20. Pernikahan

2.3K 98 28
                                    

Hai, Alhamdulillah ya bisa ketemu lagi sama kalian di part ini❤️

Yeyy dobel up!! Semoga suka ><

Mau tau dong, pembaca Arvin asal mana aja🥺💙

📚 Bantu ramaikan lapaknya yaaa 😉

📚 Enjoy aja ya sayang✨

“Gak usah terlalu baper, dia gitu bukan ke kamu doang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gak usah terlalu baper, dia gitu bukan ke kamu doang.”

***

Inara kali ini berpakaian begitu cantik. Ia dipaksa untuk menghadiri acara pernikahan sang ayah. Gadis itu menggunakan dress berwarna light gray yang dipadukan dengan bunga-bunga yang cantik sama seperti wajahnya.

 Gadis itu menggunakan dress berwarna light gray yang dipadukan dengan bunga-bunga yang cantik sama seperti wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Inara!" Panggil Ridwan, berusaha bersikap lembut didepan para teman bisnisnya.

Inara berjalan pelan menghampiri sang papah. Gadis itu menunduk sopan.

"Wah ternyata ini anak gadismu? Sangat cantik, sama seperti Intan ya," puji salah satu teman Ridwan.

"Hem, tentu."

"Baiklah, aku akan ke tempat makan dulu. Nanti kita berbincang lagi."

Ridwan tersenyum sembari mengangguk. Kemudian, ia memegang lengan Inara keras. "Kamu tetap disini! Nanti akan saya kenalkan kamu dengan saudarimu."

Inara mengangguk pasrah, juga meringis pelan. Ridwan melepas pegangan tangan itu kemudian pergi.

Sudah agak lama Inara menunggu Papahnya kembali. Gadis itu hendak pergi, namun bahunya menabrak seseorang.

"Aww, kalo jalan pake mata dong!" Seru seseorang yang ia tabrak.

Mata mereka bertemu, dan saling memberikan respon yang sama. Terkejut, tentu saja. Ternyata seseorang yang ia tabrak tak lain adalah Sindy. Dedemit yang ia benci.

"Lo!" Seru keduanya sama-sama menunjuk wajah.

"Ngapain lo disini?" Tanya Inara dengan nada tak suka.

"Lo yang ngapain disini!"

"Gue perlu jawaban lo! Bukan nanya balik!" Seru Inara.

Sindy menyilangkan kedua tangannya di bawah dada. Didalam wajahnya terpatri senyuman kecil namun menyiratkan sesuatu.

"Gue? Gue disini karena nyokap gue nikah."

Kali ini Inara terkejut. Bahkan sampai membulatkan matanya. "Nyokap lo—"

"Oh, kalian sudah bertemu." Suara rendah milik seorang pria umuran 43 itu menghentikan ucapan Inara.

Pria itu menggandeng seorang wanita yang Inara lihat saat itu. Dan yang sangat-sangat mengejutkan lagi, Sindy. Gadis itu memeluk wanita yang merebut papahnya dengan sebutan, mamah? What the hell!! Draman macam apa ini! Jadi, berarti Sindy, itu—

"Dia, Sindy saudarimu."

Inara menatap ayahnya tak percaya. Gila! Ini semua pasti mimpi! Tolong bangunkan ia sekarang juga.

"Ap—"

"Iya, gue saudari tiri lo," ucap Sindy semanis mungkin. Sepertinya gadis itu berusaha tampil baik di depan sang papah barunya.

Sindy mengulurkan tangannya, namun Inara belum membalas karena masih syok.

"Inara! Yang sopan!"

Gadis itu tersadar. Kemudian membalas uluran tangan Sindy. Namun, dibalik semua itu Sindy meremas tangan Inara kuat. Gadis itu terkejut sejenak, sebelum ia meremas balas tangan Sindy, kuat.

"Awssh." Sindy melepas ukuran tangannya sambil meringis sakit.

Inara membuang wajahnya sembari berdecih.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Rahma, mamah Sindy.

"Aww sakit mah, pah. Tadi dia remes tangan aku kuat banget," adunya dengan muka sedih.

"Inara! Apa yang kamu lakukan! Ingat, dia adikmu sekarang!"

"Pah! Sampai kapanpun Inara gak sudi anggep mereka bagian dari keluarga ini!" Tutur Inara, menatap kedua medusa itu tajam.

"Kalau kamu tidak suka, silahkan pergi dari rumah saya," ancam Ridwan, menatap Inara penuh amarah. Sedangkan kedua medusa itu tersenyum licik. Namun seketika berubah sedih saat Ridwan menoleh kearahnya.

"Cih! Drama," batin Inara, geram.

***

Sedangkan di bagian alam lain. Canda alam. Maksudnya di sisi lain, seorang pemuda dilanda kebingungan. Sebab, sedari tadi dia bolak-balik ke kelas gadisnya, selalu hasilnya nihil. Tidak ada.

"Palingan Inara izin, Vin. Lo tenang aja," ujar Awan.

"Iya Vin, lo kaya gini mirip orang bloon tau gak," cetus Caka. Membuat sang empunya menatap tajam orang itu.

"Apa kata lo? Gue bloon, hm? Lo mau tangan kanan atau kiri?"

Caka merasa tubuhnya berkeringat dingin. Melihat kepalan tangan kanan itu saja sudah hampir membuatnya pingsan, apalagi jika keduanya.

"Eng-enggak, canda doang, hehe."

"Haha hehe aja lo!"

"Eh Vin lo mau kemana? Jam sekolah belum selesai!" Seru Awan, saat melihat Arvin bangkit dengan tas yang tersampir di bahu kirinya.

"Cabut."

"Dasar tuh bocah! Untung pinter, coba kalo ngga. Bisa di cincang sama ayah Devano," gumam Awan.

***

Kalian jangan bosen-bosen di cerita Arvin yaa🥺❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian jangan bosen-bosen di cerita Arvin yaa🥺❤️

Jangan lupa ramaikan lapak ini, dengan cara Vote and Komen🤩

And follow my account natasya03_

Papayy gaess, semoga tidak mengecewakan kalian☺️

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang