26. Calon Menantu

1.5K 91 45
                                    

Sekarang banyak setannya ya haha😊Jangan pelit buat Vote ataupun Komen ya gengs!!✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang banyak setannya ya haha😊
Jangan pelit buat Vote ataupun Komen ya gengs!!✨

Makasih buat kalian yang selalu Vote and Komen di cerita ini❤️

Jangan jadi setan!! Gak baik👿

Btw POSESSIVE ARVIN ganti cover!! Gimana menurut kalian??

Maaf banyak omong, Silakan baca cerita ini dalam keadaan rileks 🌚

***

Sudah satu minggu sejak kepulangan Papahnya, Inara tetap di perlakukan sama. Tak jarang dirinya di anggap asing oleh Ridwan. Bahkan saat makan malam ataupun sarapan, yang mereka tunggu hanya Sindy, medusa kecil itu.

Malam ini, dia berada di kamar dengan sebuah buku novel di tangannya. Punggungnya bersandar pada kepala ranjang. Rambutnya ia cepol asal. Sedang asik membaca, ponselnya berdering. Gadis itu berdecak, kemudian mengambil ponselnya fi atas nakas.

"Apaan si! Berisik tau nggak," semprot Inara. Ck! Cowok itu selalu saja mengganggunya.

Sedangkan di seberang sana hanya cengengesan. "Keluar yuk, mumpung malam minggu."

"Nggak!"

"Ya elah, Ra. Gue pacaran berasa jomblo tau nggak. Ayolah, tenang aja gue yang bayarin, apapun yang lo mau." Disana, Arvin tetap membujuk gadisnya agar mau keluar.

Dari matanya, Inara jelas sedang memikirkan sesuatu. "Apapun?"

"Iya, cepatan. Enggak usah pake makeup! Yang boleh liat lo cantik itu cuma gue, titik."

Inara memandang ponselnya aneh. "Idih, siapa lo? Sok ngatur-ngatur. Terserah gue dong, mau gue pake atau enggak, itu bukan urusan lo. Lagian, siapa tau ada yang suka dadakan sama gue, ya kan?"

"Nggak! Nggak ada yang boleh suka sama lo kecuali gue, atau orang itu bakalan tau akibatnya."

"Id-"

"Nggak usah idih-idih. Buruan, jangan lelet. Gue matiin dulu ya, bye pacar muach." Cowok itu mematikan sambungannya di akhiri dengan ciuman.

Inara beberapa kali menampar kecil pipinya sendiri. "Sialan! Kenapa rasanya jadi panas banget pipi gue."

Di sisi lain, seorang pemuda tampan yang baru saja menyelesaikan acara telepon dengan orang tersayang itu senyum-senyum sendiri.

Dia bahkan sampai menggigit bibir bawahnya. "Aaa kenapa jadi gue yang baper anjir. Duh, Inara sama nggak sama kayak gue. Kalo enggak, malu banget ..." papar Arvin memukulkan kepalanya pada guling.

"Oke Arvin. Sadar, mending sekarang, lo siap-siap. Pake parfum yang wangi, baju bagus, eh bukannya baju gue emang bagus semua ya."

Arvin bersiap, dengan senyuman yang terus menghiasi wajah tampannya.

POSESSIVE ARVIN [GS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang