34

33 4 1
                                    

Pertunjukan yang menyenangkan. Itu yang sedang disaksikan Tomura dan Toga.

Jalanan yang penuh dengan darah, serta danging yang berceceran.

Rasanya Shoto ingin muntah, melihat tubuh Momo yang hancur, dengan perut yang terbuka. Orang yang melihatnya pasti menyimpulkan bahwa Momo mati di tempat. Namun nyatanya tidak, Shoto menyasikan bahwa Momo masih hidup namun ia tak yakin bahwa ia akan selamat.

Ia sekarat dan mengejang. Dengan kaki yang patah, Shoto berlari dengan sekuat tenaga mendekati Momo, walaupun dirinya terjatuh berkali kali.

"Sayang, bertahanlah" Shoto hendak mengangkat Momo, namun tiba tiba..

Seseorang menahan keras tubuh Shoto.

"Apa yang kau lakukan!" Shoto marah pada orang itu.

"Kenapa kau ada disini, Awase!" Pria itu tetap saja menahannya.

"Hentikan, kau tidak boleh mengangkat tubuh korban kecelakaan, itu bisa fatal" Ucap Awase.

"Aku sudah memanggil polisi dan juga ambulance, sebentar lagi mereka akan datang.

"Dimana ambulance?!" Shoto sangat panik.

Langit yang sedari tadi mendungpun sekarang mengguyurkan airnya. Shoto kedinginan menunggu ambulance yang tak kunjung datang , sementara Momo telah menutup matanya dengan rapat tanpa ada pergerakan apapun membuat Shoto meremas dadanya dengan kuat.

"Tidak, tidak, tidak.." Shoto menangis dengan kencang, dan setelah itu ambulance serta polisi datang bersama dengan Enji dan Yaoyorozu.

"Sayang bangunlah" Shoto menatap wanita yang kini menjadi mayat itu.

"istriku masih hidup, kalian cepat beri pertolongan pertama!!" Bentak Shoto pada perawat yang saat itu berada didalam ambulance menuju rumah sakit.

"Bertahanlah, sayang. Tolong" Ucap Shoto berulang kali.

"Sialan kau, Shigaraki Tomuraa!" Enji menemukan Tomura yang sedang tertawa tebahak bahak. Sementara Yaoyorozu mematung mendengar nama Shigaraki Tomura.

"Kalian.. Ada hubungan apa?" Tanya Yaoyorozu yang terheran heran mengetahui bahwa Enji tampak tak asing dengan kehadiran Tomura.

"Ahh akhirnya, Tuan Yaoyorozu anda menanyakan hubungan kami" Tomura tersenyum.

"Apa kau tau, sebenarnya kami bertiga lah yang telah menghabisi nyawa putri anda"

"tutup mulutmu!" Bentak Enji.

"A-apa?"

"Tidak, jangan dengarkan katany-"

"Kami bersekongkol, bahkan dia sendiri yang memberikan dana untuk membeli mobil itu" Ucap Toga.

"Dan kau tahu?, dulu dia dan ayahku lah yang merencanakan penculikan putrimu itu"

"Tidak, bukan begitu Yaoyorozu, dia menjebakku!" Enji bisa melihat ekspresi kecewa dari sahabatnya.

Ia tak bermaksud menghianatinya, namun karena putra Kotaro yang mendesaknya untuk melancarkan rencana busuknya dengan mengancam dengan meminta beberapa tebusan uang karena dulu ia pernah menjadi bawahan ayahnya.

Dan sebelum rencana penculikan itu dilakukan ayahnya, Enji memberhentikan diri. Dan ia menghianatinya dengan menggagalkan rencana itu dan akhirnya Kotaro beserta keluarga Shigaraki mengakhiri hidupnya akibat kebangkrutan perusahaan, dan salah satu anggota yang selamat yaitu Shigaraki Tenko yang sengaja mengganti namanya dengan Tomura.

