37

33 4 0
                                    

Sudah beberapa hari namun Shoto belum menyadari bahwa setiap dirinya pergi keluar kamar itu, seseorang datang kekamar Momo hanya untuk mengganti mawar yang ia letakkan setiap harinya.

Hingga suatu pagi pria itu datang saat Shoto sedang menemui Yaoyorozu.

"Sampai sekarang jika kau tidak memberinya nama, ia akan menggunakan marga Yaoyorozu, dan sepenuhnya hak asuhnya ku ambil" Ucap Yaoyorozu tegas pada Shoto.

Sial, Shoto benar benar kesal saat itu juga"Todoroki Toru" Jawabnya cepat.

"Hmm, tak buruk juga. Baiklah mulai saat ini cucuku adalah Toru" Gumamnya.

"Kalau begi-"

"Tuan Yaoyorozu, nona Yaoyorozu, telah sadar" Shoto tak percaya, begitu pula dengan ayah mertuanya, mereka saling bertatapan, hingga akhirnya mereka pergi meninggalkan kantin dan juga perawat yang memberinya kabar bahagia itu.

"Momo.." Sesampainya dikamar, Shoto terkejut melihat Momo yang sedang memeluk seorang pria.

Tanpa pikir apapun, Shoto merebut pelukan itu.

"Momo, kau sadar.." Ucap Shoto dengan nada bergetar.

"Shh.. " Momo mendesis kesakitan.

"Momo, apa kau baik baik saj-"

"Mataku...sakit sekali, pusing" Momo meremas kepalanya. Dengan cepat dokter menangani Momo

"Nona Yaoyorozu mengalami benturan yang sangat kencang pada kepalanya, mungkin itu mengakibatkan cedera pada indera penglihatannya. Jadi Nona Yaoyorozu perlu beradaptasi dengan matanya" Ucap dokter itu sambil membalut mata Momo dengan perban.

"Momo, kau.."

"Iida san" Momo tampak meraba sekitarnya mencari lelaki yang awalnya ia peluk.

Bagaikan anak ayam yang baru saja menetas, ia mencari sosok yang pertama kali ia liat dari sadarnya.

"Tak apa, Yaoyorozu san. Kami disini" Ucap Iida sambil mengelus punggung Momo.

"Momo" Panggil Shoto.

"E-eh.. Todoroki san" Momo langsung melepaskan pelukannya.

"Aku merindukanmu, begitu juga anak kita.. Walaupun dia lahir laki laki tapi kau pasti menerimanya kan?. Tenang saja, kita a-"

"H-hahh?, a-anak?" Momo memerah seketika mendengar ucapan Shoto, sementara Touya yang mendengar jawaban Momo langsung menyadari suatu hal.

"Hai, Momo chan, apa kau mengingatku?" Ucap Touya.

"Ehm.. Maaf anda siapa" Sudah ia duga, Momo tak akan mengingat suaranya. Ia pun saling tatap dengan dokter yang menangani Momo.

"Baiklah, nona Yaoyorozu perlu istirahat, jadi mohon untuk menunggu diluar" Ucap sang dokter.

Momo masih bertanya tanya, apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ia tak mengingat apapun selain kejadian jatuhnya dari tangga bersama Iida saat jam pelajaran terakhirnya.

Beberapa pertanyaan diberikan oleh dokter kepadanya. Dan semuanya mengarah pada sesuatu di kejadian 3 tahun lalu saat dirinya masih berada di bangku sekolah.

"Jadi Nona Yaoyorozu mengalami amnesia yang mengakibatkan dirinya kehilangan ingatannya di 3 tahun terakhir, mohon maaf jika saya harus mengatakan hal ini. Sebenarnya sudah tidak ada harapan untuk kesadaran Nona Yaoyorozu, namun kesadarannya pada saat ini merupakan suatu keajaiban yang sangat langka, demikian juga dengan ingatan Nona Yaoyorozu. Kami akan berusaha semaksimal mungkin dengan terapi, namun peluangnya untuk mendapatkan ingatannya kembali sangat minim, jadi mohon pengertiannya"

Penjelasan panjang dokter membuat Shoto diam dengan tatapan kosong. Natsuo memeluk adiknya yang kelelahan itu.

"Bagimana dengan Toru.." Ucapnya lirih.

"Percayalah, Momo akan mendapatkan kembali ingatannya" Ucap Natsuo berusaha membuat adiknya tegar.

Beberapa jam kemudian, orang orang mulai kembali beristirahat kerumahnya. Kini tinggal dirinya, Touya, Fuyumi, Yaoyorozu dan juga Iida.

Mendengar beberapa panggilan dari kamar Momo, Shoto pun masuk tanpa bersuara.

Sangat jelas ditelinganya. Momo sama sekali tidak memanggilnya. Melainkan..

"Iida san.."

"Iida san, bisakah kau mengambilkanku air?" Ucap Momo sambil meraba raba mejanya.

Dengan cepat Shoto menuangkan segelas air dan meminumkannya pada Momo.

"Terima kasih, Iida san" Ia masih tampak meraba sekitarnya, seperti ingin meraih sebuah tangan.

Shoto memberikan tangannya, pada Momo, sosok itu tersenyum bahagia.

"Kau tahu, Iida san.. Setiap aku sakit, hatiku merasa tenang jika begini" Shoto benci ini. Hal yang biasa hanya ia lakukan padanya, kini ia lakukan dengan menyebut nama orang lain.

Sial!

Sial!!!

Iida sialan.

Kriet...

Pintu dibuka dengan pelan oleh seseorang.

"Yaoyorozu san, kau memanggilku?" Suara Iida membuat Momo menegang.

"Ah.. Todoroki san, selamat siang" Sapa Iida.

Momo yang menyadari bahwa sedari tadi ia menggenggam tangan yang tak seharusnya ia sentuh, ia dengan cepat melepaskan genggamannya.

Tidak.

Ini bukannya membuat Shoto tenang, ia malah semakin sakit menyadari sikap Momo yang benar benar keterlaluan.

Dengan cepat Shoto pergi meninggalkan tempat itu.

Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang