27

46 4 0
                                    

Dan dimalam itu Shoto langsung menelfon ayah mertuanya dan melaporkan keluhannya terhadap ibu mertuannya.

"Maaf Shoto, sepertinya istriku membuat kalian tak nyaman" Ucap Yaoyorozu yang telah tiba malam itu untuk menjemput istrinya.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Ucap istrinya dengan ekspresi tak sukanya.

"Sayang, maafkan aku" Ucap Yaoyorozu dengan nada membujuk.

"Kau mau apa?" Tanya sang istri.

"Ingin kau pulang" Jawab Yaoyorozu dengan singkat.

"Aku ingin menghabiskan waktuku bersama putriku!" Nyonya Yaoyorozu yang sangat bebal itu membuat suaminya menghela nafasnya.

"Bawa dia" Perintah Yaoyorozu kepada anak buahnya.

Nyonya Yaoyorozu diseret paksa untuk pulang oleh anak buah suaminya, membuat Shoto terkejut.

"Ayah, apa yang kau lak-"

"Tak usah khawatir, dia sudah biasa seperti itu. Dia punya gangguan kejiwaan, setelah ini akan kubawa ke dokter" Ucapnya.


Tomura. Lelaki itu menghisap rokoknya sambil menyeringai. Kertas yang ada ditangannya itu membuatnya bahagia.

"Menarik sekali!" Ia makin menyeringai lebar.

'Endeavor Crop' perusahaan lama milik keluarga Todoroki ternyata ada sangkut pautnya dengan dendam lama keluarga Shigaraki.

"Kita hanya perlu menunggu beberapa bulan untuk menghabisi mereka. Dengan begitu kita bisa membalaskan tiga dendam sekaligus" Ucap Toga.

"Terus pantau perkembangan Momo!" Perintah Tomura.


Momo ketiduran saat membaca buku Shoto. Ia tidur dengan posisi memeluk buku. Sementara Shoto itu, Shoto mengamati wajah damai Momo yang terlelap.

"Akhirnya" Ucapnya sambil memeluk istrinya setelah sekian lama ia tidur sendirian.


Pagi ini sangat berbeda. Momo bangun lebih awal membangunkan Shoto.

"Momo, kau.." Gumam Shoto sambil mengerjapkan matanya.

"Bangun, aku sudah siapkan air hangat" Ucap Momo pelan. Hal ini membuat Shoto kebingungan.

"Momo.. Kau kenapa?" Tanya Shoto.

"Aku baik baik saja. Cepatlah mandi, aku sudah menyiapkan setelanmu" Ucap Momo sambil menunjuk ke arah hanger yang tergantung di balik pintu.

Shoto berjalan ke arah kamar mandi dengan keheranan.

Kenapa tiba tiba..

Setelah ia keluar kamar mandi, Momo langsung menyambar handuk kecil yang ada di tangan Shoto, ia membantu suaminya mengeringkan rambut.

"Momo, kenapa kau tiba tib-"

"Aku hanya ingin" Ucapan Shoto terpotong oleh Momo.

Momo membantu Shoto memasangkan dasi. Ini pertamakali bagi Shoto seumur hidup.

"Aku juga sudah menyiapkan sarapan dan bekal untukmu"

"Jangan memaksakan dirimu. Kau butuh istirahat" Ucap Shoto meraih wajah Momo.

Momo tersenyum kecil menatap suaminya yang sedang khawatir.

"Ya"

Setelah Shoto pergi, Momo merubah ekspresinya. Ia menyendu.

Setidaknya di saat saat terakhir ini ia bisa menjadi istri yang baik bagi Shoto.

Ia menatap perutnya yang kian membesar. Ia mengelusnya pelan.


Number OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang