26

48 3 1
                                    

Shoto pikir istrinya akan membaik jika ia berada didekat ibunya. Tapi sayang, keadaan Momo makin memburuk.

Suatu malam Shoto yang sedang membaca buku dikamarnya dikejutkan dengan ketukan pintu beruntun.

Shoto membuka pintu kamarnya, ia melihat wajah istrinya yang sangat pucat.

"Momo, ada apa denganmu?!" Shoto menggenggam erat tangan Momo.

"Shoto san, aku tidak tahan lagi" Momo meneteskan air matanya.

"Katakanlah!" Momo memeluk tubuh Shoto dengan erat, membuat Shoto makin khawatir.

"Aku tidak mau bersama ibu, aku ingin bersama mu, kau tahu? Dia selalu mengancamku untuk diam dikamar, membatasi porsi makanku!" Gigi Shoto bergemelatuk menahan emosi.

"Apa ibumu sudah tidur?" Tanya Shoto lembut.

Momo menggeleng "aku menyelinap saat dia sedang di kamar mandi" Katanya.

"Masuklah, dan jangan keluar kamar tanpaku" Shoto menarik lembut lengan Momo kedalam kamarnya, lalu ia mengunci pintunya.

"Bagaimana jika dia memarahiku?" Momo menggigit bibirnya, ketakutan.

"Berhentilah menggigit bibir. Biar aku yang mengurus ibu, kau tidurlah" Shoto mengecup dahi Momo yang sedang ketakutan itu.


Momo mengamati kamar yang sudah beberapa minggu tak ia tempati. Rasanya agak asing.

Ia tak sengaja menyentuh benda dibawah selimut. Buku 'panduan berumah tangga'. Momo tergelitik melihatnya. Shoto selalu membeli barang yang tidak perlu, padahal baginya Shoto sudah cukup baik dalam berumah tangga, hanya saja ia masih belum bisa menerimanya. Momo jadi merasa agak bersalah.

Pria itu kini sedang bergelut dengan ibu mertuanya, sementara Momo dikamar sibuk membolak balik buku yang Shoto beli itu.



"Berhentilah mengatur hidup Momo seakan ia berada di sanggarmu itu, dia sedang hamil bu!" Shoto menekan kata katanya.

"Kau memerintahku hm?,"

"Asal kau tahu, Momo itu putriku dan aku berhak mengatur hidupnya!" Ucap Yaoyorozu.

"Aku suaminya. Dan aku yang berhak mengatur hidupnya!" Bantah Shoto.

"Kau masih belum sadar akan posisimu?, beberapa bulan lagi kau bukan lagi suaminya"

"Tapi sayangnya detik ini aku masih jadi suaminya,"

"Ibu... Kumohon, aku benar benar menyayangi putrimu. Aku bisa menjaganya sendiri. Tolong jangan mencampuri urusan rumah tangga kami" Shoto mengacak surainya frustasi.

"Dulu Suamiku juga bilang begitu, tapi nyatanya ia lebih sayang dengan uangnya"

"Jujurlah. Niatmu mendekati Momo karena uang kan?" Shoto benar benar terkejut dengan prasangka ibu mertuanya.

"A-apa maksudmu, aku benar benar tulus mencintai Momo, jangan samakan aku dengan pria lain!"

Yaoyorozu melemparkan tas berisikan uang yang sangat besar jumlahnya, membuat Shoto makin tak percaya dengan aksi ibu mertuanya.

"Apa ini?" Gumam Shoto.

"Tinggalkan putriku, dan ambil itu" Shoto marah. Ia benar benar marah, namun tak mungkin juga ia memukuli wanita didepannya ini.

"Orang gila!" Dengan kekesalannya, ia menjatuhkan tas tersebut dan meninggalkan ibu mertuanya itu.

Orang gila mana yang berani mengumpati ibu mertuanya.

Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang