21

53 4 1
                                    

Shouto benar benar tak tahu apa apa, situasi ini semakin membuatnya takut.

"Yosetsu.." Nama itu keluar dari mulut Momo. Shouto menatap wajah istrinya yang berkaca kaca.

"Nona kenal Awase? hahaha pria itu baru kembali dari Paris dua hari yang lalu!" Monoma berceletuk agak kencang, membuat sesisi ruangan terpenuhi oleh suaranya.

Awase Yosetsu, mantan siswa kelas B SMA Yuuei. Sebulan setelah kepindahan Momo, ia juga turut pindah ke Paris, karena masalah bisnis orang tuanya, yang dipertanyakan oleh Shouto, apa hubungan Momo dengan Awase?

"Sepertinya sekian pertemuan kita kali ini, Nona Yaoyorozu" Monoma segera pergi menjemput Awase yang ada diluar kantor.

Momo berlari dengan kencang mengikuti Monoma.

Shouto melebarkan matanya, Momo berlari tanpa memikirian perutnya itu. Shouto marah, sebenarnya siapa Awase Yotetsu itu?!

Air mata lolos dari kedua mata Momo, ketika melihat sosok yang sudah lama tak ia temui itu.

"Yaomomo.." Pria itu memeluk Momo dengan erat, begitu juga dengan Momo. Mereka berpelukan selayaknya sepasang kekasih.

Shouto marah, takut, kecewa, sedih semuanya ia rasakan saat melihat adegan itu.

"Yote-"

"Sttt.." Ucapan Momo dipotong oleh Awase yang sedang tersenyum getir pada Momo.

"Aku sudah tahu semuanya, aku tak apa" Awase mengelus kepala Momo dengan pelan, sementara tangis Momo pecah saat diperlakukan seperti ini oleh Awase.

Bughh...

Satu bogeman mengenai pipi kiri Awase. Ya.. Itu Shouto yang sedang marah besar. Monoma berusaha menahan Shouto yang mengamuk itu.

"Shouto san.. Hentikan!" Momo ikut menahan suaminya itu.

"Tidak bisa dibiarkan, orang ini harus kuhabisi!" Shouto memberontak pada Monoma.

"Apa apaan ini?!" Kini mereka ber empat berada diruang pribadi Youyorozu.

"Maaf Yaoyorozu san, saya lancang memeluk putri anda" Awase membungkukkan badannya, sementara Shouto menatapnya dengan tajam.

"Cukup, Shouto. Jangan membuat kegaduhan dikantor" Yaoyorozu menegur menantunya.

Yaoyorozu menarik nafasnya. Ia tahu ada kesalahan pahaman di antara mereka.

"Shouto, dia itu Awase Yotetsu, dia yang menjaga putriku selama di Paris. Mantan kekasih putriku" Hati Shouto sakit mendengar fakta itu.

"Aku berhutang padanya. Jadi biarkan mereka mengobrol"

Mantan?, jadi dia orangnya. Serasi sekali dari cara mereka menatap satu sama lain. Iri, Shouto sangat iri. Tatapan Shouto sangat tajam melihat kedua sejoli itu duduk di bangku taman.

Monoma tersenyum getir menertawakan dirinya sendiri, serta kedua lelaki yang bersamanya beberapa menit yang lalu. Kehidupan mereka bertiga pernah terisi oleh wanita itu. Namun mereka tak kan bisa memilikinya. Baik Shouto maupun Awase, serta dirinya yang hanya bisa mengagumi Momo dari kejauhan.

"Maaf.. Maafkan aku" Ucapan maaf terus keluar dari mulut Momo.

"Cukup. Jangan meminta maaf lagi padaku... Ini semua memang salahku" Awase, lelaki itu menatap perut Momo yang terlihat rata namun jika diperhatikan perut itu membuncit bak ibu hamil. Yah.. Pakaian yang Momo pakai sangatlah manipulatif.

"Dari awal aku yang mengejarmu, meski ku tahu kau mencintai orang lain, aku yang salah"

Ya. Memang itu faktanya. Momo sama sekali tak mencintai Awase saat itu, namun Awase sendirilah yang memaksakan kehendak Momo. Lama lama Momo terjebak di hati Awase, walaupun hubungan mereka dipaksakan, Momo tak peduli, yang penting ia jauh dengan lelaki bernama Todoroki Shouto.

"Terima kasih. Terima kasih untuk semuanya, Terima kasih karena kau tulus mencintaiku, sungguh maafkan aku, aku tak bisa membalas perasaanmu, serta semua yang kau lakukan padaku"

Awase tersenyum. Sepertinya ini memanglah jalan terbaik untuknya. Awase sadar, semua yang ia lakukan dulu pada Momo itu salah, dan ia harus meminta maaf.

Shouto mendiami Momo. Kejadian beberapa jam yang lalu itu benar benar membuat Shouto marah dan kecewa.

"Shouto san, kami hanya mengobrol" Momo membujuk suaminya yang merajuk itu.

"..." Tak ada jawaban. Itu sungguh membuat Momo kesal.

"Kau ini kenapa sih?!" Momo kesal dengan sikap kekanakan Shouto itu, tanpa ia ketahui bahwa suaminya itu benar benar takut jika Momonya direbut orang lain.

Shouto lebih baik pergi daripada harus bertengkar dengan Momo. Ia meninggalkan Momo yang sedang menggerutu kesal.

Dan disilah ia lari dari masalah. Bar, tempat kotor itu yang membuatnya tenang saat ini. Menghabiskan satu dua botol, minum sampai muntah. Dasar pecundang, ia dikerubungi banyak wanita malam dengan pakaian terbuka. Ia tak mempedulikannya, namun ia juga tak menolak ketika para wanita itu meraba raba tubuhnya.

Apakah seseorang yang kotor sepertinya pantas untuk Momo?

Mau sampai kapan?, sampai kapan ia mengekang perasaan Momo?, dirinya egois tanpa merasakan perasaan Momo.

Rasanya pusing, mataku rabun, semuanya perlahan mengabur dan gelap. Aku bisa mendengar suara wanita nakal yang kemayu dan suara musik yang berisik. Bukan, ini bukan tempat yang membuatku tenang, tempat yang tenang adalah Momo. Maaf Momo, aku seorang yang kotor.


Halo guys maaf ya jarang up karena author lagi sibuk dan sebenernya author lupa kalo author pernah buat cerita disini wkwkwk makasih ya udah diingetin... Author usahain bakal up tiap akhir pekan (klo niat ya hehe)

Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang