30

63 6 0
                                    

"Apa?, cek lagi data pengeluaran perusahaan!" Yaoyorozu memijat keningnya saat melihat kertas yang ada ditangannya.

Disana tertulis atas nama Todoroki Enji yang melakukan penarikan uang perusahaan dengan nilai yang sangat besar.

"Haruskah saya membawa orang itu kehadapan anda, pak?" Monoma menawarkan dirinya untuk membawa sahabat bosnya ke ruangannya.

"Tidak. Bersikaplah biasa padanya, ini pasti hanya kesalahan teknis" Ucap Yaoyorozu.



Rumah megah itu kedatangan dua pasangan muda.

"Nona dan tuan, silahkan masuk" Para pelayan terkejut dan juga senang melihat Momo kembali ke rumahnya.

"Ibu dimana?" Tanya Momo.

"Nyonya sedang di Amerika, sementara tuan ada di kantor" Ucap salah satu pelayan.

Senyum Momo sedikit luntur mendengar jawaban pelayan itu. Shoto yang menyadari hal itu pun langsung menepuk pundak istrinya.

"Kau tidak lelah?" Tanya Shoto.

"Lelah" Jawabnya singkat.

Dan disinilah mereka berada. Dikamar Momo, terasa sangat sepi. Momo terdiam diatas sofa nya dengan wajah sebalnya.

"Kau ingin sesuatu?" Tanya Shoto dengan senyum lembutnya.

Momo menatap mata Shoto sejenak sebelum ia menjawab perkataan suaminya.

"Apa kau mau memenuhi keinginanku, jika kuberi tahu?" Shoto mengangguk tanpa ragu.

Momo menyeret shoto ke atas ranjangnya, ia mulai membuka lemari lama nya dan mengambil beberapa pakainnya, serta mengambil beberapa tas make up nya.

Shoto duduk terdiam mengamati istrinya yang mondar mandir mengumpulkan pernak pernik perhiasannya.

"Jangan bergerak" Momo memakaikan beberapa jepit rambut dan kuncir kepada Shoto.

Shoto memejamkan matanya saat istrinya memoleskan beberapa kosmetik diwajahnya. Ia pasrah dengan semua perlakuan Momo saat ini.

"Sekarang kenakan ini" Momo menyodorkan kostum pelayan miliknya, membuat Shoto sedikit melotot.

"Aku?" Tanya Shoto memastikan.

"Kau pikir aku sedang bicara dengan siapa?!" Ucap Momo marah.

"Baiklah" Shoto menghela nafasnya.

Baju pelayan yang sedikit sempit, make up diwajahnya, serta telinga kucing dikepalanya membuat Momo tertawa terbahak bahak. Suaminya sangat imut.

"Kau terlihat konyol, ahahhahahahha" Momo benar benar tertawa, hingga seluruh rumah dipenuhi dengan tawanya.

"Sudah lama kita tak mendengar tawa itu ya?"

"Terakhir sepertinya saat nona berumur 5 tahun"

Para pelayan tersenyum mendengar tawa Momo.

Shoto terdiam menatap Momo yang menyangga air matanya. Ia tak pernah melihat Momo seperti ini. Sungguh demi apapun ia rela melakukan apapun agar istrinya dapat tertawa seperti ini sepanjang hidupnya.

"Kau senang?" Momo menatap mata suaminya yang sedari tadi terpaku padanya.

"Ya. Kau sangat konyol dan lucu. Aku suka!" Ucap Momo sambil memegangi perutnya.




"Kau gila hah?!, bagaimana jika terjadi apa apa dengan menantuku?!" Shoto menjauhkan ponselnya dari telinganya, saat ayahnya menyemburkan berbagai makian kepadanya.

"Maaf, ayah kututup sebentar" Shoto dengan cepat mematikan telpon itu. Pagi itu Shoto sedang menikmati wajah indah istrinya yang masih terlelap itu, namun ia malah diganggu dengan dering teleponnya.

"Shoto san?" Momo mengerjapkan matanya. Ia menatap penampilan suaminya yang masih mengenakan kostum pelayannya.

Momo terus menertawakan Shoto yang sengaja memakai kostum itu untuk Momo.

"Hentikan... Mandilah, dan ganti pakaianmu" Momo menyeka air mata di sudut matanya.

"Baik sayang" Shoto segera mengambil hamduknya dan langsung mandi.

Sementara Momo menuruni anak tangga satu persatu dengan hati hati. Tak ada seorangpun yang ada di rumah itu kecuali para pelayan yang sedang menyiapkan sarapan.

"Nona Momo sudah bangun rupanya.." Ucap salah satu pelayan menyapa Momo.

Momo tersenyum, walaupun ia agak kecewa saat mengetahui bahwa orangtuanya tak akan ada di Jepang hingga 3 bulan kedepan, padahal ia akan melahirkan dibulan depan.

Momo merasakan ada tangan yang melingkar di perutnya.

"Selamat pagi anakku" Shoto mengusap perut besar itu dengan lembut.

"Cepat sekali!" Ucap Momo kaget.

"Ya.. Itu keahlianku" Shoto menciumi pipi Momo. Aroma stroberi tercium dari tubuh Momo membuat Shoto terkekeh.

"Tidak adil" Ucap Shoto

"Tidak mandi pun kau tetap wangi" Ucap Shoto yang terus menciumi Momo.

"Hentikan" Momo mencubit hidung shoto.

"Hari ini kita akan pergi membeli peralatan anak kita" Ucap Momo sambil mengunyah makanannya.

"Kau tidak lelah?" Tanya Shoto.

"Aku lelah menjawab pertanyaanmu" Kedua orang itu tertawa sambil memakan sarapannya

Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang