26. Semua Harus Segera Berakhir

30 6 0
                                    

Ujian akhir sudah berlalu sejak minggu lalu. Refi masih duduk di bangkunya, menopang dagu sambil mengetuk-ngetukkan pena ke atas meja. Matanya menatap lurus ke papan di depan, pikirannya melayang dipenuhi tes-tes ujian yang dia ikuti akhir-akhir ini.

Semenjak hubungannya kandas, Refi lebih banyak melampiaskan segalanya pada belajar, belajar, dan belajar. Sudah hampir dua minggu ini dia disibukkan dengan tes-tes masuk universitas. Universitas incarannya, perguruan tinggi di luar negeri sana.

Tidak ada pelajaran setelah ujian akhir. Guru-guru yang sibuk menyiapkan ujian kenaikan kelas untuk adik kelas membiarkan siswa-siswinya bebas ke sana kemari. Lomba antar kelas pun berjalan sejak beberapa hari lalu di bawah bimbingan guru yang kebetulan tidak perlu menyiapkan soal-soal ujian.

"Hai, Refi."

Suara sapaan dari arah pintu membuat Refi menoleh, laki-laki itu menghela napas saat melihat sosok Liya yang muncul di ambang pintu, menatap ke arahnya sambil memasang senyuman termanisnya. Senyuman yang bahkan membuat Refi muak sendiri.

"Lo sendiri?"

Sangat basa-basi. Mengalihkan pandangan, Refi langsung memasukkan pena ke dalam saku, menatap Liya tak berminat. Gadis itu langsung duduk di kursi Fauzan yang kosong, kepalanya disandarkan ke pundak Refi tanpa permisi.

Tanpa permisi juga, Fang bangkit dari duduknya membuat Liya hampir jatuh jika saja dia tidak menahan tubuh dengan memegang ujung meja.

"Val me niet lastig." Melangkah hendak meninggalkan kelas, Refi terpaksa berhenti saat Liya menahannya.

Liya mengguncang lengan Refi, tatapannya penuh permohonan. "Please, izinin gue masuk lagi. Tolong kasih gue kesempatan kedua, Refi. Gue janji nggak akan ngulangi hal yang lama."

"Maaf, gue udah blacklist nama lo." Tangan Liya perlahan dia lepaskan dari lengannya. "Lo harusnya cari orang lain. Lo tau? Kehadiran lo ganggu ketenangan gue, ganggu Jeje, dan bikin gue benci hari-hari gue. Jujur, segala hal yang lo lakuin bikin rasa benci gue semakin menjadi. Lebih baik lo jauhin gue."

"NGGAK!" Liya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Sampai kapan pun gue nggak akan mau jauhin lo."

"Jangan kejar apa yang nggak bakal bisa lo raih." Refi berlalu pergi, meninggalkan Liya yang mengepalkan tangan di belakang sana.

Foreign Accent Syndrome [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang