Pertikaian

11 11 0
                                    

Fajar mulai menyinari bumi dengan cahayanya yang menghangatkan. Bunga-bunga di taman Adhara mulai bermekaran menambah suasana semakin menghangat. Kini Adhara sedang bersiap untuk pergi ke sekolah untuk hari ke duanya. Ia telah memakai seragam dan perlengkapan sekolahnya, kini ia bersiap untuk turun sarapan di bawah.

BRUKKK...

Suara pintu kamar Adhara yang ia tutup dengan sedikit keras. Kejadian itu terlihat oleh kakaknya sendiri, Alderic memaku di dekat kamar Adhara tak bersuara sedikit pun.

"Nih auranya kok gak enak ya? Ada apa ya?" batin Adhara.

Ia pun menoleh ke kiri dimana kakaknya hanya melihatnya tanpa bersuara sedikit pun. Melihat hal itu Adhara tersadar kalau dia menutup pintu dengan sedikit keras. Ia pun menjadi seperti serba salah karena hal itu.

"Eh kakak hehe.... Dah lama kak berdiri disini?" kekeh Adhara sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal itu.

"Kapan-kapan kalo nutup pintu pelan-pelan" ketus Alderic.

"Ok kak" balas Adhara sambil mengangkat kedua tangannya sambil membentuk huruf 'O'.

"Ayo"

Setelah Al mengatakan kata itu, mereka pun pergi ke bawah dimana orang tuanya sudah siap di meja makan. Mamanya yaitu Layla sedang membawa sayur untuk sarapan mereka, sedangkan papanya sedang membaca berkas-berkas untuk di tanda tangani.

"Pagi mama. Pagi papa!" Adhara berteriak dari ujung anak tangga sambil berlari.

"Lari aja terus" celetuk Alderic.

Namun perkataan kakaknya tidak Adhara hiraukan. Ia terus berlari menuju mamanya lalu mencium pipinya. "Mama masak apa?"

"Ada soup ayam, roti bakar, selai cokelat, dan telur dadar" Layla mulai menjelaskan makanan yang ia masak pada pagi ini.

Layla memang pandai memasak seperti almarhum mama Adhara, Hella. Saat mengingat mamanya Adhara selalu tersenyum tanpa arti. Menurut sebagian orang senyum Adhara yang itu sangat susah untuk di artikan.

"Ayo Dhara, kita makan" ucap Brian dengan menutup berkasnya.

"Ok yah" jawab Adhara sambil menarik salah satu kursi meja makan.

Kreeet...

Suara kursi makan yang di tarik oleh Adhara. Saat celah antara kursi dan meja makan sekiranya cukup untuk ia duduki, tiba-tiba kakaknya menduduki kursi itu. Melihat hal itu, Adhara cengo dibuatnya ia juga menggelengkan kepalanya.

"Heh ini kursiku. Aku yang narik kenapa kakak yang dudukin?"

"Oh kursimu? Kirain kamu narik buat aku"

Alderic pun berdiri lagi dari kursi itu, lalu ia menggantikan posisi Adhara tadi yang menarik kursi. Kini yang menarik kursi itu adalah Alderic.

"Silahkan"

Karena perilakunya itu, Adhara makin di buat pusing. Ia hanya bisa memegang kepalanya saja. Orang tua mereka yang melihat pun hanya terkekeh.

"Udah ayo makan, nanti kalian telat" ucap Layla mengambil nasi untuk suaminya.

"Kan masih jam setengah enam ma" protes Adhara.

"Hem" Alderic berdehem dengan menunjukkan jam tangannya.

"ANJIR JAM ENAM DONG" Adhara terkejut lalu dengan cepat ia meneguk habis susu full cream miliknya.

Adhara memang tak terbiasa untuk makan karbohidrat di pagi hari. Kalau dia melakukan itu, alhasil ia akan ke kamar mandi untuk buang hajat.

Alstroemeria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang