35

28 4 0
                                    

"Selamat, tuan Todoroki, anda sekarang telah menjadi ayah, anak anda laki laki" Setelah beberapa jam dokter menangani istrinya akhirnya ia bisa mendengar kabar bahwa anaknya bisa diselamatkan, walaupun sebelumnya tak ada harapan untuk bayi itu.

"Istriku bagaimana?" Shoto mencoba masuk kedalam kamar itu, namun dokter menghalanginya.

"Maaf untuk itu kami sudah sangat berusaha, istri anda masih dalam keadaan tidak sadar, tapi istri anda berhasil melewati masa kritisnya" Ucapan dokter itu membuat hati shoto kacau.

Bayi kecil itu dipindahkan dari ruangan operasi. Shoto bisa melihat bayi berambut merah yang sedikit terluka. Shoto sedikit kecewa.

'Kenapa.. Kenapa buka Momo yang sadar, dan juga kenapa bayi itu terlahir sebagai laki laki berambut merah. Kenapa.. Dia mirip denganku'

"sialan kau, brengsek!" Wanita bersurai hitam tiba tiba menyupah serapahinya.

"Sayang, hentikan, Shoto sedang kacau sekarang" Yaoyorozu menenangkan istrinya yang baru tiba itu.

"Kau pikir aku tak kacau?, aku tadang dari Amerika cepat cepat kesini dengan hati kacau. Sudah kubilang keluarga ini tidak ada yang bisa dipercaya!" Shoto hanya diam menerima perkataan tajam dari ibu mertuanya.

"Shoto, ikutlah denganku" Yaoyorozu mengajaknya ke suatu tempat, bersama dengan Enji dan Touya yang baru saja menyelesaikan tugasnya.

"Kau mengabaikanku ya sialan?!" Nyonya Yaoyorozu masih saja memaki Shoto, namun suaminya menyuruh Shoto untuk mengabaikan itu semua.

"Apa?!" Shoto kecewa dengan cerita ayahnya.

"Jadi uang yang kau ambil dari perusahaanku kau persembahkan untuk tebusan dosamu?" Enji menggeleng dengan cepat.

"Tidak, aku hanya ingin melindungi kalian" Bantahnya.

"Kalau begitu kau seharusnya bilang dari awal"

"Kenapa diam?, kau takut jika statusmu sebelumnya ketahuan hah?" Yaoyorozu menatap Enji yang sedang tertunduk.

"Ayah.. " Shoto tak bisa berkata apapun.

"Kenapa kau kejam sekali!" Satu pukulan berhasil mengenai perut Enji.

Shoto mulai membabi buta terhadap ayahnya, sementara Touya berusaha menahannya.

"Kau pikir perasaanku adalah mainan hah?!" Shoto sangat kesal saat Touya menahannya.

"Kau juga dijadikan alat olehnya, kenapa melindunginya!"

"Hentikan" Yaoyorozu memerintahkannya untuk diam karena sebentar lagi mereka sampai diruangan dimana kedua penjahat itu ditahan.

"Tak kusangka, kau menjengukku, Touya kun" Touya mematung saat mendengar suara itu.

"Toga.. " Ketiga pria disebelahnya kini menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Kau.. Keterlaluan" Ucapnya.

"Kenapa kau lebih memilih meninggalkanku demi orang seperti mereka" Ucapnya.

"Kau mengenalnya?" Tanya Enji pada Touya.

"Dia.. Teman lamaku" Jawab Touya.

Toga Himiko. Dia perempuan yang obsesi dengan apapun termasuk Touya yang pernah menjadi teman dekatnya semasa sekolah, ia hidup sebatang kara dan hanya pria miskin, Touya yang mau berteman dengannya. Hingga pada suatu hari Touya hilang kabar. Sampai ia mengetahui fakta bahwa ia telah dijodohkan dengan perempuan yang jauh lebih muda darinya.

Sialan mana yang berani mengambil sesuatu dari miliknya. Ia benar benar membenci keluarga Yaoyorozu yang telah merebut Touya nya.

Ia berlari setelah menyelinap dari kediaman Todoroki yang saat itu sedang merencanakan perjodohan dini mereka, namun dengan kebetulan ia menabrak seseorang pria yang umurnya lebih tua beberapa tahun darinya.

Pria yang menatap benci pada mobil Yaoyorozu yang terparkir di halaman rumah Todoroki. Shimura Tenko, anak sebatang kara yang sedang memendam dendamnya.

Tanpa bicara apapun, Shoto mulai melayangkan tinjunya kepada Shigaraki. Ia benar benar serius memukulnya, rasa amarah, semua ia keluarkan saat itu juga.

"Hentikan, apa kau ingin dipenjara juga?" Ucap Yaoyorozu mengancam.

Saat itu juga Shoto terdiam, Yaoyorozu terlanjur kecewa dengan keluarga Todoroki. Ia pergi meninggalkan mereka tanpa mengatakan sepatah katapun.

Bayi kecil itu saat ini berada digendongan Rei. Bayi itu terus menangis lemah, saat ini tidak bisa berada disebelah ibunya, namun setidaknya Shoto ada disampingnya.

"Aku tidak bisa menggendongny-" Shoto menatap bayi itu dengan khawatir.

"Kau ayahnya, tentu saja kau harus bisa" Rei mulai mengajari Shoto.

"Anakku.." Shoto menangis saat itu juga.

Ini kedaaan sulit baginya. Ia tak bisa bertahan mengurus bayi ini tanpa Momo. Walaupun ia sudah menyiapkan dirinya dari jauh hari untuk menjadi ayah, namun dirinya tak bisa mempersiapkan diri untuk hidup tanpa Momo.

Keadaan Momo yang koma, membuatnya tak bisa fokus. Dirinya terus melamun memikirkannya hingga Rei kerap kali menegurnya.

"Bisakah, aku menemuinya?" Mohon Shoto.

"Shoto, dokter masih belum mengijinkan siapapun untuk menjenguknya" Rei tersenyum melihat putranya yang khawatir itu.

Hari hari pun begitu, hingga akhirnya ia diperbolehkan untuk melihat keadaan istrinya. Awalnya keluarga istrinya menolak kehadirannya, namun mau bagaimanapun ia adalah suaminya.

Beberapa jahitan kasar terlihat jelas ditubuh Momo, serta berlapis lapis perban membungkus kepalanya. Melihatnya begitu Shoto hanya diam lemas.

Dirinya tak akan makan sebelum suster menyuntikan nutrisi kepada Momo, Selalu begitu. Sampai berminggu minggu pun keadaan Momo tak ada perubahan, keadaan Shoto pun makin kacau.

Duduk dikursi sebelah ranjang dengan menggendong bayi tak bernama itu berjam jam sambil melamun, membuat Touya menatap adiknya dengan miris.

Berkali kali ia menyeret adiknya untuk diterapi namun hasilnya nihil, Shoto selalu menolak dengan mentah permintaan Touya. Dan Touya menyimpulkan bahwa adiknya mengalami trauma mendalam akibat kecelakaan itu.

"Maafkan aku sayang" Ucapan itu terus terucap, walaupun kata kata itu tak pernah didengar.

Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang