happy reading!
---
"Hatiku beku, aku sudah tidak percaya dengan kesetiaan dan cinta yang dulu mengkhianatiku." Nina's mind.
Nina duduk di bangku balkon, ia terpaku memandang langit malam yang dipenuhi bintang – bintang, pikirannya penuh oleh segala hal tentang mereka. Di sudut hatinya ia ingin menerima maaf dengan ikhlas seperti kata Bryan tadi sore padanya. Jujur, ia juga merasa ini bukan seperti dirinya. Seharusnya dia tidak seperti ini, tapi nasi sudah menjadi bubur. Pasti sekarang semua teman – temannya termasuk Andre membencinya. Ia masih ingat dengan jelas wajah Andre ketika Mike merangkulnya, lalu pergi.
Hatinya berkata 'jangan pergi.'
Tetapi otaknya berkata 'pergilah.'
Dia tahu ini misi yang ia rancang bersama Mike untuk membuat Andre cemburu, tapi ia merasa seperti ada yang salah. Langkah yang ia lakukan terlalu frontal dan terkesan terburu – buru jika Nina mengingat kejadian kemarin saat ia berterimakasih dan masih bercanda dengan Andre. Tiba – tiba terlintas di pikirannya sebuah bait lagu masa kecilnya. Dia tersenyum dan bersenandung kecil.
Kupandang langit penuh bintang bertaburan.
Berkelap – kelip seumpama intan berlian.
Tampak sebuah lebih terang cahayanya.
Itulah bintangku bintang kejora yang indah selalu.
Setelah itu, ia tersenyum. Pikirannya terasa sedikit jernih. Sambil mengepalkan tangannya kuat – kuat ke atas layaknya pejuang, dia berseru.
"SEMANGAT!!!"
Nina menghembuskan nafas panjang, dia berbalik dan membuka pintu kaca balkon kamarnya. Hatinya sedikit lega setelah ia menyanyikan lagu itu, seperti lullaby yang membuatnya mengantuk. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang sambil menutup matanya. Lagu yang tadi ia nyanyikan terngiang – ngiang di dalam pikirannya. Dengan gerakan pelan, ia menoleh ke arah nakas dan melihat gantungan kunci berbentuk bola futsal masih tergeletak di situ. Nina memandang gantungan itu dengan tatapan sedih, mukanya tertekuk. Dia menghembuskan nafas panjang.
"kapan aku memberikan ini padamu?"
Setelahnya dia jatuh tertidur.
Tepat di bawah balkon kamar Nina, seorang laki – laki menyenderkan punggungnya di tembok rumah Nina. Dia menghembuskan nafas panjang, sebetulnya dia kemari karena khawatir dengan Nina dan memastikannya baik – baik saja walaupun dari jauh. Dengan gerakan cepat, dia merogoh kantung celananya dan memandang gantungan pita berwarna kuning yang berada di telapak tangannya dengan pandangan sedih. Mukanya tertekuk dan ia mengatupkan bibirnya rapat – rapat.
"kapan aku memberikan ini padamu?"
***
Sekarang Nina sudah berada di ambang pintu kelas 10e, dia ragu membuka pintu kelasnya. Keringat mengucur dari pori – pori tubuhnya. Dia
Apa ia harus bersikap seperti :
1. Berbicara santai seperti tidak ada masalah dan berseru
"selamat pagi teman – teman yang aku sayangiii!"
lalu duduk dengan langkah riang ke mejanya dan menyapa Ify.
"apa kabar If? Bagaimana kabar nenekmu yang kemarin baru di operasi?"
setelah itu Andre datang dengan wajah coolnya yang biasa, dan Nina menyapanya dengan wajah polos.
"hei Andre sayang! Gimana kabarnya kamu? Aku kangen tahu, kenapa BBmku tidak dibalas sih?"
(Nina yakin cara ini tidak efektik dan semua orang menganggapnya gila. Lagi pula Nenek Ify tidak dioperasi dan ia bukan lagi pacar Andre, dia juga tidak mengirim BBm ke Andre.)
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...