Aku mengobrak abrik isi lemariku untuk mencari gaun yang cocok untukku pakai di hari ultang tahun Kai besok. Aku melirik sekilas pada kado untuk Kai yang terbungkus di kertas kado bertuliskan 'happy birthday' yang kutaruh di nakas tempat tidur. Aku tersenyum sekilas dan melanjutkan aktivitas mencari gaun.
cklek
Aku mendengar suara pintu yang dibuka, aku menoleh ke arah belakang dan mendapati Mom memandangku dengan heran dan alis berkerut.
"ya ampun, berantakan sekali."
Pekiknya lalu melihat baju - baju yang berserakan di tempat tidur seraya menaruh nampan berisi teh dan kueku di nakas di samping kado untuk Kai.
"Mom, ketuk pintu dulu baru masuk."
Tegurku sambil meringis. Lalu melanjutkan kembali aktivitas mencari gaun. Mom duduk di sisi tempat tidur sambil menatapku aneh.
"nyari apa sih?"
Tanyanya penasaran, Aku menoleh ke samping dan memandang Mom.
"gaun."
Jawabku singkat dan kembali melanjutkan aktivitasku lagi, kecewa karena tidak dapat menemukan satu gaun pun yang cocok, aku mengerucutkan bibirku dan merebahkan diriku di karpet berwarna kekuningan. Aku menatap Mom dengan tatapan memelas dan putus asa.
"Mooom... aku punya gaun lagi tidak?"
Tanyaku, sepertinya Mom menahan geli karena dia menggigit bibir bawahnya.
"mana Mom tahu, dan lagi buat apa sih kamu nyari - nyari gaun gitu? seingat Mom, kamu anti dengan yang namanya gaun."
Tanyanya lalu melihat ke nakas dan tersenyum.
"teman kamu ulang tahun?"
"loh kok tau?"
Mom menunjukkan kado Kai yang kutaruh di nakas sambil tersenyum geli. Aku hanya tersenyum samar lalu memandang langit - langit. Cemberut, lalu menutup mukaku dengan kedua tangan dan menghembuskan nafas.
"beli yuk!"
Ajak Mom, seketika itu juga aku langsung duduk tegak dan menatap Mom dengan tatapan berbinar. Yeaaay! jawaban yang kutunggu - tunggu dari tadi. Mom tertawa karena melihat reaksiku yang berlebihan.
"Mom tahu kamu menunggu ajakan Mom yang satu itu."
Katanya sambil mengedipkan mata kanannya. Hei, sejak kapan dia bisa membaca pikiran orang. Duh... ekspresiku mungkin memang gampang untuk dibaca. Mom tertawa terbahak dan menarik tanganku cukup keras sehingga badanku berdiri.
"sana ganti baju, cuci muka kita pergi!"
***
Akhirnya kami berdua pun pergi ke butik yang cukup jauh dari rumahku. Saat masuk aku langsung melesat ke bagian gaun perempuan dan melihat - lihat tanpa memperdulikan sekelilingku. Aku termenung saat melihat gaun berwarna kuning cerah, warna kesukaan Andre... Aku tersenyum sendu dan menarik gaun tersebut dari tempatnya ditaruh. Aku mencari kaca terdekat dan mulai menghadapkan gaun tersebut ke hadapanku. Gaun ini simpel dan terdapat renda - renda di pinggiran roknya. Terdapat pita berwarna cokelat melingkar di pinggang gaun itu dan bagian atasnya yang tidak terbuka. Perfect. Aku kembali melihat gaun - gaun lagi dan tiba - tiba seseorang menepuk bahuku dan aku terlonjak kaget. Pikiran - pikiran tentang orang itu akan melakukan tindakan kriminal yang sering kulihat di televisi berseliweran di benakku. Tanpa sadar aku menonjok orang tersebut (yang tidak kutahu siapa, kuharap bukan Mom) sebagai bentuk pertahananku.
"aw!"
Suara itu meringis, suara yang berat dan tegas yang kurindukan akhir - akhir ini. Aku membeku dan mendongakkan kepalaku. Aku melihat langsung ke manik matanya yang juga menatapku, tangannya mengusap - usap pipi yang tadi kutonjok dengan sekuat tenaga. Aku tersadar dan menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...