"Hey Ndre! Aku suka sama kamu!"
Terdengar suara nyaring membahana. Membuat seisi kelas menoleh ke asal suara itu.
"Aku.. Aku ga suka sama kamu!!" Suara sosok tersebut yang biasanya ramah terdengar canggung.
Terdengar tawa mengejek. Aku mendengarnya.
"Hahahaha dasar, pengen banget apa kamu sama Andre, Nin?!"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku terbangun. Terengah - engah aku pun bergegas mengambil minuman yang ada di meja dekat tempat tidurku. Mimpi itu lagi. Sungguh sangat sakit saat mengingatnya. 'Akh! Menyebalkan!'
Kupijit dahiku, merasakan pusing yang luar biasa. Mencoba turun dari ranjang, aku pun bergegas ke kamar mandi. Kucuran shower membasahi rambutku. Kukenang memori tersebut. Sudah 3 bulan berlalu semenjak aku menyatakan cintaku kepada Andre. Yang membuatku sakit... Aku... Masih mencintainya. Aku menunduk menatap kakiku yang basah terkena shower.
Andre Pratama. Orang yang sangat ramah sehingga aku, Nina Olivia. Jatuh dalam pesonanya. Sebenarnya dia tidak terlalu tampan tapi ada sesuatu dari pancaran auranya yang selalu membuatku berhenti bernafas saat melihatnya. Tak akan kubiarkan Andre Pratama dapat menghancurkan acara hari ini. Sore ini akan diadakan acara di rumah salah satu temanku, Bryan.
Aku pun menghentikan kucuran shower, mengambil handuk berwarna kuning kesukaanku. Mengelap tubuhku yang sarat akan basah. Dingin. Pikirku setelah keluar dari kamar mandi dan menuju kamarku. Kulihat jam menunjukkan pukul 3 sore. Tak terasa... Padahal saat terbangun di pagi hari tadi jam 6, saat tidur kembali dan selesai mandi sudah jam 3 saja. Acara Bryan jam 4. Aku harus bergegas.
Kubuka lemari pakaian yang berada di sudut kamar. Mencari - cari baju yang cocok untuk kupakai hari minggu cerah ini. Kupilih baju terusan berwarna kuning cerah dan pita kecil di belakangnya. Sangat khas denganku. Kuambil jins hitam yang berada di bawah rak lemari. Memakainya. 'Cocok' pikirku. Kukeringkan rambutku dan memakai jepit kuning. Mengapa aku selalu memakai warna kuning? Aku menyukai warna itu karena Andre juga menyukainya. Dalam kamusku 'apapun yang ia sukai, aku akan ikut juga'
Saat sudah merasa benar - benar rapi aku pun keluar dari kamar dan menuju rumah Bryan, diantar oleh Dad.
Kuinjakkan kakiku di aspal yang terasa panas. Masih terlalu sepi untuk jam 4. Oh bryan jangan - jangan kau membohongiku? Kukira seluruh anak kelas akan datang. Mengapa sangat sepi begini.
"Hey Nin, jangan berdiri di depan rumah orang! Sini masuk!"
Mengadahkan kepalaku, aku tersenyum. Ternyata Bryan yang memanggilku dari pintu yang menghubungkan langsung dengan dapur sambil melipat tangannya di dada. Kulangkahkan kakiku mendekatinya.
"An, yang lain kok belum datang?"
Cengiran terlihat jelas di wajahnya yang tampan.
"Hehehehe sebenernya sih jam 5 Nin.. Cuma buat kamu datang lebih dulu aja. Eeh saa-sakit Nin! Tapi udah ada Andre sama Rio kok!" Cengirannya berubah menjadi menahan sakit saat aku mencubit perutnya.
"Hhh sakit sekali cubitanmu"
Katanya seraya mengusap - usap perutnya. Aku hanya tersenyum.
"Yasudahlah. Ayo masuk Nin"
Katanya seraya mempersilahkan masuk. Ternyata benar sudah ada Andre dan Rio yang sibuk bermain game di laptop Rio. Kulihat mereka sangat sibuk dengan dunia mereka. Aku hanya bisa tersenyum kecut. Menunggu yang lain datang sembari duduk membelakangi Andre dan Rio. Sementara Bryan ijin untuk mandi, dasar malas jam segini baru mandi. Beberapa menit kemudian kulihat Rio menutup laptopnya. Kulihat Andre dan Rio membalikkan badannya dan menatapku.
Aku hanya bisa berkata "Apa?" Sambil mengangkat bahu.
"Kamu Nina kan?" Tanya Rio terperangah. Sepertinya ia baru menyadari keberadaanku.
"Oh hell. Aku Nina Olivia" jawabku sambil memutar bola mata.
"Beda banget ya, ya ga yo? Hahahaha" suara yang renyah, suara dari seseorang bernama Andre. Membuat jantungku berdetak 2 kali lebih cepat.
"Oh." Jawabku acuh tak acuh, masih menenangkan jantung yang sangat berisik.
"Hahaha Andre makin suka deh!" Seru Rio yang mendapatkan jitakan tepat di kepala Rio. Matanya melotot dan semburat merah muncul dari pipi Andre.
Aku hanya terperangah, tidak percaya.
"Bercanda Ndre... Lebay banget sih!"
Jantungku berisik.
Sudah banyak orang yang datang ke acara Bryan. Aku mengobrol ringan dengan teman - teman sejenisku. Sambil sesekali tertawa cekikikan. Acara puncak memang saat malam, menyalakan kembang api.
"Nin, Andre ngeliatin kamu..." Suara Giselle membuat aku terperangah. Sementara matanya menatap seseorang di belakang. Kutolehkan kepalaku ke belakang. Oh jantungku... Kembalilah normal. Kulihat ia sedang salah tingkah mengarahkan pandangannya ke arah lain saat pandangan kami bertemu. Posisi duduknya memang sangat strategis untuk melihatku.
"Ih Giselle. Mungkin aja dia ga sengaja liat kesini."
"Gamungkin Nina Olivia, dia udah ngeliatin kamu selama 10 menit! 10 menit! Mana mungkin ga sengaja"
Aku hampir pingsan. Kurasakan pundakku ditepuk seseorang. Aku membalikkan badanku. Kulihat Bryan membawa uang receh dan menyodorkannya padaku. Aku mengangkat satu alisku dengan tampang bingung.
"Nina! Tolongin dong... Jus jeruknya habis. Tolong belikan ke supermarket, jaraknya jauh dari sini. Aku harus kesana" Kulihat arah tunjukkan dia yang ke sudut ruangan yang berisi kembang api. Aku pasrah, demi acara.
"Cuma sendiri nih?" Bryan menyernyitkan dahinya.
"Tidak, tentu saja tidak. Kau bisa pergi bersama Andre kalau kau mau" Bryan menatap Andre yang sedang melalui mereka berdua. Andre berhenti dan membalikkan badannya. Kulihat ia sedikit enggan dan menolak. Tapi dari tatapan Bryan yang memelas. Kulihat ia setuju dan menggangguk.
"Oke"
[A/N]
Sbnrnya ada lanjutannya. tapi cerita abal ini lagi dirombak habis2an. akhir agustus mungkin direpost lagi^^
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...