38. Obatin Atau Kelonin

1.4K 75 16
                                    

HAPPY READING SETELAH SEKIAN LAMA ‼️

***

Seorang gadis berjalan sendirian di tengah koridor yang ramai menuju ke kelas 12 IPA 2. Ia menarik tangan salah satu anak kelas itu saat berpapasan di depan pintu kelas.

"Lo tau Arvin di mana?"

"Nggak tau. Mungkin lagi sama Inara kali. Dia dari tadi bilang ke toilet tapi sampai sekarang belum masuk kelas," jawab anak kelas tadi. Kemudian pergi, menghiraukan gadis yang mengepalkan tangannya geram.

"Inara lagi, Inara lagi. Cewek itu emang bener-bener!" geramnya.

"Woi gulali! Ngapain lo nyariin Arvin, heh?" Dua orang pemuda berdiri di sampingnya. Salah satu dari mereka bertanya dengan pandangan remeh.

"Mendingan nyari si Ucup aja noh, lagi duduk di pojok baca buku, atau mau nyari kita yang ganteng ini." Yang satunya ikut menyahuti sembari merangkul bahu gadis tadi.

Dengan gerakan kasar, gadis itu menepis tangan yang melingkar di bahunya. "Apaan sih lo berdua! Gue ke sini nyari Arvin! Bukan orang ga waras kayak kalian!"

"Weh Cak, dia bilang kita ga waras. Perlu gue ambilin kaca segede gaban, heh?"

"Iya, kayaknya lo emang harus ngaca deh. Kalau perlu, kaca yang bisa menembus batin. Biar lo tau, seberapa hitam hati lo, haha," papar Caka di depan wajah Sindy.

Gadis itu mengepalkan tangannya geram sembari menatap kedua laki-laki itu penuh dengan aura permusuhan. "Lo berdua! Awas aja!"

Awan tersenyum simpul. "Awas, awas. Mau ngapain lo? Gue tunggu."

"MINGGIR!!" Sindy berlalu melewati mereka dengan menabrak bahu kedua remaja itu.

"DASAR RATU DRAMA LO!" teriak Caka.

"Ada apa ini Caka, Awan. Kenapa teriak-teriak?" tanya salah satu guru yang mendekati mereka. Caka langsung tersenyum menunjukkan giginya. Sementara Awan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan apa-apa Pak, biasa lagi mainan haha, iya mainan," ucapnya dengan tawa penuh kecanggungan.

Guru itu menggelengkan kepalanya bingung. "Ya sudah, kembali ke kelas kalian. Sekarang pelajaran saya kan?"

***

Sementara di belahan dunia lain ... eh, kajuhan. Maksudnya di sebuah ruangan yang terkunci dari dalam, terdapat dua orang anak manusia berbeda jenis, tengah tertidur pulas dengan posisi saling berpelukan.

Kepala lelaki itu bersandar di atas dada sang gadis. Sementara kedua tangan gadis itu memeluk kepala sang kekasih.

 Sementara kedua tangan gadis itu memeluk kepala sang kekasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Anggap aja lagi di uks ya><

Salah satu dari mereka mengerjapkan mata, akibat dari getaran ponsel yang mengganggu. Tangan yang tadinya berada di atas kepala Sang kekasih beralih mengambilnya ponsel tersebut.

"Wake up." Suara serta sentuhan lembut dari tangan seorang gadis membuat seorang lelaki mengerang— mengantuk.

"Lima menit." Setelah bergumam demikian, ia menduselkan wajahnya mencari kenyamanan.

"Hp lo bunyi, bangun."

"Engh … siapa sih ah, ganggu banget." Cowok itu dengan setengah hati bangkit, kemudian mengambil ponsel itu dari Sang gadis.

"Hm, apaan. Ya ntar aja ceritanya. Uks. Hm. Izinin dulu. Ya."

Setelah memutuskan panggilan tadi, Arvin langsung duduk di atas kasur. Menatap wajah gadisnya yang hanya menampilkan raut wajah bingung.

"Siapa?"

"Caka, nanya kenapa gue belom balik ke kelas. Dia ngiranya gue di bawa setan toilet."

Mendengar itu Inara terkekeh kecil. "Lo, di bawa setan toilet? Yang ada setan nya udah kabur duluan gara-gara liat lo." Gadis itu tertawa lagi.

"Tapi kalo lo, nggak akan kabur, kan?" tanya Arvin tersenyum misterius.

"Udah deh, mending lo buru balik ke kelas, gue juga mau balik ke kelas."

Kepala Arvin kembali ia jatuhkan ke atas bantal. "Males, nanggung banget, bentar lagi bel pulang..."

Tangannya menarik pinggang Inara agar mendekat.

"Balik ke kelas, atau lo mau gue pukul pake kayu itu?" Seraya menunjuk sebuah balok kayu yang tergeletak di lantai.

Dengan malas, Arvin bangkit lagi, lalu sedikit merapihkan rambutnya yang berantakan akibat tidur. Ia berjalan memutari kasur, dan berdiri di depan Inara. "Besok lagi, ya?"

"Heh! Enggak ada besok-besok, ya. Udah, sana."

***

"Woy ajig! Lo di uks minta di obati, apa minta di kelonin, hah? Lama bener udah kayak ngurus wasiat."

Baru saja menapakkan kaki di kelas, Arvin sudah mendapatkan sambutan yang sangat baik dari kedua teman biadab nya.

"Kepo banget lu, kaum jombs ga boleh tau," ucap Arvin yang kemudian duduk di kursi.

Kebetulan sekali anak itu datang saat guru kimia sudah selesai mengajar dan tinggal menunggu pelajaran terakhir saja.

"Mentang-mentang udah lope-lope, awas aja kalo lo sama si doi ada masalah, gue ketawain, paling kenceng."

Caka berkata seraya memakan gorengan yang ia ambil di meja teman sekelasnya. Sementara Awan, cowok itu masih diam, karena bingung harus berbicara apa.

"Kalo udah bel, gue bangunin ya, bye." Arvin langsung menelusupkan kepalanya ke lipatan tangan dan langsung memejamkan mata.

"Yee, si gobelog."

"Lo sensi banget njir, mau mens lo?" tanya Awan yang sedari tadi menyimak. Bukannya mendapat jawaban, Awan malah mendapat lemparan penghapus karet yang mengenai hidungnya.

***

BTW, PADA NUNGGUIN CERITA INI UP NGGAK?

AKU ADA NIATAN MAU UNPUBLISH, TAPI SAYANG BANGET SAMA KARAKTER, DAN READERS YANG UDAH RELA NUNGGU LAMA...

MAU BILANG MAKASIH BANYAK-BANYAK BUAT KALIAN YANG UDAH MAU NUNGGU, VOTE, KOMEN, BAHKAN FOLLOW JUGA, DAN ADD CERITA INI KE READING LIST❤️

JUJUR, SETIAP DAPET NOTIF APAPUN DARI KALIAN UNTUK CERITAKU, AKU SENENG BANGETTT.

ALHAMDULILLAH, MASIH DI BERI SEHAT BUAT VISA UP CERITA INI. MAKASIH YAA SEMUAA.

Maap juga kalo omongan di atas ada yang kurang ga enak di baca🤗
Jangan lupa untuk follow akun wp dan Instagram aku ya.

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang