16

64 8 0
                                    

Shouto ketiduran dimeja kerjanya. Walaupun musibah menimpanya beberapa waktu lalu, itu tak menggoyahkan tekadnya untuk tetap bekerja.

Sore tadi Momo hilang kendali terlarut dalam emosinya, sampai sampai ia harus dibius.

Merasa pahanya berat, ia membuka matanya. Istrinya duduk dipangkuannya dengan raut sayunya.

Tengah malam begini Momo membangunkan suaminya.

"Kau belum tidur, ada apa?" Shouto terkejut saat mata Momo berkaca kaca.

Ohh yatuhan Shouto langsung paham. Sebentar lagi akan ada keributan. Sejak kecil Shouto sudah mengenali ekspresi ini.

"Aku ingin teh 'Da hong pao' bisakah kau temani aku membelinya?" Ini adalah kebiasaan buruk Momo, yaitu ia akan tantrum jika menginginkan sesuatu disaat lelah, apalagi kondisinya sekarang sedang teler.

Shouto melebarkan matanya 'Da hong pao'? Itu jenis teh termahal.

"Momo, itu sesuatu yang mahal. Aku tidak bisa memberikan itu padamu" Ucap shouto lirih.

Momo meraih wajah Shouto pelan "aku hanya ingin kau temani aku membelinya, kau tak perlu repot repot membelinya" Shouto merasa pusing. Istrinya benar benar royal. Menghabiskan 17 miliar hanya untuk teh?

"Momo itu berlebihan, bagaimana jika kubuatkan teh yang ada dirumah?" Momo merengut seketika.

"Kenapa? Aku kan membelinya dengan uang hasil kerja kerasku sendiri, atau aku beli sendiri saja ya?" Shouto langsung memeluk Momo dengan erat agar istrinya tak kemana mana.

"Aku tahu.. Tapi uang sebanyak itu lebih baik kita tabung untuk sesuatu yang lain" Shouto tahu kehidupan Momo yang terlalu mewah sejak kecil membuat Momo sedikit manja walaupun terbiasa menjalani hidup tanpa orangtua, walau begitu Momo sebenarnya seorang pekerja keras.

"Tapi Dabi san dulu sering memberikanku oleh oleh teh itu saat pulang dari Tiongkok" Shouto merengut. Touya ternyata yang membuat Momo menjadi manja, tapi tak apa selama ia hanya bermanja pada Shouto.

"Aku akan memberikan semua yang kupunya untukmu, kecuali teh itu" Shouto berusaha menenangkan Momo yang tampak stres, sepertinya ia kelelahan.

"Minta pada ayah saja, berikan ponselku" Momo mengguncang tubuh Shouto, sejak SMS misterius dari seseorang itu, Shouto menyimpan ponsel Momo.

"Momo..ayo tidur saja" Shouto menyeret pelan Momo menuju ranjangnya, sementara Momo memberontak, ngotot ingin dibelikan teh mahal itu.

"Kubuatkan teh yang ada saja ya?" Momo menolaknya sambil menangis.

Shouto memeluk serta mengelus pelan punggung Momo yang perlahan terbuai oleh usapan itu. Dengan tangisan lemah dipelukan Shouto, Momo mengigau.

"Aku ingin teh"

Shouto menutup matanya seolah merasakan kepedihan dihatinya, Shouto tahu kondisi Momo sekarang yang emosional, ia kadang menghawatirkan janin yang ada diperut istrinya.

"Stt... Tidurlah.." Shouto bersikap seakan ia sedang menenangkan putrinya yang menangis ingin dibelikan balon.

Dan akhirnya Momo tidur dalam keadaan mata sembab dipelukan shouto.

Siang itu Shouto bermain dihalaman rumahnya bersama kakak kakakknya serta Momo.

"Istriku, kau terlihat cantik saat menggunakan ini" Shouto menyelipkan bunga kertas ditelinga Momo yang tersenyum lebar itu.

Ya. Mereka bermain rumah rumahan, kadang mereka bermain seolah mereka adalah keluarga yang bahagia, walaupun Shouto tahu bahwa seseorang yang sedang berperan sebagai istrinya adalah calon istri kakaknya.

"Shouto, Yaoyorozu lihat kesini!" Momo dan Shouto menoleh ke kamera yang ada ditangan Natsuo.

Shouto memeluk Momo erat, sementara Momo mencium pipi Shouto. Itu foto pertama mereka berdua.

Mobil besar berhenti dihalaman Shouto. Rei keluar dari rumahnya menemui sang tamu.

Nyonya Yaoyorozu. Dengan sepatu tingginya, ia memasuki halaman rumah Shouto dengan tergesa gesa.

"Aku sungguh minta maaf telah merepotkanmu, Rei" Wanita itu berulang kali membungkukkan badannya dihadapan Rei.

"Ahah tak masalah, malah Shouto senang punya teman dirumah.

Yaoyorozu datang untuk menjemput putrinya.

"Tidak mau. Aku ingin bersama Todoroki san!" Momo menolak ajakan ibunya.

Berulang kali Momo tak bisa dibujuk. Momo memeluk erat Shouto yang kebingungan.

"Momo!" Yaoyorozu menyeret paksa Momo yang menangis histeris.

Dan akhirnya Momo berhasil dimasukkan ke mobil besar itu. Rei sendiri tak tega dengan cara yang dilakukan Yaoyorozu pada Momo barusan.

Sungguh kejam, batin Shouto.

Kejadian rewel Momo tak hanya itu, waktu itu saat tepat saat mereka kelas satu, dan itu saat Shouto mulai menjauhinya.

Momo bersikeras untuk selalu berada didekat Shouto.

Ia ingin ikut les menggambar bersama Shouto, namun...

"Ibu, aku ingin kursus menggambar bersama Todoroki san!" Shouto menguping pembicaraan ibu dan anak di sebuah kafe yang kebetulan shouto ada disana.

"Momo, ibu sudah masukan kamu ke sanggar model!" Ibunya tegas dalam mengatakan itu. Dan seketika Momo menangis saat gagal membujuk ibunya.

Menurut Shouto yang memengaruhi sikap Momo yang sekarang adalah tekanan dari keluarganya. Beberapa kali Shouto mendengar keributan antara Momo dan ibunya. Serta Momo yang rewel jika sesuatu yang inginkan tak dipenuhi.

"Malam malam begini mana ada yang jual teh, sayang.." Shouto berbisik pada Momo yang sudah tertidur pulas diantara dada Shouto.



Eaa nungguin ya, btw trimakasih ya udah vote😍☺😍☺

Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang