Hai, jangan bosen-bosen ya ketemu Arvin hehe💙Tinggalkan hejak ya, biar aku tau kalai kalian baca cerita ini🥰
***
"Haah, terselamatkan." Ketiganya mendesah lega karena berhasil selamat dari kejaran guru tadi.
Arvin menoleh ke arah Caka, sembari mengelap beberapa tetes cairan yang membasahi dadi dan rambutnya.
"Beli minum Cak."
Ketiganya saat ini sedang berada di warung tongkrongan mereka. Udah tau kan, nama warungnya apa?
Caka mengangguk, dan kemudian berdiri memanggil sang penjaga warung.
"Panas banget anjir," Awan mengipasi wajahnya yang memerah akibat berlari.
"Cepet juga ya tuh guru ngejarnya."
Baik Arvin maupun Caka, mengangguk setuju. "Celana gue hampir sobek gara-gara kena kayu," kesal Caka.
"Hahahaha, untung gak beneran sobek ya haha. Gak kebayang gue kalo celana lo sobek, apalagi bagian tengahnya haha," tawa Awan pecah, mengingat kejadian itu.
"Ini minumannya kak," Seorang anak gadis manis, menyuguhkan pesanan yang Caka minta tadi.
"Eh adek manis, tumben kamu yang jaga ayahmu kemana?" Tanya Caka, genit. Biasalah, namanya juga jomblo.
Gadis itu tersenyum malu. "Bapak lagi pulang sebentar"
Caka manggut-manggut. "Namanya siapa nih, boleh dong kenalan."
Awan menyentil kening cowok itu. "Dasar lo buaya belang buntung."
"Heh! Namanya juga usaha. Ya ngga, sayang," ujar Caka dengan mengedipkan sebelah matanya berusaha menggoda.
Gadis manis itu hanya terkekeh kecil, kemudian pamit kembali ke belakang.
"Kan, udah gue bilang ga akan ada yang mau sama lo haha, ada sih kayanya tapi seperti lonte," ledek Awan yang tergelak begitupun Arvin.
"Tunggu aja, kalo gue dapet cewe yang alim gue pamerin ke lo pada," ucap Caka, serius.
"Pffft, oke oke kita tunggu," ujar Arvin masih berusaha menahan tawa.
***
Seorang gadis duduk menyendiri di kawasan kantin bagian pojok. Gadis itu meminum sebuah jus, sedangkan jemarinya bergerak begitu lincah diatas layar ponsel. Saking fokusnya, sampai ia sendiri tak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk tepat didepannya.
"Inara," panggil seseorang itu.
Inara mendongakkan kepalanya sedikit. Menatap seseorang itu datar. "Ngapain lo disini."
"Mau liatin calon, apa salahnya. Lagian ini kan kantin," jawab orang itu dengan santai.
"Gue udah punya! Jadi lo gak usah ngarepin gue," papar Inara.
Seseorang itu tersenyum remeh. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja beberapa kali, dan gigi yang bergemeletuk menahan amarah.
"Siapa? Si Bajingan itu, heuh!"
"Disini lo yang bajingan, Skal! Bukan dia."
Tunggu! Apa baru saja dia membela cowok sombong itu? Dan mengatakan dia adalah pacaranya? Sadar Inara. Jika ada orangnya pasti dia akan besar kepala dan menertawakanmu.
Mendengar pembelaan gadis itu membuat tangan Skala terkepal kuat. Ia berdiri, matanya menatap tajam gadis didepannya. Kemudian ia menggebrak meja kantin dengan keras.
Brak!
Suara itu tentu saja membuat semuanya terkejut, tak terkecuali Inara. Skala menunjuk wajah Inara dengan dada naik turun menahan amarah. "Camkan ini! Lo bakal jadi milik gue. Milik dari Skala!"
Setelah berkata seperti itu, Skala pergi. Para murid lain langsung melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Inara terdiam. Apa tadi katanya? Menjadi milik seorang Skala? Mustahil. Karena ia tak akan pernah mau, bahkan tak sudi menjadi milik cowok brengsek tadi.
Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Kemudian menghembuskan nafas lega. "Untung gak ada si ono."
***
Seseorang tersenyum licik setelah menyaksikan kejadian tadi. Sebuah ide berlian terlintas jelas didalam otak cerdasnya. Kemudian ia pergi, menemui seseorang.
"Skala," panggil seorang gadis yang berdiri di ambang pintu gudang sekolah. Bukan gudang juga sih, cuma ruangan gak ke pake tapi masih bagus.
Skala, cowok itu membuat kepulan asap keluar dari mulutnya. Kemudian menoleh. Menatap seseorang itu yang terus berjalan menghampirinya. Kemudian duduk tepat disebelahnya.
"Ngapain lo?" tanya Skala dengan nada malas.
"Gue mau bilang sesuatu ke elo," ucap seseorang itu dengan wajah serius.
"To the poin aja deh, Sin," seru Skala kembali menyebat putung rokoknya.
Sindy, gadis itu menyunggingkan senyumnya. Kemudian ia mendekatkan wajahnya pada telinga cowok itu, membisikkan sesuatu disana.
"Gimana?" Tanya Sindy, tersenyum remeh.
Skala tersenyum kecil. "Bagus juga ide lo, tapi gue ada syarat buat lo."
Sindy mengangguk, "Apa?"
"Gue tau lo sering ngangkang, bahkan jadi simpenan om-om di club."
Tubuh Sindy menegang. Bagaimana Skala tau tentang rahasianya. Dari mana dia tau?
Mata Skala memandang Sindy dengan tatapan yang sulit diartikan. "Lo gak perlu tau gue dapetin itu dari mana. Intinya gue gak akan sebarin kalo lo nurut."
Dalam hati Sindy menggeram kesal. "Apa mau lo!"
Skala tersenyum licik. Ia mencodongkan wajahnya ke telinga Sindy. "Puasin gue malam ini," bisik Skala dengan nada rendah.
Tangan Sindy terangkat untuk menampar wajah itu. Namun dengan cepat, Skala menangkap tangan Sindy dan menatapnya tajam. "Nurut atau berita kesebar?"
Sindy menarik kembali tangannya dengan kasar. Ia mendengus. "Fine!"
Skala tersenyum smirk, tangannya sekilas mengacak rambut Sindy. "Good girl."
***
Semoga alurnya gak bikin bosen ya🥺 dan semoga bikin kalian suka❤️
Jangan lupa untuk Vote and Komen ❤️
Follow natasya03_ untuk mendapatkan info terbaru 🥰
Papayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE ARVIN [GS 2]
Teen Fiction[ WARNING!! CERITA INI DAPAT MEMBUAT ANDA INGIN MEMUKUL ORANG LEWAT KARENA BAPER DAN KESAL‼️ ] Sekuel POSESSIVE DEVANO [ FOLLOW SEBELUM BACA!!! AGAR PART TIDAK HILANG-HILANGAN ] *** Arvin Kevlar Gramantha. Seorang pemuda yang mempunyai kepercaya dir...