dipercepat" Ucapan Enji semakin membuat Shoto jengkel.

"Berapa kali kubilang, aku tak mau menikah, apalagi dengan Yaoyorozu itu!" Bantah Shouto.

Plak...

Satu tamparan berhasil mengenai pria dwiwarna itu.

"Apa kau tak mengenal balas budi hah, keluarga Yaoyorozu lah yang telah menyelamatkan kita, kau sendiri bisa sekolah juga karena bantuannya!" Enji membentak Shouto yang sedang menatapnya tajam.

"Kita jatuh miskin juga karena kau, tiap hari berjudi, dan mabuk mabukan saja, dan sekarang apa, kau hanya menjadikanku pion!" Shouto langsung masuk kekamarnya. Ia lelah berdebat dengan ayahnya itu.

Memang benar Enji dulunya adalah seorang yang berjudi dan mabuk mabukan, sampai seorang pengusaha kaya datang menolongnya. Siapa sangka ia adalah teman lamanya. Teman SMA. Yaoyorozu, lelaki itu memberikan sebagian modal dan pekerjaan untuk Enji.

Enji merasa telah banyak merepotkan Yaoyorozu, ia menawarkan sesuatu untuk membalas budi namun selalu ditolak olehnya, sampai suatu hari putri tunggal Yaoyorozu diculik oleh pesaing perusahaan Yaoyorozu.

Nama anak itu adalah Momo. Anak berusia 8 tahun yang diculik oleh beberapa orang dan disekap dibangunan tua. Dan yang menyelamatkan Momo adalah Touya, anak sulung Enji sendiri.

Ambisi Enji saat itu adalah menjadikan Touya menjadi pelindung sekaligus menjodohkan Momo dengannya. Namun Touya yang pada saat itu berusia 19 tahun terlalu dikekang oleh Enji, ia kabur dari rumah dan tak meninggalkan pesan apapun.

Setelah kepergian kakak tertuanya, sekarang giliran ia yang dijadikan pion ayahnya untuk membalas budi pada keluarga Yaoyorozu.Hal itu yang membuat Shouto makin benci pada ayahnya.

Shouto menghembuskan nafasnya diatas futonnya. Ia lelah sekali hari ini. Ia malah belum sempat makan siang karena Enji yang tiba tiba muncul tadi.

Ting...

Satu pesan masuk pada ponsel Shouto. Ternyata dari kak fuyumi yang menyuruhnya untuk ke rumah sakit untuk menjenguk ibu.

"Shouto.. " Rei, ibu dari Shouto yang dirawat dirumah sakit akibat KDRT yang dilakukan Enji beberapa tahun yang lalu membuat shouto lagi lagi makin benci ayahnya.

"Ibu.." Shouto langsung duduk disebelah ranjang ibunya.

"Momo chan mana?" Rei mencari keberadaan calon menantunya itu.

"Aa.. dia sedang les" Dusta shouto. Ia sebenarnya malas mengajak Yaoyorozu karena ia masih pusing dengan perjodohan mereka.

"Shouto, besok jangan lupa ya, datang ke festival kembang api, bersama momo chan" Sialan Natsuo itu, padahal shouto sedari tadi menghindari topik tentang Momo, mau tak mau ia mengangguk.

"Tentu saja" Ucapnya pelan.

Lagi lagi Momo, Shouto sudah muak dengan ini. Ditambah keluarganya yang hancur ini apa yang mereka harapkan?, membuat hidupku makin hancur?. Batin Shouto.

Hari ini hari jumat, ia dipaksa untuk berkencan dengan Momo di festival kembang api nanti malam.

"Ahh, Todoroki san!" Momo menyapanya dengan senyuman seperti biasa.

Shouto hanya mengamati gerak gerik perempuan didepnanya itu.

"Apa ini?" Tanya Shouto saat Momo menyodorkan sebuah wadah bekal.

"Ano, seperti biasa?" Shouto kesal. Bukanya kemarin sudah dibilang tidak usah dibawakan?

Shouto memperhatikan bekal itu sejenak dan ia mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan.

"Aku tak sudi memakannya" Kata kata itu sukses membuat hati Momo seakan hancur.

Kyouka yang mendengarnya pun marah.

"Oii apa yang kau katakan pada Yaomomo!" Ia hendak mencakar wajah Shouto, namun ia dicegah oleh Ashido.

"Apa yang kau lakukan!" Ucap Kyouka marah.

"Sudah kubilang aku tak sudi memakannya" Ucap Shouto mengulangi perkataannya lalu pergi.

"Aku tak menyangka setengah setengah itu orangnya brengsek" Ucap Katsuki sambil memperhatikan layar handphone nya.

"Yaoyorozu san, apa boleh kumakan bekalmu?" Momo tersenyum pada Iida yang hendak memakan bentonya.

"Ah, silahkan, tapi maaf jika rasanya tak enak dan mungkin terlalu banyak porsinya?" Ucap Momo lirih.

"Mmmm, apa apaan kau ini, ini sangat enak. Apalagi ini adalah beef stew. Ini makanan kesukaanku!" Ucapnya dengan rona merah dipipinya.

Sebenarnya ia hanya ingin menghibur wakil ketua kelas itu, namun tak disangka Momo memasak makanan kesukaanya.

"Hah benarkah?, apa kau mau kubuatkan setiap hari?" Momo sangat senang dipuji, dan ia tak keberatan memasakan sesuatu untuk orang lain, toh ia juga terbiasa memasakan sesuatu untuk Shouto.

"J-jika kau tak keberatan" Ucap Iida gugup.

Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang