Saudara

28 13 0
                                    

Di lain waktu dan di lain tempat yang berbeda, Adhara ingin menunjukkan tempat yang bagus dan nyaman untuk kakaknya. Ia dan papanya yang menghias lebih cantik tempat tersebut. Saat itu papanya berkata akan ada orang baru yang akan menempati tempat tersebut. Mendengar perkataan dari papanya ia sangat senang sekali, dan Adhara tak menyangka bahwa ia akan memiliki seorang kakak.

"Kita mau kemana?" tanya Al bingung.

"Sstttt... Kakak diem dulu hihi" ucap Adhara dengan di selingi ketawa kecil.

"Lama" gerutu Alderic.

Saat Al ingin mengintip, ia malah ketahuan oleh Adhara. Akhirnya ia tidak jadi mengintip sedikit pun.

"Nah kita dah sampai, kakak bisa buka mata" ucap Adhara dengan tetap memegang erat tangan kakaknya.

Saat Alderic membuka matanya ia sangat kebingungan karena ia sekarang menatap sebuah pintu berwarna putih dan sedikit polesan berwarna biru pastel.

"Pintu?" tanya Alderic sambil menunjuk pintu tersebut.

"Ya di buka kak, dhala juga tau ini pintu" (Ya di buka kak, dhara juga tau ini pintu) kata Adhara jengkel sambil mengetuk pintunya pelan.

Akhirnya Alderic memutar engsel pintu hingga nampak terlihat sedikit demi sedikit apa yang ada di balik sana. Cahaya dari kamar itu membuat mata Alderic sedikit menyipit.

"TALAAA" (Taraaa) ucap Adhara sambil mengangkat kedua tangan membentuk huruf 'V'.

"Ini kamal kakaaak. Bagus gak?" tanya Adhara sambil memandangi kakaknya.

"Eumm" Alderic melihat sekeliling kamar tersebut rapi dan indah. Merasa di tatap dari bawah ia pun melihat ke bawah juga.

Merasa aneh dengan tatapan Adhara yang sulit di jelaskan akhirnya Alderic pun memiringkan kepalanya seperti bertanya "kenapa?"

"Aku yang buat lhoooh" ucap Adhara.

"Oh, bagus"

"Itu aja kak?"

"Rapi"

"Terus" Adhara terus memandangi kakaknya sembari menjulurkan tangan seperti meminta sesuatu.

"Tanganmu kenapa?" tanya Alderic.

Melihat itu Alderic langsung membulatkan matanya.

"Sebentar" ucapnya sambil berlari dan mencari sesuatu sambil di buka tutup.

"Hehe... aku akan makan coklat banyak hari ini" batin Adhara sambil tersenyum bahagia.

Tap..tap..tap..

"Berikan tanganmu" perintahnya.

Dengan tersenyum Adhara memberikan tangan kanannya. Alderic pun terlihat seperti mengambil sesuatu di balik tubuhnya.

"Nah, kalau kaya gini tanganmu gak akan sakit lagi kan" ujarnya selesai memasangkan plester di telapak tangan Adhara.

Melihat hal itu Adhara bengong sembari mengedipkan matanya kebingungan.

"Kok plestel? Bukannya kakak mau ambil coklat. Hiiih...." batin Adhara sebal melihat apa yang kakaknya berikan.

"Kok plestel sih? Kan aku udah gini-gini, belalti aku minta coklat bukan di kasih plestel." (Kok plester sih? Kan aku udah gini-gini, berarti aku minta coklat bukan di kasih plester.) Ucap Adhara sebal sambil menggerakkan tangannya di buka tutup.

"Iiih gak mau ah temenan sama kakak heumm" (Iiih gak mau ah temenan sama kakak heumm) Adhara sebal dan meninggalkan kakaknya sambil menggembungkan pipinya dan menghentakkan kakinya tak lupa tangannya pun mengepal.

Alstroemeria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang