18. Keributan

1.5K 91 23
                                    

Hola! Bisa yuk 'tap' bintang di bawah and taburkan komentar kalian 😉

Makasih

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan ❤️

Siap untuk baca??😂
Bismillah

“Yang Real Aja Belum Tentu Bisa Di Dapet, Apalagi Yang Unreal.”

natasya03_

natasya03_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dua orang duduk di atas motor berbeda yang terparkir didepan pagar rumah Inara. Sejak tadi, keduanya selalu adu argumen.

"Lo ngapain ngikut gue kesini! Jingan."

"Lo yang ikutin gue! Anjing," timpal salah satu orang itu.

"Nanti Inara sama gue! Mending lo balik."

"Inara harus sama gue!" Bantah cowok tadi.

Keduanya sama-sama turun dari motor dan saling berhadapan. Tatapan mereka sangat tajam. Jika di kartun, mungkin sudah ada aliran listrik di mata mereka dan membuat bebek mati kena sengatan.

"Lo udah gue peringatin! Jauhin Inara! Karena dia cuma punya gue!"

Skala, cowok itu terkekeh rendah mendengar ucapan seseorang yang menjadi rivalnya. Siapa lagi kalau bukan Arvin.

"Lo siapa, hah? Jelas-jelas Inara tuh punya gue. Mending lo pergi deh, syuuh syuuh." Skala mengibaskan tangannya seperti mengusir.

"Bangsat!" Dengan kesal, Arvin memukul wajah tampan Skala. Membuat cowok itu terjatuh.

Skala kembali bangkit, dengan gerakan cepat ia kembali menghajar Arvin. Namun, pertikaian keduanya terhenti karena seorang perempuan yang berteriak.

"STOOOPP! KALIAN NGAPAIN GELUT DEPAN RUMAH GUE! KALO MAU, MODAL DIKIT DONG NYEWA RING TINJU!!"

Kedua cowok itu bersama menolehkan kepalanya. Kemudian langsung berlagak seolah tak terjadi apapun. Merapikan pakaian, merapikan rambut dan lain sebagainya.

Keduanya mendekat ke arah Inara.

"Mau apa kalian!"

"Mau jemput lo," jawab mereka serempak. Membuat mereka saling pandang dan lagi-lagi beradu pandang sengit.

"Gue mau berangkat sendiri!"

"Nggak." Huh! Jawabnya aja kompak. Tapi kelahi terus.

Skala mendorong bahu Arvin, membuat cowok itu mundur beberapa langkah. "Lo ngapain sih! Ngikutin mulu!"

Arvin balas mendorong bahu cowok itu, kasar. "Lo yang ngikutin gue!"

Inara menutup telinga dan matanya. "STOOOPPP! Kalo kalian masih mau ribut, mending pergi!"

"Nggak bisa dong, gue yang kesini duluan. Jadi, lo berangkat bareng gue," bantah Arvin.

"Heh! Gue yang kesini duluan!" Timpal Skala tak terima.

Inara yang sudah pusing akhirnya memutuskan lanjut berjalan saja. Kalo terus disitu, bisa-bisa dirinya bertambah pusing dan telat ke sekolah.

"Ya kan Ra?" Kedua cowok itu sama-sama menghadap Inara.

"Loh Inara mana? Ck! Gara-gara lo sih," kesal Arvin.

"Gara-gara lo Inara pergi!"

"RA! SAYANG KAMU DIMANA?" Teriak Arvin, berharap gadis itu mendengarnya.

"Sayang-sayang cangkemu!"

***

"Huh dasar! Kenapa pagi-pagi gue harus ketemu dua orang gila itu!" kesal Inara.

Gadis itu sudah menginjakkan kakinya di sekolah. Berjalan menyusuri koridor, dengan langkah panjang. Para siswi menatap Inara dengan malas, banyak juga yang mencibir dan mengolok-olok dirinya karena dekat dengan Arvin.

Inara menggendong tas nya di pundak. Gadis itu berjalan memasuki ruangan kelas, dan duduk di bangku pojok. Setelah meletakkan tas nya. Inara kembali berjalan, mengecek jadwal piket hari ini. Ternyata hari ini adalah gilirannya. Tapi kenapa yang lain tidak menyapu? Jelas-jelas kelasnya begitu kotor.

Banyak sampah plastik berserakan diatas meja dan lantai, sapu yang tidak tertata rapih ditempatnya, belum lagi puluhan ribu debu yang menambah kotor ruangan ini.

"Astaga," gumam Inara. Gadis itu mengambil sebuah sapu dan mulai menyapu lantainya.

"Ra, mau gue bantuin?" Tanya Ardi, teman kelas Inara.

Gadis itu tersenyum kecil dan mengangguk. Cowok tadi langsung mengambil sebuah kemoceng, dan mulai membersihkan jendela dan lainnya.

Setelah semua beres, Inara mengelap keringat di dahinya. "Thanks ya Di, udah bantu."

"Sama-sama."

***

Brak!!

Arvin menggebrak meja belajarnya, karena kesal. Gara-gara Skalaliter, Inara jadi tidak berangkat dengannya.

"Lo ngapain sih pagi-pagi udah kayak orang abis dari neraka," lontar Awan.

"Iya, gimana keadaan disana? Nambah panas atau adem?" Tanya Caka, menyeleneh.

"Diem! Gue lagi jengkel!"

"Inara?"

"Mana?" Tanya Arvin tiba-tiba. Membuat Awan memukul lengan cowok itu.

"Gue lagi tanya njir! Lo jengkel karena Inara?"

Arvin mendengus kasar. "Bukan"

"Terus?"

"Sama si bajingan Skalaliter."

"Emang dia kenapa Vin?" Tanya Caka.

"Panjang ceritanya, males gue."

"Panjangnya seberapa? Sepanjang cintaku padamu?"

"Najis anjir!"

***

Sedikit? Iya, maap yaa🥲And Sorry kalo flat gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedikit? Iya, maap yaa🥲
And Sorry kalo flat gitu..

Untuk yang belum Vote silahkan di vote dulu💙

Follow juga akun natasya03_

Papayy

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang