35. Iri sama lo? Najis!

943 75 57
                                    

ABSEN YANG NUNGGUIN POSESSIVE ARVIN UPDATE??

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-76 ❤️
MERDEKA!! MERDEKA!! MERDEKA!!

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-76 ❤️MERDEKA!! MERDEKA!! MERDEKA!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Dari mana saja kamu baru pulang tengah malam begini!" Suara sentakan terdengar begitu seorang gadis satu langkah memasuki pintu. Lampu-lampu yang tadinya redup, tiba-tiba bersinar dengan terang. Gadis itu berdiri, sembari menggendong tas di pundaknya. Tak lupa, memakai jaket hitam milik seorang lelaki.

"Paling habis dari club, Pah," tuduh gadis yang memakai piama tidurnya dengan rambut di gerai.

"Nggak usah fitnah lo!" seru gadis yang di tuduh.

"Sindy, kamu diam dulu," ujar sang Papah mengangkat tangan kanan. Gadis itu langsung terdiam menahan kesal. Namun sang ibu datang menenangkannya.

Pria setengah baya itu melangkah mendekat. Kemudian menampar keras pipi anaknya.

PLAK!

Hingga terbuang menyamping. Inara, ya. Gadis yang baru pulang tengah malam itu, Inara. Gadis itu memegangi pipi kirinya yang berkedut nyeri. Kemudian menatap Papahnya tak percaya.

"Pah-,"

"Benar apa yang dikatakan Sindy?! Kamu pulang tengah malam seperti ini karena dari club!! JAWAB!!" bentak Ridwan di depan wajah Inara.

Inara bergeming karena terlalu syok. Hal itu membuat Ridwan bertambah marah, di tambah Sindy dan ibunya yang mengompori.

"KAMU MAU MENJADI JALANG, HA?!" bentak Ridwan. Sindy dan Ibunya yang mendengar itu lantas pura-pura terkejut dengan menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.

"Uww, jalang nih," lontar Sindy kemudian tersenyum miring.

"Aku nggak ke club!!" seru Inara, mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. "Aku tadi-,"

"Alesan teros, udah lah jujur aja. Gue juga tadi liat lo di anter cowok pulangnya. Tuh liat jaket lo, udah pasti punya cowo yang abis nyewa lo, kan?" Sindy terus saja menjadi kompor yang meledak.

"Diem lo!" sentak Inara menunjuk Sindy.

"Pah ... tuh, Inara malah bentak aku. Padahal aku ngomong bener kok," adu Sindy dengan muka sedihnya.

Ridwan menggeram kesal. "Inara! Cepat kamu masuk ke kamar! Sebagai hukuman, selama sebulan kamu nggak akan saya kasih uang!"

Mendengar itu Inara berdecih. "Mau di kasih kek, mau enggak kek. Terserah!" cetusnya, kemudian berjalan cepat meninggalkan mereka. Di tengah jalannya, Inara menyenggol bahu Sindy dengan keras, lalu menyelonong menaiki tangga.

Sindy mengepalkan tangannya kesal, menatap punggung Inara penuh kebencian.

***

Arvin menjatuhkan raganya di atas ranjang besar. Matanya menatap langit-langit kamar, di sertai dengan senyuman lebar. "Ahh anjir anjir! Serius tadi Inara bilang sayang?" teriaknya girang.

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang