Tiga tahun telah berlalu semenjak kejadian kala itu. Refi benar-benar melupakan semua kenangan yang dia alami dahulu bersama gadis kurang ajar yang pernah masuk menghuni hatinya.
Saat ini dia telah siap dengan seragam putih abu-abu lengkap. Sebagai siswa tingkat akhir, tentunya Refi menambah waktu belajarnya. Dia berjalan menuruni tangga menuju meja makan.
Dilihatnya sarapan yang telah siap dan anggota keluarga yang lengkap, kecuali Rafi, saudara kembarnya. "Rafi ke mana, Ma?" tanya Refi sambil meletakkan tasnya di kursi. Refa yang tengah menyiapkan piring mengedikkan bahu sekali.
"Paling belum bangun. Coba kamu ke kamarnya, takutnya bibi gak bisa bangunin dia," sahut Refa. Ya, keluarga Refi memiliki seorang pembantu yang hanya bertugas membersihkan rumah. Urusan memasak, Refa yang melakukannya.
Refi kembali naik ke lantai atas untuk melihat saudaranya. Tanpa mengetuk pintu, laki-laki itu masuk ke dalam dan mendapati sang asisten rumah tangga yang kebingungan untuk membangunkan Rafi yang tidur dengan posisi telentang dan mulut menganga.
"Dia belum bangun, Bi?" tanya Refi. Bi Jaenab sang asisten rumah tangga hanya menggeleng kecil.
"Bibi bersihin rumah aja, biar Refi yang bangunin." Tanpa membantah lagi, Bi Jaenab langsung pergi meninggalkan kamar Rafi setelah berpamitan.
Refi melangkah menuju toilet dan mengambil segayung air guna untuk membangunkan Rafi. Tanpa basa-basi, segayung air mengguyur tepat di mulut Rafi yang menganga lebar.
"HUJAN! BOCOR! BOCOR!" Rafi berteriak heboh saat air mengguyur wajahnya. Refi diam menatap kembarannya dengan tatapan jijik. Dia langsung melempar gayung merah yang dipegangnya ke arah Rafi.
"Aduh," ringis Rafi sambil mengusap keningnya.
"Sialan. Siapa, sih, yang lempar gayung ke gue. Awas aja, gue bakalan bu—"
"Mau apa?" Suara itu membuat Rafi tersadar. Dia langsung menoleh ke arah Refi lalu menampilkan deretan gigi rapinya.
"Gak jadi. Ngapain lo di sini?" tanya Rafi kesal.
"Bangun. Lihat jam! Lo mau gue tinggal?" tanya Refi. Rafi tak peduli, dia langsung merebahkan kembali tubuhnya.
"Lo tuh, dasar kukang! Bangun! Gue tinggal nih," ancam Refi.
"Iya-iya gue bangun." Refi langsung duduk di sofa kamar tersebut menunggu Rafi. Jika terlalu lama, dia berniat akan meninggalkan orang menyebalkan itu.
Refi melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.20. Untuk seorang Refi yang berangkat bersama Rafi, dia harus membangunkan kembarannya itu sejak jam 6 pagi. Bagaimana tidak? Rafi yang pemalas itu membutuhkan waktu lebih 30 menit untuk siap berangkat ke sekolah.
Dia samar-samar mendengar suara dari dalam kamar mandi. Refi memutar bola mata jengahnya saat mendengar suara itu adalah suara Rafi. Hal yang paling membuatnya malas, itu suara nyanyian. Terlebih lagi, lagu yang Rafi nyanyikan membuat pendengarannya merasa terganggu.
"Walau kau gendot, pipimu tembam, tetap kusuka padamu. Walau kau bulat, perutmu buncit, tetap kusayang padamu." Suara nyanyian itu terdengar jelas dari kamar mandi yang terdapat Rafi seorang di dalamnya.
Tak tahan dengan nyanyian itu, Refi menggedor pintu putih kamar mandi Rafi saat dia mendengar nyanyian aneh yang dinyanyikan oleh saudara kembarnya itu.
"Buruan atau gue tinggal," ancam Refi.
"Bentar, Ref, gue lagi rekaman," sahut Refi dari dalam.
"Si vous n'êtes pas rapide, vous en connaissez les conséquences ( Jika kau tidak cepat, kau tahu konsekuensinya )." Refi mengancam dengan bahasa Prancis. Sudah dapat diprediksi, penderita Foreign Accent Syndrome itu sudah kumat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foreign Accent Syndrome [COMPLETED ✔]
Roman pour AdolescentsBerawal dari sebuah kecelakaan yang membuat seorang Teuku Refian Aldebaran ini mengalami benturan keras di kepalanya. Akibat benturan itu, remaja kelas 3 SMA ini harus mengalami Foreign Accent Syndrome. Syndrome di mana dia akan berbicara menggunaka...