33

34 5 1
                                    

"Bodoh sekali hahahahahah" Seorang pria berambut putih tertawa terbahak.

Dengan keadaan terikat dan babak belur, Shoto mencoba menatap pria itu.

"Kau pikir, si Touya mati tertabrak mobil hah?" Ucap pria itu.

"Justru kau yang akan mati begitu" Lanjutnya.

"Mau apa kau?!" Seru Shoto dengan napas tercekat.

"Aku ingin kau mati. Karena kau sangat mengganggu!" Pria itu menendang perut Shoto dengan membabi buta.

"Jika aku tak bisa membunuh Momo, lebih baik aku membunuhmu" Pria itu makin brutal menginjak injak tubuh Shoto, ia menyiksa Shoto hingga matahari terbit.

Pagi itu rumah Todoroki gempar dengan kehilangannya Shoto.Diawali dengan tangis Momo yang menyadari bahwa suaminya benar benar tak kembali.

Polisi langsung dikerahkan pada pagi hari, dimana saat itu Shoto benar benar tak kuasa menahan sakitnya siksaan pria gila itu.

"Kau bilang mau membunuhku kan?" Ucap Shoto sambil mengerang.

"Hoho kau benar.. Tapi aku ingin menyiksamu terlebih dahulu" Ucap pria itu dengan nada meledek.

"Kau benar Tomura, pria ini sudah menolak cintaku, jadi kau harus membuatnya jera" Ucap seorang gadis yang suaranya sangat familiar bagi Shoto.

Dua orang itu merendahkan tubuhnya dan memperlihatkan wajahnya didepan wajah Shoto.

Shoto marah. Sangat marah melihat dua orang itu. Keterlaluan, ternyata mereka bersekongkol. Toga yang waktu itu menciumnya ditaman dan juga Tomura yang memperkosa Momo.

"SIALANNN!" Shoto berteriak marah.

Toga yang muak pun menyupal mulut Shoto dengan sepatu yang sedang ia gunakan.

"Berisik sekali" Tomura segera memukul tengkuk Shoto dan membuatnya pingsan.

"Berhasil" Ucap Tomura.

"Kurasa ini sangat cukup membuatnya tak betah berada ditempat ini" Toga menaruh berbagai benda diatas meja samping Shoto diletakkan.

"Biarkan pintunya tak terkunci" Toga menyeringai mendengar perintah Tomura.

Momo yang benar benar sangat khawatir dengan keberadaan Shoto, kini membuka ponselnya, mencoba untuk menelpon suaminya.

Namun nihil. Tak ada jawaban darinya. Beberapa menit kemudian ponselnya diangkat oleh seorang.

"Halo, Shoto san, kau ada dimana?" Ucap Momo di telpon.

Tak ada jawaban dari ponsel shoto. Beberapa menit kemudian, Momo mendapatkan SMS dari nomor shoto.

'Jika kau ingin Shoto mu kembali, datanglah sendirian ke jalan xxx. Ingat, jika kau membawa orang lain apalagi polisi, kupastikan Shoto mu mati'

Tanpa pikir panjang, Momo mengendap untuk keluar rumah menuju alamat yang dipinta.

Sejujurnya ia sangat takut, ia tahu jika ia akan dibunuh setelahnya, namun ia sudah kehilangan akal, ia tak mengharapkan hidup karena ini percobaan pembunuhan terhadapnya yang kesekian kalinya, dan ia ingin melihat wajah suaminya untuk terakhir kali.

Dari kejauhan, seorang pria yang sedari tadi memperhatikan Momo, kini mulai membuntutinya.

Enji menggertakan giginya. Tangannya mengepal saat mendengar bahwa putranya hilang. Ia tahu siapa pelakunya, dan dimana mereka berada.

"Kau mau kemana, apa kau tau dimana dia?" Tanya Yaoyorozu.

Enji mengabaikan Yaoyorozu dan langsung masuk ke mobil, Yaoyorozu yang di acuhkan pun langsung masuk kedalam mobil itu.

Suasana saat itu sangat tegang, sampai sampai tak ada yang tahu bahwa Momo pergi dari rumah.

"Kau sudah meninggalkan ponselnya?" Tanya Tomura.

"Ya"

Ini rencana yang sudah mereka rencanakan dengan waktu lama.

Entah bagaimana bisa ikatan ditangan dan kakinya terlepas. Telepon milik Shoto berbunyi, membuat Shoto terbangun. Tertulis nama Ayah dari ponselnya. Dengan nafas pendeknya ia mengangkat telepon itu.

"Ayah" Ucapnya lirih.

"Kau ada dimana, dengan siapa?" Tanya Enji.

"Tomura, ayah. Dia bersekongkol dengan gadis jalang itu dan menyekapku digudang pinggir kota" Ucap Shoto.

Sementara itu Momo yang telah sampai di sebuah tikungan jalan, tempat yang sudah dijanjikan dan ia berkali kali menelfon Shoto, namun sayangnya panggilnannya tak akan pernah tersambung.

"Kaburlah, jika tubuhmu tak kuat kau bisa menggunakan kendaraan mereka atau apalah, kami akan segera kesana dengan polisi" Shoto mengangguk, ia terus menggeledah laci dan lemari disana, berharap bisa menemukan sesuatu.

Dan akhirnya matanya menyorot sebuah mobil hitam dari sebuah jendela, dan ditangan kanannya ia menggenggam sebuah kunci mobil yang ia temukan di atas meja.

Ia mengendap keluar dan mencoba kabur dengan mobil itu, sebelum dua orang gila itu mucul, dengan cepat ia mengegas mobil itu dengan kecepatan maksimal.

"Ayah, aku sudah berhasil keluar dari gudang itu dengan mobil"ujarnya dengan bangganya.

"Mobil apa yang kau pakai, pelankan kecepatannya" Tegur Enji yang bisa mendengar suara mesin mobil yang begitu kencang dari telepon.

"Dasar bodoh" Tomura menyesap kopinya diteras gudang dengan perasaan gelinya.

Ia menatap jalan lurus dengan satu belokan yang akan dilewati Shoto.

"Ayah.." Shoto menahan nafasnya.

"Aku tak bisa mengendalikan mobil ini" Wajahnya pucat saat mengetahui bahwa ini jebakan, rem mobil ini sengaja dirusak.

Dan sebentar lagi mobilnya akan menghadapi tikungan, dan disaat itu juga ia tak memikirkan apapun, ia membating stir ketikungan itu lalu ia keluar dari mobilnya sebelum mobil itu hancur menabrak seseorang.

Shoto terluka. Tapi ia merasa sedikit lega mengetahui bahwa ia masih hidup dan bisa pulang melihat istrinya.

Kakinya sakit. Ia meremas bajunya yang berlumur darah. Namun rasa sakit itu seketika teralihkan dengan suara rintihan yang familar.

Suara itu benar benar membuat tubuhnya merinding.

"Tidak..." Shoto tak berani membalikkan tubuhnya.

Siapa orang yang ia hancurkan tubuhnya itu.

"Tidakk" Kenapa dia disana.

"TIDAK" ia telah membunuh.

Yaoyorozu Momo.


Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang