30. Tentang Inara dan Sindy

1.2K 69 20
                                    

Hai hai hai, kalian!!! Masih stay kan? Bantu kawal sampe end yaa 🙌🏼

Terima Kasih

Terima Kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

30. Tentang Inara dan Sindy

"Bun, Arvin mana? Tumben enggak keliatan batang idung nya," tanya Caka setelah melihat sekeliling.

Zella duduk di samping Acha. Rupanya gadis kecil itu tengah asik mengajak ngobrol Noval. Namun yang di ajak bicara hanya diam mendengarkan.

"Arvin kayaknya kabur ke kamar. Sana samperin aja."

"Boleh bun?" tanya Awan.

Zella memandang kedua lelaki itu kemudian mengangguk. "Boleh lah, tumben pake tanya. Biasanya langsung nyerobot aja," sindir Zella terkekeh.

"Hehe, kan biar sopan."

"Yaudah, kita berdua ke atas dulu ya. Bye bunda." Awan dan Caka berdiri, kemudian berjalan menuju kamar Arvin yang berada di lantai dua.

Setibanya di depan pintu kamar Arvin, Caka langsung menggedor-gedor pintu itu cukup keras.

"Vin buka woi!"

"Buka nyet! Kambing lo, kita dari tadi nungguin di bawah," seru Awan.

Terdengar suara pintu terbuka. Kemudian muncul lah orang yang di cari-cari itu. Arvin, rupanya cowok itu hanya memakai celana boxer belang-belang, dengan atasan kaos hitam polos.

"Hahahaha." Suara tawa dari dua orang terdengar keras.

"Celana lo haha udah kayak zebra, ngakak anjim hahaha," ledek Caka memegangi perutnya.

"Hahaha nggak kuat gue haha." Awan sedikit meredakan tawanya.

"Berisik lo berdua! Buruan kalo mau masuk, ntar di omelin ayah."

"Ekhem, iya." Awan dan Caka memasuki kamar Arvin. Dengan santainya, Caka langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk milik Arvin.

"Dasar tidak tau malu," cibir Arvin menarik gulingnya.

"Dih, biarin. Di kamar lo ini."

Arvin duduk di atas karpet, diikuti Awan. "Mau ngapain?"

"Main aja. Oh ya, lo tadi pulang sekolah kenapa? Tumben beda banget," ucap Awan menatap wajah Arvin serius.

Caka bangkit dari tidurnya, kemudian menatap Arvin. "Iya, tadi sore juga bunda telfon gue sama Awan, nanyain lo dimana. Emangnya lo kemana?"

"Gue anter Sindy balik."

"What!? Serius? Tumben banget lo anterin setan itu?" tanya Caka yang tak percaya.

"Iya, tumbenan banget. Emangnya lo enggak balik sama Inara?"

"Enggak. Waktu gue ke kelas dia, dianya udah enggak ada. Kata temen sekelasnya sih dia pulang sama Skala," jelas Arvin, membuang nafas gusar.

"Kok lo bisa nganterin Sindy balik?"

"Panjang deh ceritanya. Lo berdua tau, disana gue ketemu fakta mengejutkan," ucap Arvin menatap kedua sahabatnya serius.

Caka yang mulai penasaran pun akhirnya ikut duduk di bawah bersama yang lain. "Fakta apa?"

"Jadiii …" Arvin menggantungkan ucapannya sembari melihat keduanya. "… nungguin yaa? Haha."

Pluk!
Plak!

"Kampret lo! Sialan."

"Anj! Gue udah serius juga ah, kambing!"

"Haha oke-oke, kali ini gue serius. Waktu gue anterin Sindy dan sampe di rumah dia, gue kaget banget karena rumah dia mirip kayak rumahnya Inara." Arvin menjelaskan, dengan raut muka yang menggambarkan keterkejutannya saat itu.

"Hah? Maksud lo? Sindy satu rumah bareng Inara?" tanya Awan.

"Gue awalnya sempet mikir. Ah mungkin cuma kebetulan sama. Tapi pas gue masuk ke dalem, gue liat bokap nya Inara lagi ngobrol sama Skala. Anjir gue kaget banget dong. Untung aja gue enggak ada penyakit jantung. Kalo ada, mungkin gue udah koid disana."

Awan menjitak kening Arvin. "Halah, lebay lo."

"Serius. Pas gue naik nih ke atas, gue papasan sama cewek gue."

"Lo kok bisa ke atas-atas sih? Mau maling lo ya?" tuduh Caka.

"Dih, enggak ya. Sindy pingsan, jadi gue terpaksa gendong dia ke kamarnya." ujar Arvin menyangkal apa yang Caka ucapkan.

"Gue liat muka dia kayak bingung, gue disitu serba salah banget. Sindy mau gue turunin, tapi nyokap nya udah teriak-teriak. Di lanjut, takutnya cewek gue marah. Yaudah lah, dari pada berisik, gue tempatin Sindy ke kamarnya."

"Gue jelasin tuh ke nyokap dia, abis itu gue turun. Terus pulang."

"Sindy saudara Inara?" tanya Awan.

"Mungkin iya. Tapi gue takutnya tuh nenek lampir apa-apain cewek gue," ucap Arvin.

"Lo besok tanya aja ke dia," saran Awan.

"Hm, besok gue tanyain. Sekalian minta maaf," ucap Arvin. "Wan, kok ada yang aneh ya? Ada suara-suara ghaib gitu, lo denger enggak?"

"Eh iya njir."

Keduanya saling pandang, kemudian mencari asal suara tersebut. Setelah mengetahuinya, kedua orang itu memutar matanya malas. Namun setelah itu tersenyum tengil.

"Wan." , "Vin."

Keduanya saling pandang, sembari menaik turunkan alisnya. "Lo ada spidol warna nggak?"

"Ada, bentar gue ambil."

Keduanya cekikikan, sedangkan yang satu orang tertidur dengan mulut setengah terbuka sembari menggaruk hidungnya.

"Kita gambarin apa nih enaknya? Haha."

"Asal coret aja lah, lumayan kan."

Kedua remaja lelaki itu mencoret-coret wajah Caka dengan penuh kegembiraan. Hingga muka Caka saat ini penuh dengan berbagai warna dari spidol itu.

"Kabur Wan, kabur."

Baik Awan maupun Arvin, keduanya berjalan ke arah pintu kemudian membukanya dengan hati-hati. Setelah berhasil keluar, kedua lelaki itu ber tos ria.

***

Cambek lagi dengan saya😹 Seneng nggak, Arvin Update???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cambek lagi dengan saya😹 Seneng nggak, Arvin Update???

Yuk bisa yuk kasih review!!🖐🏻

Jangan jadi pembaca gelap😡 karena itu tidak baik, hmm

Oke, next follow natasya03_ karena disitu aku bakal kasih info tentang lainnya ✅

Udah rekomendasikan cerita ini ke temen-temen kalian?? Kalo belum, yuk bantu biar rame😂🔥

Papayyy👋🏻

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang