19. Harus Memilih

1.5K 94 10
                                    

📚 Yuk, ramaikan part ini dengan vote and komen kalian ✨

📚 Di tunggu notifikasinya ya🤩

"Dia Fast Respon Ke Kamu Bukan Karena Sayang, Cuma Gabut Aja."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Saat ini, ketiga pemuda itu tengah di hukum untuk membersihkan selokan yang ada di belakang sekolah.

"Wan, itu sebelah situ ada tai nya," tunjuk Arvin. Awan berdecak kesal.

"Lo jangan nunjuk doang njir, bantu kerja."

"Lah ini di hukum gara-gara siapa coba? Kan lo sama Caka."

"Caka tuh, gue mau ngerjain. Dia malah ngajak ribut," bela Awan.

"Apaan gue, elo kali." timpal Caka.

Arvin hanya menyabuti rumput dipinggiran.

"Eh eh, kunci motor gue mana? Sama lo ngga?" Tanya Caka, sambil meraba saku dengan raut muka panik.

"Hayoloo, gue gak tau. Jatuh kali waktu lo jongkok tadi."

"Aduh bisa gawat nih, baru juga dibeliin sama Daddy," histeris Caka. Cowok itu membungkukkan badannya, tangannya mengorek-ngorek lumpur, guna mencari kunci.

"Cak awas disitu licin nanti ja-" belum sempat Awan melanjutkan ucapannya, Caka sudah terjembab ke lumpuran. "-tuh kan, baru juga di bilangin."

Membuat seluruh wajahnya penuh dengan lumpur. "HUUAAAA ANJING. KOTOR SEMUAA, haduh bisa-bisa muka gue kena bakteri nih ... Mommy."

"BWAHAHAHAHA ngakak." Tawa sahabatnya pecah. Arvin sampai memegangi perutnya karena tertawa.

"Muka lo hahahaha."

"Hah? Muka gue kenapa? Kaca mana kacaa!!"

"Ahahaha nih, ngaca!" Awan memberikan sebuah kaca pada Caka.

"Anjir ini siapa buluk banget ... huaa Mommy astagaa..."

"Hahaha gapapa Cak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahaha gapapa Cak. Menghemat masker di rumah," ledek Arvin.

Caka mendengus sebal. "Gue mau udahan sama cuci muka dulu! Bye."

"Heh Cak! Ini belum selesai," panggil Awan. Namun cowok itu sudah melengos pergi duluan.

"Hahaha bisa-bisanya tuh bocah nyungsep haha," Arvin masih saja tergelak mengingat kejadian tadi.

***

"Gimana muka lo haha." Ketiganya, sedang makan di kantin.

Suasana kantin kali ini begitu ramai. Banyak murid berlalu-lalang didepan mereka.

"Nanti gue mau perawatan! Lo berdua jangan ikut."

"Idih, kita ga usah perawatan juga udah mulus dari orok," timpal Awan.

"Bener tuh, apalagi gue udah ganteng dari masih jadi kecebong," kata Arvin dengan pede.

Keduanya tergelak menertawakan Caka. Namun sesaat tawa Arvin terhenti. Pandangan cowok itu menajam tatkala ia melihat seseorang berjalan disamping gadisnya.

Arvin berdiri menegapkan tubuhnya. Ia berjalan menghampiri Inara, meninggalkan kedua sahabatnya yang dilanda kebingungan.

Langkah Inara terhenti, saat ada seseorang yang menghadang jalannya. Ia mendongak, menatap orang itu yang menatap kearahnya tajam.

Kemudian, Arvin menatap orang yang berdiri disamping Inara dengan pandangan sengit. Sementara orang itu tersenyum licik.

"Lo ngapain masih deketin Inara, hah!"

Orang itu maju selangkah, berdiri tepat di hadapan Arvin. "Terserah gue dong, toh Inara nya juga biasa aja."

Arvin mengepalkan tangannya kuat. "Ra, lo ke belakang gue!"

"Ha-hah?"

"Disini aja Ra." Skala, menyela.

Inara menatap kedua cowok itu antara bingung, dan kesal. Mana tatapannya tajem semua, gue harus apa dong ah.

"Inara!" Suara Arvin begitu berat nan tajam saat memanggil nama gadis itu.

"Ra." Skala ikut menyeru. Bahkan kedua tangan Inara telah di pegang, oleh kedua lelaki itu.

Karena sudah kesal, gadis itu menghempaskan kedua tangan itu kasar. Kemudian menatap kedua orang itu bergantian dengan tatapan yang tajam.

"Lo berdua! Kalo mau ribut, silahkan! Tapi jangan pernah sangkut pautkan gue dalam keributan kalian! Paham!?"

Inara pergi, meninggalkan tempat itu. Meninggalkan kedua lelaki yang saling beradu tatapan sengit, serta para murid lain yang menonton.

"Tunggu balasan gue!" Arvin menunjuk wajah Skala dengan aura yang seram.

Setelahnya, cowok itu pergi menyusul kemana Inara pergi. Sedangkan Skala hanya melambaikan jemarinya singkat sembari terkekeh sinis.

"I will wait"

***

Hi all! Hopefully this part won't disappoint you ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi all! Hopefully this part won't disappoint you ;)

Tinggalkan Vote and Komen untuk lanjut ke chapter selanjutnya ❤️✨

And Follow my account natasya03_

Papayy All!! Love u❤️

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang