📚Kalau kalian udah vote berarti udah siap baca😝
📚 Bantu ramaikan kolom komentar yaa ❤️
“Bukan mati rasa. Cuma lagi nungguin si dia aja yang gak peka.”
***
"Heh! Lo naik ojek ya, mobilnya mau gue bawa."
Inara menghentikan langkahnya sembari menggeram kesal. Sudah satu minggu medusa itu tinggal disini, selalu saja merepotkan. Seperti Sindy, yang selalu memakai apa yang dia inginkan. Kamar Inara pun hampir jatuh ke tangan medusa kecil itu, jika saja saat itu Inara menggertaknya. Belum lagi, medusa tua. Wanita satu itu selalu memperlakukannya seperti pembantu di film Cinderella.
Saat sang bibi ingin membantunya, Rahma menolak keras, bahkan sampai membentak. Jika ada yang membantu gadis udik ini, mereka akan di pecat, ya kurang lebih seperti itu.
Inara saat itu hanya berdecih. Baru juga menetap, sudah berbangga diri layaknya sang ratu.
Inara menoleh ke arah Sindy, kesal. "Lo kan baru aja di beliin sama papah! Ya di pake dong!"
"Itu jelek! Gue maunya punya lo!"
"Ada apa ini! Heh kamu anak udik! Cepat turuti kemauan putri saya!" Bentak Rahma, yang baru datang dan berdiri disamping Sindy dengan gaya angkuh.
Mata Inara menatap kedua medusa itu tajam. "Kalian berdua gak usah berkehendak kaya ratu deh! Najis tau gak!"
Mata kedua orang itu mendelik tak suka. "Berani sekali kamu!" Bentak Rahma.
Inara menyunggingkan senyum sinisnya. Sembari memasang raut muka ketakutan. "Aww takut deh, aduh takut banget tolong …hahaha, jadi gue harus gitu ke kalian, hm?" Tanya gadis itu, dengan bersedekap dada. Nada bicaranya terdengar dingin dan datar.
"Inget ya Inara! Walaupun saat ini papah di luar kota, dia tetep ga akan peduli ke elo! Baik itu dirumah atau di mana pun," papar Sindy, dengan senyum wajah meremehkan.
"Ya, dengar kata anak saya! Jadi jangan harap kamu akan diperlakukan layaknya seorang tuan putri!"
Jika menyangkut ayahnya, Inara tak tahan. Beruntung, ia bisa menahan air matanya didepan dua medusa itu. Gadis itu memilih pergi, untuk berangkat ke sekolahnya.
Sedangkan dua orang disana ber-tos senang. Sembari tertawa bahagia, melihat penderitaan Inara.
***
"Arvin kamu berangkat sama ayah, dan Acha ya."
Arvin yang sedang duduk dan menikmati makanannya itu menoleh. "Tumben, emang kenapa yah?"
"Mobil yang satunya lagi rusak. Ayo cepetan," suruh Devano. Lelaki itu menghampiri istrinya kemudian mencium kening Zella.
"Kamu di rumah aja. Inget! Jangan keluar rumah kalo enggak sama aku."
Zella, wanita itu menganggukkan kepalanya pasrah sembari tersenyum. "Iya."
Zella mengambil tangan suaminya lalu mencium punggung tangan itu. "Kamu hati-hati."
Devano tersenyum, ia kembali mencium Zella tapi kali ini di bagian bibir. Hanya mengecupnya sekilas. Berbeda lagi dua anak yang melihatnya dengan pandangan berbeda. Yang satu malas, sedangkan satunya lagi kagum.
"Arvin buruan, Acha tasnya biar bang Arvin yang bawa ya."
Arvin memutar matanya malas. "Hadeuh... Gue lagi, gue lagi. Udah numpang, gak sabaran lagi. Untung masih bokap," gumamnya.
"Bilang apa kamu!" Seru Devano, tajam.
Arvin menelan salivanya susah payah. "Hehe engga yah, Arvin cuma bilang kali ini ayah sama bunda makin sweet hehe."
"Bo'ong ayah, tadi kata bang Arvin, ayah nyusahin hihi," sahut Acha terkikik geli.
Membuat mata Arvin langsung melotot lebar. "Heh."
Devano hanya berdehem menanggapi keduanya.
***
"Ayah kok mobil Arvin dibawa? Nanti Arvin pulangnya gimana dong?" Keluh Arvin. Cowok itu baru saja sampai didepan gerbang sekolah setelah mengantar adiknya terlebih dahulu, dan disuruh turun.
"Terus kamu suruh ayah jalan kaki, hm?"
"Y-ya engga juga sih.."
"Ya udah sana kamu masuk."
"Yah, Arvin minta du—" belum sempat ia melanjutkan ucapannya, Devano sudah melesatkan mobilnya dengan kecepatan penuh. "—it dong.. bapak ngen– astaghfirullohaladzim maap Alpin khilap."
"VIN! LO MAU SAMPE KAPAN DI DEPAN GERBANG KAYAK GEMBEL?!" Seru Awan.
Arvin membalikkan badannya. Kemudian ia berjalan santai memasuki gerbang sekolah.
Ketiga lelaki remaja itu salin ber-tos ria. Arvin menyampirkan tasnya di bahu sebelah kiri. Kancing baju mereka terbuka 2 dibagian atas, sedangkan yang di bawah dibiarkan keluar.
"Tumben lo di anter." celetuk Caka.
"Biasalah bokap, lagi kangen nganter gue," jawab Arvin, santai. Kenyataannya sangat berbanding terbalik.
"Hilih, mana ada ayah Devan gitu. Lo sama beliau aja selalu ribut, rebutan bunda Zella," ungkap Awan.
Arvin hanya meringis malu. Lalu memukul kepala sahabatnya itu. "Lo kalo ngomong di campurin kebohongan dikit napa."
Sedangkan Caka tergelak, sementara Awan mengusap kepalanya, sakit.
"HEI KALIAN! CEPAT MASUK! KBM SUDAH DIMULAI!" Seru seorang guru yang berdiri tak jauh dari ketiganya.
Mereka sama-sama menoleh. "Sialan! Pak botak lagi, pak botak lagi," umpat Arvin.
"HEH! JANGAN KABUR"
"Woi cepetan kabur! Kalo nggak mau ketemu Miss. V!" Seru Arvin, yang berkomando agar segera kabur.
"Aduuh ini sepatu mana berat banget lagi. Gue mau beli yang 50 jeti ajalah, biar enteng dan murah," papar Caka yang kesusahan berlari, akibat sepatunya yang menjadi beban.
Sepertinya mereka sudah di takdir kan kejar-kejaran dengan Pak botak. Masa-masa SMA, kalau taat aturan banget rasanya hambar, itu kata Arvin.
***
📚 Hai masih ada yang nungguin cerita Arvin update? Nggak ya? Gapapa🌝
📚 Kalau kalian suka jangan lupa untuk Vote, komen, and Share❤️
📚 Ns : Miss. V, itu sebutan dari mereka untuk Guru BK yang bernama Viana. Gak tu juga, bisa-bisanya mereka manggilnya gitu🥲
📚 Oke guys! Follow natasya03_ untuk info lebih lanjut✨👍🏾
Papayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE ARVIN [GS 2]
Teen Fiction[ WARNING!! CERITA INI DAPAT MEMBUAT ANDA INGIN MEMUKUL ORANG LEWAT KARENA BAPER DAN KESAL‼️ ] Sekuel POSESSIVE DEVANO [ FOLLOW SEBELUM BACA!!! AGAR PART TIDAK HILANG-HILANGAN ] *** Arvin Kevlar Gramantha. Seorang pemuda yang mempunyai kepercaya dir...