Waspada

11 9 0
                                        

Adhara telah pulang dari cafe itu setelah menemui pengagum rahasianya, namun saat ia sudah sampai di rumah disana sudah ada kakaknya yang berdiri di tengah-tengah pintu. Dengan tenang seperti tak ada apa-apa Adhara berjalan mendekati pintu itu.

"Darimana kamu?" tanya Alderic langsung pada intinya.

"Habis kumpul sama temen kelasku, kan aku udah bilang kak" jawab Adhara dengan muka tanpa dosa lalu ia melewati pintu itu.

"Oh ya? Apa kamu jujur?" tanya Al lagi.

Bagai tersambar petir, Adhara seketika mematung di tempatnya. Adhara menutup matanya dan terus merapalkan do'a supaya kakaknya tidak tau kebenarannya. Alderic pun berjalan mendekat ke arah Adhara, lalu ia mencondongkan badannya.

"Katakan dengan jujur. Kalau tidak kau akan menyesal, Adhara" ancam Alderic.

"Iya" teriak Adhara sambil menutup mata dengan tubuh yang bergetar karena ketakutan.

"Iya apa?" Alderic pun memancing Adhara untuk berterus terang.

"Iya, aku tadi tidak bertemu dengan temanku tapi aku menemui seorang pria" ucap Adhara dengan jujur dan membuat Alderic melebarkan matanya karena terkejut mendengar penuturan adiknya.

"Kamu.."

"Kakak puas kan? Aku mau pergi" ia mulai meninggalkan kakaknya dengan berlari menuju kamarnya.

Sedangkan di bawah, Alderic terdiam mengingat jawaban adiknya barusan. Ia bingung harus bagaimana ia mengatakan kepada papanya bahwa adiknya kini mulai berubah. Dahulu yang sangat bucin dengan Reagen, kini jadi lebih dekat dengan pria itu.

"Aku harus bagaimana ini. Ya Tuhan" ucap Alderic memohon dengan lirih.

Bruk..

Adhara menjatuhkan dirinya di atas ranjangnya yang empuk itu. Ia bingung kenapa ia berada di situasi seperti ini. Telah lama rencana kalau ia akan di jodohkan dengan Reagen, anak om Jonathan semenjak ia masih kecil. Namun kini ia merasa nyaman dengan orang yang baru ia kenal, Erlangga.

"Kenapa bisa aku ada di situasi seperti ini, huuh" Adhara membuang nafas berat.

"Mending aku mandi aja" Adhara bangkit dari ranjang dan mengambil tasnya tadi.

Saat ia mengambil tas itu, ia melihat ada sesuatu yang terselip disana. Ia ambil benda itu, Adhara bingung dengan benda yang di tangannya namun ia menyimpannya di dalam loker samping ranjangnya. Lalu Adhara 0ergi ke kamar mandi.

Di lain tempat ada seorang laki-laki yang terus mengawasi laptopnya. Ia nampak kesal sekali sehingga ia menggebrak meja di depannya.

"Sial, dia mengambil benda itu" ucapnya kesal.

"Tak apa-apa tuan, disana juga di lengkapi mic dan GPS" ucap salah satu temannya.

"Benar juga ya. Hah, gak sia-sia kamu beli benda itu. Terima kasih sudah membantuku" orang itu menepuk pundak temannya.

"Sama-sama, saya akan terus mengabdi pada tuan. Saya juga akan terus mengawasi rumah itu" balas temannya dengan tersenyum bahagia.

"Sebentar lagi semuanya akan tercapai"

"Semoga saja tuan"

Mereka berdua bersulang untuk merayakan keberhasilan kecil ini. Beberapa saat kemudian, handphone orang itu berdering.

"Siapa bro?" tanyanya kepada temannya.

"Tuan Haldir"

"Kemarikan" perintahnya.

"Halo tuan" sapa orang tersebut mengawali pembicaraan telpon.

"..."

"Iya saya sudah melaksanakan"

Alstroemeria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang