36. Masalah Boba dan Sate

952 67 43
                                    

UDAH UPDATE!! JADI JANGAN LUPA UNTUK MERAMAIKAN ‼️

UDAH UPDATE!! JADI JANGAN LUPA UNTUK MERAMAIKAN ‼️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Fuck!—"

Arvin mengumpat geram. Berani sekali seorang ayah bermain fisik dengan anaknya sendiri. Arvin membuka pintu mobil dan keluar. Cowok itu lalu membukakan pintu untuk Inara.

"Ikut gue," perintahnya.

Inara keluar mobil dengan terburu-buru karena Arvin yang menarik tangannya. "Kemana?" tanyanya bingung.

"Obatin pipi lo."

"Tapi kan—" Inara menghentikan ucapannya karena merasa cengkeram Arvin di tangannya semakin kuat.

Di uks yang masih sepi, Inara ia dudukkan di atas ranjang. Sementara cowok itu sibuk mencari kompresan dan es batu yang ada di dalam lemari es berukuran mini.

"Mau di bantuin?" tanya Inara. Namun Arvin menggeleng.

Cowok itu duduk di samping Inara, menempelkan kain yang diisi es di dalamnya ke pipi Inara. Gadis itu meringis karena hawa dingin yang menjalar di area wajahnya.

"Lain kali ngga usah di tutupin, bilang aja ke gue."

"Dingin tau," ujarnya mencoba menjauhkan tangan Arvin. Namun cowok itu memerintahkannya untuk diam. Lama-kelamaan kepala Inara menjadi terasa berat. Cowok itu seketika panik saat menyadari sesuatu menetes mengenai tangannya yang di bawah.

Arvin langsung membuang benda yang ada di tangannya ke pojokan. Lalu memegang bahu gadisnya. "Ra, lo kenapa?"

Sayup-sayup melihat raut wajah Arvin yang di rundung rasa cemas. Gadis itu menggeleng lemas sembari memegangi kepalanya. "Nggak pa-pa," jawabnya dengan suara lirih.

Arvin mengambil sebuah kain dan menempatkannya di bawah hidung Inara. "Udah gue ngga pa-pa," ucapnya.

"Gue telfon temen gue dulu, bentar. Jangan pingsan, oke?" Arvin panik. Sementara Inara terkekeh melihat kelakuan cowok itu, mondar-mandir dengan handphone yang menempel di telinganya.

"Lo ke uks sekarang. Panggilin Dokter Tika kesini. Gue tunggu, ngga usah lama," perintahnya pada seseorang di seberang.

"Heh Vin, siapa yang sakit? Gue baru aja duduk di kelas, sialan."

"Jangan banyak omong. Udah cepetan!" Setelah menyuruh, Arvin langsung mematikan sambungan. Lalu duduk di samping gadisnya.

"Kenapa ketawa?"

Inara langsung menghentikan tawanya kemudian menggeleng. Arvin membuang nafas gusar. "Tck! Lama banget sih."

Setelah lama menunggu akhirnya Sang Dokter datang. Seseorang di belakang dokter itu terlihat mengatur pernafasan yang tersengal-sengal.

"Gila lo. Gue lari-lari dari tadi. Apalagi waktu anak lain ngejadiin gue bahan ghibah gara-gara bawa dokter ke sekolahan."

"Si Caka kemana? Tumben ngga ngintilin lo?" Arvin menghiraukan ucapan Awan, dan malah bertanya Caka.

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang