(Nina POV)
Aku sekarang dengan menyedihkannya duduk di sebelah Mike karena dia memaksaku. Bus sudah berjalan sejak lama, aku hanya mendengarkan lagu dari smartphoneku keras – keras. Sama sekali tidak memperdulikan Mike yang sepertinya juga asik dengan dunianya. Aku melirik kea rah Mike karena penasaran kenapa dia tidak berbicara sama sekali, aku tersenyum kecil. Dia tertidur dengan wajah malaikatnya. Mike sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri, lucu juga jika aku benar – benar punya kakak seperti dia. Dan tak lama, kantukku menyerang, aku tidak ingat apa – apa lagi selain mataku terpejam.
***
Kukerjapkan mataku untuk mengumpulkan kesadaranku. Tanpa sadar ternyata aku tertidur di bahu Mike, dengan segera aku duduk tegak dan melihat ke sekeliling. Sepertinya Aku sudah di tempat perkemahan Study Tourku yang pertama. Aku menepuk bahu Mike pelan.
“Mike bangun, sepertinya kita sudah sampai.” Kataku pelan.
Kulihat dia mengerjapkan matanya lalu menggeliat pelan. Dia menutup mulutnya seraya menguap, lalu menoleh ke arahku. Tersenyum.
“kepalamu berat juga ya… lumayan.” Katanya dengan cengiran.
Pipiku merona, aku menampar bahunya.
“apaan sih!” seruku.
Aku lalu mengedarkan pandanganku, aku yakin memang sudah sampai karena semuanya bersiap – siap untuk turun dari bus. Aku mengambil tasku dan memasukkan smartphone yang masih tergeletak di pangkuanku ke tas.
Dapat kulihat dengan ekor mataku kalau Andre juga sedang mengemas barang – barangnya dan turun dari bus. Aku tersenyum dan ikut turun dari pintu belakang bus.
Udara siang yang sejuk menerpa anak rambutku, membuat rambutku yang terkuncir melambai – lambai sesuai arah angin. Tak lama suara dari pengeras suara terdengar dan menyuruh kami semua untuk berkumpul dan berbaris. Aku berada di tengah barisan antara Mike dan Andre. Mike mencolek bahuku jahil. Aku menoleh sambil mengerucutkan bibirku.
“apa?” tanyaku.
Dia melirik ke arah Andre yang sedang fokus mendengarkan kata panitia acara dengan tampang jahilnya. Aku memutar bola mataku tak berusaha menghiraukan.
“—Nah nanti soal perkemahan di bentuk kelompok. Karena jumlah perempuannya ada 16 dan laki – lakinya 18, perempuan dijadikan 4 kelompok dan laki – laki 6 kelompok.” Kata si panitia botak itu. aku manggut – manggut tanda mengerti.
“kelompok pertama perempuan… sudah saya acak.” Kata panitia itu.
Membuat semuanya terdiam, akupun juga. Kukira sesuai urutan absen.
“kelompok pertama, anggotanya Nina Olivia, Ify Meilati, Kaina Prasmana, Sa—“
Belum selesai perkataan panitia itu, aku menahan nafas dan memejamkan mata. Tuhan bantulah hambamu ini.
***
“eum… Nina? Bisakah kau membantuku menarik sudut yang di sana?” tanya Ify takut – takut.
Aku tersenyum dan menuruti permintaannya menarik sudut tenda sebelah kiri. Selalu seperti ini, Ify menyuruhku lalu aku menurut dan tersenyum. Sementara Kaina hanya terdiam, sama seperti Sandy teman sekelasku. Mereka terlihat tidak mempermasalahkan atmosfer canggung yang terjadi di sini.
Sedikit lagi tenda selesai, hanya tinggal menancapkan paku ke dalam tanah. Setelah itu aku langsung memasukkan tas – tas ke dalam dengan sedikit menunduk. Kutaruh tasku di paling pojok kanan tenda. Sebuah suara memanggilku dari arah luar, Mike.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...