"Bawa mereka" Yaoyorozu tak mendengarkan penjelasan Enji, ia menyuruh polisi untuk membawa kedua pemuda itu.

"Enji, kita bicarakan ini nanti"

"Terima kasih, kau benar benar bisa diandalkan" Yaoyorozu mengusap kepala seorang polisi muda yang sedari dulu ingin ia jodohkan dengan putrinya sebelum ia bertemu Todoroki.

"Tidak, ayah ini adalah kewajibanku" Siapa yang menyangka bahwa keluarga Yaoyorozu sangat dekat dengan keluarga Ida sampai sampai bungsu Ida memanggilnya ayah.

"Touya!!" Shoto berteriak di koridor rumah sakit memanggil kakaknya dengan kaki yang sangat sakit ia ikut mengantar istrinya ke UGD.

"Dimana kakakku?!" Tanya Shoto kepada salah satu suster.

"Beliau sedang mekakukan operasi pada pasien lain, mohon jangan buat kegaduhan di rumah sakit" Jawab suster itu.

Shoto tak tenang selama istrinya ditangani dokter selain kakaknya, ia benci mengakuinya tapi ia benar benar membutuhkan Touya.

"Shoto, sebaiknya kau diobati, kakimu terlihat..."

"Aku baik baik saja" Shoto memotong ucapan Awase yang tampak khawatir.

Tak lama kemudian Yaoyorozu dan Enji datang, bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka.

"Bagaimana dokter?" Shoto menahan nafasnya sambil menunggu jawaban dokter.

"Nyonya Todoroki saat ini kekurangan banyak darah, dan kami kekurangan darah dengan golongan A" Dengan cepat Yaoyorozu menawarkan dirinya, namun dengan satu kantung darah tak cukup, Momo memerlukan 5 kantung darah.

Sayang sekali golongan darah Shoto O, ia tak bisa banyak membantu, saat ini ia sedang sibuk menelfon semua temannya untuk membantu.

"Bakugou, apa golongan darahmu?" Tanya Shouto lewat telponnya.

"Golongan darah? Kenapa?" Beonya

"Cepat jawab saja sialan!" Bentak Shoto membuat Bakugou turut kesal.

"Siapa kau benarinya membentakku!"

"Momo, dia kecelakaan" Jawab Shoto cepat.

"Sialan kau!" Bakugou menutup Telponnya dan dengan waktu singkat ia datang.

Dengan suka rela Bakugou mendonorkan darahnya untuk Momo dan untungnya golongan darahnya cocok dengan Momo.

"Aku sudah menelpon wanita headset itu, kudengar golongan darahnya sama dengan istrimu" Bakugou merendahkan suaranya kepada Shoto.

"Terima kasih"

Jiroo bersama hagakure datang sebagai pendonor. Shoto sedikit lega mengetahui bahwa istrinya mendapat pertolongan dengan cepat.

Namun hatinya kembali gundah saat ia menyadari bahwa Momo masih kekurangan satu kantung darah. Dan ia memiliki waktu 20 menit untuk mencari pendonor untuk istrinya.

Dan 10 menit berlalu, namun mereka belum juga menemukan orang yang tepat. Shoto benar benar takut. Keringatnya bercucuran dengan deras, nafasnya berhembus dengan cepat.

'Kumohon siapa saja tolong bantu aku..' Shoto berteriak didalam hatinya.

"Shoto, orang mati tidak bisa dihidupkan kembali, sebaiknya kita ikhlas" Shoto menatap tajam wajah Yaoyorozu yang sedang kacau itu.

Jelas ia tak ikhlas jika putrinya mati dengan kondisi mengenaskan seperti ini.

"Ayah, ada apa ini? " Shoto menegangkan tubuhnya.

Pria yang memanggil mertuanya dengan sebutan ayah ini datang dengan seragam polisi.

"Ah, kebetulan golongan darahku juga A" Dengan kehadiran orang itu masalah tentang darah selesai.

Pria penyelamat, Ida Tenya sukses membuat Yaoyorozu bangga padanya.


Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang