22. Mendadak Jadi YouTuber

32 6 0
                                    

Semenjak kedatangan Liya, kehidupan tenang Jenisa dan Refi selalu terganggu membuat Refi tak enak hati sendiri pada gadis mungil yang berstatus kekasihnya itu. Untuk menebus kesalahannya, Refi mengabulkan semua permintaan Jenisa. Permintaan yang membuatnya harus menghela napas hampir setiap saat. Menemaninya membuat konten YouTube dan bergabung dalam video yang dibuatnya. Ayolah, Refi lebih baik latihan silat sendirian di padepokan daripada harus ikut membuat konten YouTube. Tapi, mau bagaimana lagi? Dia sudah berjanji akan mengabulkannya.

Seperti hari-hari biasanya, Refi kembali duduk di sofa empuk rumah Jenisa ditemani ayah Jenisa yang libur bekerja saat hari Sabtu dan Minggu. Ayah Jenisa mulai bersikap baik padanya sejak mengetahui Refi anak atasannya, bahkan perlahan-lahan mulai sangat akrab setelah beberapa kali berinteraksi.

Jenisa sendiri sampai tidak bisa bersama Refi saat Refi bersama ayahnya. Sang ayah mengajaknya bermain catur, bulu tangkis, adu silat, dan lain sebagainya. Kemampuan Refi yang memang tidak diragukan lagi membuat sang ayah tidak pernah merasa bosan saat Refi berkunjung ke rumahnya. Sudah sejak lama beliau menginginkan anak laki-laki, tapi malah perempuan. Alhasil, anak perempuannya sedikit seperti laki-laki.

Seperti saat ini, Refi dan ayah Jenisa sedang bermain monopoli, sementara Jenisa mempersiapkan kamarnya untuk dia membuat konten. Refi pandai memainkan permainan ini dan itu. Ayah Jenisa juga tahu, enggan untuk mengajak Refi melakukan hal-hal berat. Saat itu beliau pernah mengajak Refi lomba berlari mengelilingi komplek, hasilnya Refi mimisan, wajah pucat bagai mayat, bibir merahnya juga terlihat sangat kering dan pucat, butuh lebih dari dua jam untuknya bisa pulih semula.

Melihat Refi yang keadaannya parah sepulang bersama ayahnya, Jenisa langsung memarahi Refi yang tidak menolak permintaan sang ayah, padahal tahu bahwa ketahanan tubuhnya tidak terlalu kuat, bahkan terbilang lemah. Refi yang dimarahi hanya bisa diam, mengatur napas yang terasa sesak di dada. Niat hati pulang pukul tiga sore harus diundur sampai pukul sembilan malam.

"Ayah, udahan main monopolinya, dih. Kak Refi ke sini mau ketemu Jeni, bukan ketemu ayah. Ayo, Kak, masuk! Udah siap buat kontennya."

Ayah Jenisa tertawa ringan, suara tawa yang membuat Refi selalu ikut tersenyum. "Ya sudah, pintunya dibuka tapi, ya. Ayah nggak mau anak kesayangan ayah kenapa-napa."

Seperti dugaannya, Refi melirik ke arahnya setelah pria itu mengatakan hal yang bisa saja mengganggu Refi. Sejak pertama kali mengenal Refi, ayah Jenisa melihatnya sebagai pemuda sopan santun yang memaksakan diri untuk beramah tamah. Sedikit banyak dia menanamkan kepercayaan bahwa pemuda itu tak akan berbuat apa-apa pada anaknya, tapi namanya seorang ayah, jika memiliki anak gadis, siapa yang tidak khawatir?

Menepuk pelan punggung Refi, ayah Jenisa berujar, "Jeni kalau lagi buat konten kayak orang gila, jadi kamu harus tabah, ya." Setelahnya, dia berlalu menuju dapur.

Mendengar ucapan ayah Jenisa, Refi melirik gadisnya disertai senyuman tipis. Wajah Jenisa sudah memerah kesal, pipinya digembungkan. Refi langsung memegang pundak Jenisa, tersenyum tipis ke ayahnya. "Ayo!"

Tadinya Refi pikir ayah Jenisa hanya bercanda, tapi ternyata dia benar. Jenisa membuat konten berupa make over seorang laki-laki menjadi perempuan. Dan Refi-lah korbannya! Ingin menolak, tapi dia sudah berjanji akan menuruti semua permintaan Jenisa.

Baru menyambut menggunakan salam pembuka saja Jenisa yang mengenakan celana jeans selutut dan kaus hitam oversize sudah jungkir balik di atas kasurnya. Parahnya lagi, bukan sekadar konten, tapi live YouTube. Demi apa pun, Refi ingin pulang sekarang.

"Oke, Guys, kembali lagi dengan Jenijenijen, YouTuber cantik nan imut yang gemesin. Saking gemesinnya sampai orang-orang pengen gebukin gue. Oke, udah segitu aja. Gue di sini mau perkenalin korban terbaru gue yang paling ganteng. Gue bakal dandanin dia jadi cewek hari ini. Kak, lambai ke kamera, dong, jangan kaku gitu mukanya."

Menoleh ke arah Jenisa, Refi melambaikan tangan ke kamera sambil tersenyum tipis. Kolom komentar live seketika ramai oleh pekikan alay para penonton yang terpukau sejak detik pertama.

"Ini namanya Refi, Guys. Kak Refi, dia pacar gue. Ganteng banget, 'kan? Ganteng, tapi dia kaku, kayak patung batu. Sekarang, biar nggak lama-lama, langsung aja gue dandanin, ya. Kak Refi juga udah pakai kemeja gitu, kayak cewek tomboi."

Jenisa mengamati penampilan Refi yang mengenakan celana jeans hitam panjang dan kemeja merah kotak-kotak yang tidak dikancingkan, menampilkan kaus putih polos yang dia kenakan di balik kemeja.

***

Hari-hari Refi memang buruk hari ini. Libur latihan silat membuatnya tersiksa lahir batin. Setelah mengikuti konten Jenisa, didandani seperti wanita tulen, Refi yang kelelahan usai makan malam hendak beristirahat terpaksa diurungkan saat mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. ---Sore tadi dia tak bisa istirahat karena Rafi dan Retha yang ribut di lantai bawah. Sore tadi juga ada Anya dan Dewa, entah bagaimana dua orang itu bisa tahan dengan sikap saudaranya.

Mengenakan sandal jepit biru yang Refi berikan saat dia baru pulang tadi, Refi membuka pintu kamarnya yang selalu dia kunci. Tampak wajah lesu Retha di balik pintu membuat Refi tak tega mengatakan dia hendak tidur saat adiknya bertanya.

Tanpa basa-basi lagi, Refi mempersilakan Retha masuk, duduk di atas kasurnya. Dia tahu Retha hendak mencurahkan isi hatinya yang mungkin terlalu penuh saat melihat Dewa selalu saja begitu, tak ada sedikit pun perubahan.

"Kenapa?"

Retha langsung menyandarkan kepalanya di pundak Refi, memeluk bantal guling kakaknya yang beraroma lavender. "Biasa, Kak. Gue kurang apa, ya, Kak? Perasaan gue udah baik banget, kenapa Dewa tetep gitu? Masa tiap kali putus dari ceweknya dia ke gue, giliran ada cewek lagi dia lupain gue. Sebenernya dia anggap gue ini apa?!"

Tangan Refi bergerak mengusap air mata yang mengalir di pipi adiknya. "Lo kurang pinter."

Bangkit dari posisinya, Retha menatap Refi tajam, meminta penjelasan lebih selain penghinaan yang kakaknya berikan.

"Kalau lo pinter, lo nggak bakal nerima Dewa gitu aja setelah apa yang Dewa lakuin ke lo. Kalau lo pinter, lo bakal cari orang lain yang nggak bikin lo makan hati terus."

"Tapi, Kak, Dewa itu baik banget. Lo tau gue udah temenan sama dia sejak kecil, 'kan? Gimana gue bisa buang perasaan semudah itu coba?"

Menghela napas, Refi yang kadar kebucinannya hanya sekadar menuruti apa yang kekasihnya inginkan tidak bisa percaya akan hal ini. "Coba lo cuekin aja Dewa yang balik ke lo setelah lo putus. Lo abaikan dia, siapa tau dia sadar. Lagian lo masih bocah, mending fokus sekolah."

"Lo mah gitu. Gue tidur di sini boleh nggak?"

"Tidur aja, nanti gue di sofa aja."

"Makasih, Kak. Kamar lo harum banget, gue suka. Maaf, ya, lo harus ngungsi dulu hahaha." Retha langsung menarik selimut sebatas dada, berbaring membelakangi Refi yang menghela napas.

Walau mereka kakak-adik, saudara kandung, Refi tak berani melakukan macam-macam. Adiknya juga perempuan, pantas dihormati, bahkan harus dia hormati. Refi langsung mematikan lampu, menyalakan lilin aroma terapi beraroma lavender favoritnya, lalu tidur di sofa yang terletak di ujung kamarnya.

Foreign Accent Syndrome [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang